HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.Masih di kantor polisi, tapi mereka saat ini sedang duduk di kursi panjang dekat halaman. Regan masih merangkul Sergan dan mengelus pundaknya. Sergan sudah tidak punya tenaga lagi, ia menyender sepenuhnya ke Regan. Tinggal Kenzo dan Arzan. Sedangkan Dandi, Kevin dan David, mereka sedang mencari minimarket untuk membeli roti dan air.
Yuda dan Marka masih berada di dalam. Polisi sepertinya masih membutuhkan informasi detail ke mereka berdua. Karena mereka berdua lah yang menemukan tempat persembunyian Zean.
Langit mulai menggelap. Tapi itu tak membuat mereka meninggalkan Sergan. Bahkan Regan sekalipun, ia memilih untuk izin pada bosnya.
"Regan?" Panggil Sergan.
"Hm?" Gumam Regan.
"Gue gak salah kan kalau gue punya pikiran untuk ngebunuh dia?"
Regan diam. Tanpa dijelaskan namanya pun, Regan sudah tau siapa dia. "Iya. Lu ga salah. Adik lu hancur karena dia."
Sergan memejamkan matanya. Kedua matanya melihat tangan yang ia gunakan untuk memukul Zean tadi. Tangannya masih gemetar. Dan sekarang Sergan merasa sakit. Tangannya terluka akibat terlalu banyak memukul Zean.
"Tapi kalau lu mukul dia sampe mati, lu juga bakal dihukum dan berakhir disini, Sergan," lanjut Regan.
"Gapapa. Seenggaknya dia gak hidup lagi setelah ini. Bahkan setelah dia mati pun, dia bakal langsung ke neraka," kata Sergan dengan penuh keyakinan.
Regan melihat ke Kenzo dan Arzan yang sibuk dengan ponsel masing-masing. Kenzo sepertinya sedang ikut les daring. Dan Arzan sedang membalas pesan seseorang melihat dari cara jarinya yang bergerak cepat di atas keyboard.
"Jangan bilang ke yang lain dulu," kata Regan.
Kenzo dan Arzan mendongak. "Kenapa?" Tanya Arzan.
"Gue masih ikut les," kata Kenzo memperlihatkan handphonenya.
"Situasi disini belum sepenuhnya dibilang baik," jawab Regan.
Arzan mengangguk. "Okee."
Tak lama, Kevin, Dandi dan David datang dengan kresek hitam. Lalu meletakkannya di meja dan duduk bersama.
"Itu rotinya dimakan," kata Kevin.
Arzan membuka kresek itu dan memberikan roti itu satu-satu begitu juga dengan air mineralnya. Tak hanya itu, ada snacknya juga ternyata.
"Kalian?" Tanya Arzan ke yang baru datang.
"Kita udah tadi pas di jalan," jawab Dandi.
"Kasih ke Kak Yuda sama Kak Marka aja kalau masih ada," kata David.
Regan membukakan roti milik Sergan dan memberikannya. "Dimakan."
Sergan menggeleng. "Gue gak ada nafsu buat makan."
Arzan menundukkan kepalanya. Ia paham perasaan Sergan. Siapa yang akan makan dengan tenang ketika salah satu dari anggota keluarga koma di rumah sakit?
KAMU SEDANG MEMBACA
12 WARRIORS[SUDAH TERBIT✓]
Teen Fiction12 WARRIORS sudah terbit di Teori Kata Publishing *masih bisa dipesan. . . . . "Tentang kita, para pejuang dari semua harapan"