28. I Need U, Mom.

1.7K 209 13
                                    

HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.

David berjalan sendirian dengan langkah gontai dan malas untuk pulang ke rumah. Hari ini ia benar-benar kelelahan. Tugasnya sebagai ketua kelas itu lumayan berat. Tapi, ia sendiri tidak tahu kenapa ia mengajukan dirinya waktu itu dan malah langsung di terima tanpa harus pakai sistem voting.

Helaan nafas terus keluar. Tadi, ia pulang bersama Dandi tapi David minta untuk di turunkan di Pemakaman umum dulu, ia ingin mengunjungi ayahnya katanya. Jadi, Dandi hanya mengantarkan David sampai depan lalu ia berangkat lagi untuk les.

Begitu sampai pagar rumahnya, ia masuk ke halaman. Dari halaman depannya, ia melihat sebuah mobil terparkir di garasi. Mobil putih. Kedua matanya beralih ke arah teras, ada sepasang sepatu hitam perempuan. David tersenyum begitu tahu itu siapa dan langsung berlari untuk langsung masuk ke rumah.

'Mama Pulang.'

"Assalamualaikum," salam David setelah melepas sepatunya dan benar saja, ada Mamanya yang duduk di sofa ruang tamu dengan laptop di meja.

"Mama kapan pulangnya?" Tanya David berjalan ke arah sofa lalu duduk di sofa lainnya, yaitu di sebelah kanan.

Namun, Mamanya tidak menyahut dan masih sibuk mengotak-atik laptopnya seperti mendata.

"Mama udah makan belum?" Tanya David sekali lagi. Namun, masih sama. Mamanya tetap diam.

David mengulum bibirnya. Mungkin, Mama masih sibuk, pikir David.

"Mama pasti baru dateng juga dan belum makan kan? David bikinin teh sama siapin roti buat Mama ya."

"Gak usah."

Suara ketus Mamanya mengalun di telinga David. David yang sudah berdiri itu terpaksa duduk lagi. Siapa tau, Mamanya masih ingin bicara lagi.

"Kamu diem aja. Dan gak usah banyak omong," kata Mamanya.

David menurut dan duduk lagi di sofanya. Kedua mata David melihat wajah Mamanya dengan intens. Mamanya semakin cantik meski usianya hampir memasuki kepala 4. Ia rindu sekali dengan Mamanya ini. Kalau di hitung mungkin sudah hampir 5 bulan Mamanya dinas keluar kota. Kadang hanya pulang sebentar tapi berangkat lagi.

Pandangan David beralih ke jas putih dengan nametag milik Mamanya, Irina Khanza Dewi. Senyum kecilnya terbit. Ia bangga sekali dan beruntung bisa memiliki Mama seorang dokter spesialis bedah yang secantik dan pekerja keras ini. Walaupun, Mamanya jarang ada waktu untuk bersama.

"Mama nginep kan?" Tanya David.

Irina--mamanya hanya menoleh sekilas lalu sibuk lagi, "nggak, kalau ini sudah selesai Mama balik lagi ke rumah sakit."

Senyum David luntur, "gak bisa besok aja, Ma? David masih kangen sama Mama."

"Kamu ngerti apa kata Mama barusan gak sih? Gak bisa!" Sentak Irina

David tersentak. Tubuhnya mulai gemetaran. Tapi, ia mencoba biasa saja. Takutnya, Mamanya akan semakin marah.

"Sehari aja, Ma. David butuh Mama," pinta David.

"David Abraham! Kalau Mama bilang gak bisa ya nggak! Kamu ngerti ga sih?"

"Kenapa harus David mulu yang ngertiin Mama?" Tanya David.

12 WARRIORS[SUDAH TERBIT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang