48. Kehilangan

1.4K 166 96
                                    

HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.

Rumah duka

Pemakaman Kenzo di lakukan pada hari esoknya. Pukul 9 nanti, mereka akan mengantarkan Kenzo ke tempat istirahat terakhirnya. Semua keluarga Kenzo langsung datang ke rumah duka. Bahkan para guru-guru dan siswa-siswi lainnya juga berdatangan.

Geng ubur-ubur membantu orangtua Kenzo dari tadi malem sampai pagi. Mereka bahkan menginap. Sekarang mereka mengelilingi Kenzo yang terbaring kaku. Wajah kacau mereka menunjukkan berapa sedihnya mereka.

"Lu sekarang gak bakal merasa di tuntut untuk sempurna lagi, Ken. Sekarang lu bebas. Bener-bener bebas," kata Arzan.

Ia jadi teringat waktu ia mengobati Kenzo di UKS bersama Arka dan Kevin. Pada saat itu mereka belum seakrab sekarang, bahkan mereka masih saling mengenalkan diri masing-masing.

"Tapi kenapa harus secepet ini? Lu bener-bener udah nyerah, Ken?" Kata Galen.

David masih lemas, ia bahkan dirangkul oleh Kevin. Ingatan tentang banyaknya darah Kenzo tadi malam belum sepenuhnya hilang.

"Istirahat yang tenang ya, Ken. Lu bakal selalu kita kenang. Lu bakal ketemu Juna disana. Kalian gak bakal ngerasain sakit lagi," kata Sergan.

Brak!

Mereka bersepuluh menoleh ketika ada yang mendobrak pintu dengan kencang.

"KENZO!"

Itu Gina. Mereka menyingkir untuk memberi ruang Gina bertemu Kenzo untuk terakhir kalinya. Gina langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Air matanya mengalir deras melihat keponakannya terbujur kaku di hadapannya.

"Kenzo, ini Tante, sayang..."

Gina baru di telfon oleh Liam tadi pagi. Liam tau jadwal Gina tadi malam, Gina masih mengurus soal cuti nya. Apalagi ia sedang pertukaran dosen membuat Gina harus mengurus banyak hal. Makanya, Liam baru menelfon. Gina langsung datang dengan balutan serba hitam, rambutnya hanya ia ikat satu. Tampilannya sangat berbeda dari biasanya.

"Kamu ninggalin, Tante? Kenzo ninggalin Tante?" Lirih Gina.

Meskipun wajah Kenzo sudah pucat pasi, Gina tak takut untuk mengelus pipinya. Setidaknya untuk terakhir kali, walaupun pipi Kenzo sudah dingin seperti es.

"Tante Dateng buat Kenzo disini. Tante bahkan udah ngajuin cuti buat ketemu Kenzo. Tapi kenapa Kenzo ninggalin Tante?"

Liam mendekati Gina yang masih menangis di sebelah jasad Kenzo. Liam merangkul pundak Gina.

"Ikhlasin Kenzo ya? Biarin Kenzo istirahat dengan tenang," kata Liam pelan.

Dengan sesegukan, Gina menoleh ke Liam dan menatapnya tajam. Tidak, Gina tidak bisa. Gina tidak akan bisa rela.

Gina lalu mendorong Liam. Ia mulai bangkit dan mendekati Desy yang hanya terdiam. Desy bersandar di dinding belakangnya dengan tatapan mata yang kosong. Walau begitu, air matanya mengalir di pipinya.

"Mbak! Bilang kalau semua ini salah mbak!" Tuntut Gina.

Gina bahkan mendorong-dorong pundak Desy untuk menyadarkannya.

12 WARRIORS[SUDAH TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang