HAPPY READING AND ENJOY~
.
.
.
.David bangun dari tidurnya untuk sekolah. Akhir-akhir ini, David selalu fokus di lemari pakaiannya sebelum mandi dan bersiap. Biasanya ia akan melihat titik merah, seperti laser penembak. Tapi, pagi ini, ia tak melihatnya. David sedikit bingung, ia bangun dan melihat keluar jendela. Entah kenapa, ia merasa lebih aman dari beberapa hari terakhir ini.
Tak mau ambil pusing, David langsung bersiap seperti mandi dan berganti baju untuk sekolah. Lalu, ia akan keluar kamar untuk sarapan sebentar. David hanya sarapan dengan tiga lembar roti dan selai coklat kesukaannya. Jika sudah selesai, David akan menyapu rumahnya sebentar. Ia sendirian. Jadi, rumahnya tak terlalu kotor.
David memasang sepatunya dengan terburu-buru sambil memperhatikan jam yang terus bergerak di dinding rumahnya. Selesai memasang sepatu, David memakai tas dan mengunci pintu rumahnya. Saat menuju gerbang, David mendengar suara motor yang familiar di telinganya. David menatap ke depan. Dandi melewati rumahnya begitu saja bahkan tak menoleh sedikitpun.
Raut wajahnya berubah sedih. Bagaimana bisa ia dan Dandi menjadi seasing ini? Ia bahkan masih tidak tahu apa penyebabnya.
Tiin!
"Pagi-pagi bukannya sarapan malah ngelamun aja."
Itu Arzan. Ia melepas helmnya sambil merapikan rambutnya. "Buruan, mau sekolah ga?"
David berdecak. "Ck! Sabar Napa."
"Dih dih dih, malah galakan yang dijemput," kata Arzan saat David sudah berada di hadapannya.
"Gue ga minta lu jemput ya," kata David. Bener kok, dia niatnya mau naik angkot kalau ga pesen ojol.
"Kalau kata Arka mah, SSG, Suka-suka Gue. Buru naik, entar telat loh," kata Arzan. Lalu, ia memasang kembali helmnya
"Bawel. Tapi, makasih dah jemput gue," David naik di motor Arzan. Arzan hanya mengangguk. Keduanya meninggalkan pekarangan rumah David dan menuju ke sekolah.
Dandi Baskara
Lu bisa jemput David ga? Gue minta tolong banget. Angkot lagi padat banget kalau hari ini. Gue takut dia malah ga kebagian. Tolong, jemput David ya, Zan. Gue traktir es teh deh nanti.
Iyaa. Gue udah
Di depan rumah dia.
Jangan lupa es teh gue.****
"Suruhan Papa udah nemuin pendonor matanya."
Sergan dan Papanya sedang sarapan bersama di rumah. Tumben sekali Papanya mengajak ia sarapan, biasanya mau Sergan makan atau tidak pun Papanya tak peduli.
Sergan langsung mendongak dengan binar mata yang bahagia. "Papa serius?"
Papanya meminum air putih dan mengangguk sebagai jawaban.
"Terus kapan Salsa bisa di operasi?" Tanya Sergan antusias.
"Ya kalau kamu ada uangnya lah," kata Papanya. Ia sudah selesai makan dan sedang membersihkan wajahnya.
Sergan meletakkan sendok makannya dan mengernyitkan dahinya. "Maksud Papa kalau Sergan ada uangnya?"
Papanya tak langsung menjawab, malah berdiri dan merapikan penampilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 WARRIORS[SUDAH TERBIT✓]
Fiksi Remaja12 WARRIORS sudah terbit di Teori Kata Publishing *masih bisa dipesan. . . . . "Tentang kita, para pejuang dari semua harapan"