Part 32

332 56 0
                                    

Sedangkan di dapur, Louis mengurus para pekerja.

"Para tamu di lokasi utama akan segera berpencar. Tolong pastikan kembali supaya tidak ada kudapan dan teh yang kurang." Ucap Louis.

Salah satu pekerja membawa kembali teko teh yang pecah karena kecerobohannya.

"Tuan Louis, maafkan saya. Tadi saya terjatuh saat membawanya. Harganya...pasti sangat mahal."

"Soal tekonya, tidak usah dipikirkan. Yang lebih penting apa anda terluka?" Ucap Louis.

"Tuan Louis..."

"Teh ini tadinya mau dibawa kemana?" Ucap Louis.

"Tuan William meminta saya membawanya."

"Kakak? Ayo kita buatkan yang baru." Ucap Louis lalu menyeduh teh yang baru, membuat para pekerja terkagum melihatnya. "Waktu seduhannya sudah pas. Kakak lebih suka teh yang kuat."

Louis lalu menatap para pekerja yang sedang menatapnya.

"Segera antarkan pada kakak. Suhu tehnya akan sangat pas saat anda menuangkannya." Ucap Louis.

"Ah, baik!"

'Ke-Keren sekali!!!'

Bukan hanya para wanita, para pria juga ikut terpesona dengan Louis.

Keadaan di kebun saat ini sangatlah tenang dan tidak ada masalah yang terjadi sejauh ini.

'Sejauh ini, semua berjalan lancar. Semoga nanti tidak terjadi apa-apa.' Pikir Sebastian saat melihat itu lalu menatap William. 'Omong-omong, William sedang apa?'

William sendiri sedang menjelaskan tentang rumus matematika pada para wanita.

"Menurut saya, lebih baik kalau caranya seperti itu." Ucap William.

"Saya tidak terpikir akan solusi seperti itu! Terima kasih."

"Tuan William, selanjutnya saya ingin meminta pendapat anda."

"Silakan." Ucap William.

"Sebenarnya, saat ini saya sedang sangat mendambakan seseorang. Tapi saya tidak tau cara yang tepat untuk mendekatinya."

"Begitu, ya? Boleh saya tau dia orang yang seperti apa?" Ucap William.

"Dia adalah putra kedua seorang Earl dan juga seorang matematikawan. Orang yang sangat baik dan pasti tak akan tega membunuh seekor lalat pun."

William tentu tau bahwa dirinyalah yang dimaksud.

"Setiap memikirkan orang itu, dada saya selalu terasa sesak. Saya sudah berkonsultasi pada dokter, tetapi sepertinya hanya anda seorang yang bisa menyembuhkan penyakit ini. Saya khawatir sekali. Bukankah konon cinta adalah penyakit yang sangat mematikan?"

"Eng, bagaimana, ya?" Ucap William yang kebingungan harus apa lalu melirik Sebastian yang hanya menatap dirinya, sama sekali tidak membantu.

'Aku tidak lihat apa-apa. Tak ada yang bisa kulakukan.' Pikir Sebastian yang langsung berbalik pergi. 'Berjuanglah, William!'

William kemudian melihat ke arah Jack dan Jack langsung membalikkan badannya.

'Aku juga!' Pikir Jack yang membuat William pundung meski ia masih memasang senyumnya untuk menunjukkan sikap ramah.

Quella yang baru saja bangun dan melihat itu dari jendela kamar membuat kaca jendela yang disentuhnya menjadi retak.

'Berani-beraninya tante-tante itu menyentuh milikku.' Pikir Quella sambil menatap tajam wanita yang mencoba menggoda William dengan aura yang begitu gelap. 'Akan kubunuh!'

The Devil (Moriarty the Patriot x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang