Part 1

2.3K 137 4
                                    

Pada akhir abad ke-19, di tengah kekacauan yang terjadi semasa Revolusi Industri, Inggris terus memperluas wilayah kekuasaannya, hingga mencapai seperempat wilayah di dunia dan dijuluki 'negara dengan matahari yang tak terbenam'.

Kerajaan terbesar dalam sejarah tersebut dikuasai oleh kaum bangsawan yang jumlahnya kurang dari tiga persen populasi.

Bertentangan dengan perkembangan teknologi, sistem kalangan yang sudah lama ada di negara itu menciptakan jurang besar yang membedakan kedudukan orang berdasarkan status yang sudah didapat sejak lahir, sehingga memicu terjadinya diskriminasi di antara manusia.

Di sebuah kereta api yang sedang melaju, duduk seorang pria yang sedang begitu fokus menatap surat kabar di tangannya. Ia sedang membaca prediksi terkait pacuan kuda.

"Sepertinya anda menyukai pacuan kuda, ya?" Ucap pria yang duduk di depannya.

Pria yang memiliki mata merah dan rambut pirang itu tersenyum menatap pria yang tadi sedang fokus melihat surat kabar.

"Anda terlihat antusias saat membaca prediksi pacuan kuda." Ucap pria berambut pirang itu.

"Ah, jadi malu. Saya tidak mau salah pilih kuda. Kalau istri saya tau saya punya uang untuk bertaruh, dia pasti akan menyuruh saya untuk memperbarui kertas dinding saja."

"Kalau begitu, boleh saya beri sedikit bantuan?" Ucap pria berambut pirang itu.

"Eh?"

"Daripada memperbarui kertas dinding, mungkin anda malah bisa memberi buket bunga untuk istri anda sebagai hadiah." Ucap pria berambut pirang itu.

"Jadi anda bisa tau kuda mana yang akan menang?"

Pria berambut pirang itu tersenyum mendengar ucapan pria di depannya.

"Tidak sulit untuk menebak pemenang pacuan kuda asal bisa menganalisis informasi yang ada." Ucap pria berambut pirang itu sambil tersenyum.

Pria itu adalah anak kedua Keluarga Moriarty, William James Moriarty. Dia ingin mengubah dunianya saat ini, mengubah diskriminasi status yang terjadi saat ini. Itulah tujuannya, meski harus melakukan kejahatan, ia rela melakukan apapun asal tujuannya tercapai.

Seorang wanita yang duduk di kursi membelakangi pria itu tampak tersenyum menyeringai.

"Aku merasakan ambisi yang besar dari manusia ini." Ucap wanita itu lalu menjilat bibirnya sendiri dan tersenyum menyeringai. "Sepertinya dia akan jadi santapan yang lezat. Manusia memang makhluk yang menarik."

William pun menceritakan masa lalunya pada pria di depannya, tentang kebakaran yang menghanguskan mansion Keluarga Moriarty sampai tak bersisa.

"Setelah kebakaran itu, karena tidak ada sanak keluarga lain, kami bertiga pun hidup bersama dan saling bahu membahu." Ucap William.

"Pasti itu sangat sulit, ya? Maaf sudah membuat anda teringat dengan hal yang menyedihkan. Tapi, keluarga anda itu sangat hangat, ya? Ayah yang sangat terhormat, ibu yang begitu baik hati, serta saudara-saudara yang akur. Keluarga sempurna seperti dalam lukisan-lukisan saja."

"Ya. Itu benar." Ucap William.

Saat kereta sampai di Durham, William segera turun dari kereta. Wanita yang sedari tadi menguping pembicaraannya di kereta juga ikut turun dan mengikutinya.

William terus berjalan dengan diikuti oleh wanita itu. Ia akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh menatap wanita itu yang tengah tersenyum menatapnya.

"Kenapa anda terus mengikuti saya, Nona?" Ucap William.

"Karena kau manusia yang menarik." Ucap wanita itu sambil menatap William dengan mata merahnya.

The Devil (Moriarty the Patriot x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang