Happy reading and enjoy~
.
.
.Pagi ini, SMA Pramudya sedang merayakan hari terakhir masa orientasi siswa, yang mana hal ini dibuat oleh para siswa-siswi baru mengelilingi sekolah serta mencari teman baru dengan bersosialisasi ke kelompok yang lain. Hal ini juga dilakukan oleh seorang siswa laki-laki dengan topi kerucut di kepalanya dan papan nama besar di tubuh bagian depan nya.
Ia mencoba mencari teman baru lagi, siapa tahu mereka nanti satu kelas kan? Namun, perhatian tiba-tiba berhenti ke arah pemuda yang sedang duduk sendirian di dekat taman sambil memainkan kukunya. Awalnya ia tidak tertarik, tapi ia merasa bahwa orang itu harus bisa menjadi temannya.
Jadi, ia melangkahkan kakinya perlahan ke arah pemuda itu
"Hai, gue Regan" ucapnya to the point.
Yang diajak berkenalan hanya melihat tanpa tahu harus menjawab bagaimana. Sejujurnya, ia agak kaget ada yang duluan mengajaknya berkenalan.
"Juna" ucap Juna singkat.
Regan memperhatikan betul orang di hadapannya ini. Sikapnya cuek? Sepertinya susah untuk bicara banyak hal random dengannya.
"Bukannya gak boleh ya, lepas topi sama papan namanya?" Tanya Regan mencoba basa-basi.
Juna memperhatikan penampilannya lagi dan mengalihkan ke sekitar. Benar, hanya dia yang tidak seperti siswa orientasi disini.
"Nanti bisa kena hukuman loh" tambah Regan.
Rasanya ingin Juna membalasnya tapi ia malas dan lelah juga. Jadi, ia hanya akan jadi pendengar saja.
Juna mengernyitkan dahinya saat pemuda di hadapannya ini juga melepas topi dan papan namanya juga.
"Kenapa?" Tanya Juna.
"Emangnya lu mau dihukum sendirian? Katanya sih, hukuman buat anak orientasi itu lumayan berat loh" ucap Regan.
"Bodoh banget" umpat Juna.
Regan menajamkan tatapannya.
'Biar ada temennya juga malah ngatain' batinnya.
"Kenapa? Mau protes?" Tanya Juna.
Ia tahu arti tatapan itu, pasti moodnya langsung turun seketika. Bahkan Juna bisa memprediksi bahwa orang yang berada di hadapannya ini pasti akan pergi beberapa detik kemudian dan tidak akan mau menemuinya lagi.
Sret!
"Karakter lu emang begitu ya? Suka ngeroasting?" Tanya Regan.
"Tapi gapapa, gue yakin kalo kita bisa akrab, secara kan kita baru kenal aja" tambah Regan.
"Pede banget" ucap Juna.
"Pidi bingit" ucap Regan meniru Juna.
"Jangan ikutin gue"
"Siapa juga ngikutin lu?"
"Elu"
"Gak"
"Iya"
"Gak"
"Iya"
"Gue tampar lu"
"Coba kalo berani"
"Nantangin lu?"
"Nggak"
"Shh!" Ringis Juna, ia memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut sakit.
Hal itu membuat Regan panik, ia cepat-cepat duduk di samping Juna dan menahannya saat melihat Juna yang hampir tumbang.
"Woi woi lu gapapa kan?" Tanya Regan.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 WARRIORS[SUDAH TERBIT✓]
Teen Fiction12 WARRIORS sudah terbit di Teori Kata Publishing *masih bisa dipesan. . . . . "Tentang kita, para pejuang dari semua harapan"