Part 2

977 85 0
                                    

"Permisi. Jalan ke Vila Goatsbeck arahnya mana, ya?" Ucap William pada salah satu pedagang.

"Vila Goatsbeck? Jangan-jangan kamu dosen matematika baru yang akan mengajar di universitas itu, ya?"

"Ah, iya. Rupanya anda tau, ya?" Ucap William.

"Tentu saja, ini kan pedesaan. Kabar mengenai orang asing yang datang kemari pasti akan cepat menyebar. Apalagi, aneh rasanya karena bangsawan sepertimu malah mengajar di universitas. Semua orang pasti akan membicarakanmu."

"Begitu, ya?" Ucap William.

"Willy." Ucap Quella sambil menarik lengan jas yang digunakan William.

William pun menoleh menatap Quella lalu menatap arah yang Quella lihat. Seorang wanita sedang menatap mereka dengan penuh kebencian.

'Kebencian yang sangat terasa.' Pikir Quella.

Wanita itu kemudian pergi dari sana.

"Tolong abaikan saja dia. Namanya Michelle, dia benci pada bangsawan. Itu karena dulu putranya pernah dibunuh oleh Viscount disini."

William pun menatap ke arah wanita tadi pergi. Quella sendiri tersenyum menyeringai.

'Manusia memang makhluk yang menarik.' Pikir Quella lalu menatap William. 'Meski tidak semenarik dirinya.'

"Ngomong-ngomong, apa Nona ini tunangan anda? Kalian terlihat sangat serasi."

"Anda benar!" Ucap Quella lalu mengaitkan tangannya pada lengan William. "Kami sangat serasi, kan? Banyak yang bilang begitu!"

Pedagang itu pun tertawa mendengar nada ceria dari Quella.

"Semoga kalian langgeng, ya."

"Terima kasih." Ucap Quella sambil tersenyum manis sedangkan William meliriknya dalam diam.

'Jika dia seperti ini, tidak akan ada yang percaya kalau aku menyebutnya iblis.' Pikir William.

Setelah itu, mereka pun pergi ke Vila Goatsbeck yang merupakan salah satu aset milik Keluarga Moriarty. Sedari tadi, Quella tidak melepaskan tangannya dari William.

"Sampai kapan kau akan seperti ini?" Ucap William.

"Sampai aku puas!" Ucap Quella sambil tersenyum lebar.

Saat sampai di vila, mereka disambut oleh pria berambut pirang dan bermata merah. Pria itu sangat mirip dengan William, yang membedakan hanyalah ia menggunakan kacamata sedangkan William tidak. Selain itu, ia juga memiliki bekas luka di pipi kanannya. Dia adalah Louis, adik dari William.

"Kakak, lama sekali sampainya." Ucap Louis.

"Tadi aku sempat tersesat setelah berkeliling desa." Ucap William.

"Pasti kakak lelah. Ayo minum teh dulu. Akan segera kusiapkan." Ucap Louis tapi ia kemudian terdiam saat melihat Quella.

"Kau pasti Louis, ya? Kuharap kita bisa akrab, ya." Ucap Quella sambil tersenyum.

"Kakak, dia siapa?" Ucap Louis sambil menatap William, meminta penjelasan.

William pun menghela nafas, ia sedikit bingung bagaimana menjelaskan situasi ini.

"Aku Quella, seorang iblis." Ucap Quella sambil menunjukkan senyum iblisnya, tatapan matanya juga berubah yang memberikan kesan bahwa dirinya memang berbahaya.

Louis pun mengeluarkan pisaunya dan langsung berlari menyerang Quella. Quella tetap tenang sedangkan William akan menghentikan Louis tapi kakinya tidak bisa bergerak.

"Lihat saja." Ucap Quella sambil tersenyum.

Saat Louis akan menggunakan pisaunya untuk menggorok leher Quella, tiba-tiba saja Louis terhempas ke belakang dengan sendirinya sampai menabrak dinding.

"Louis!" Ucap William yang berteriak khawatir dan akan menghampiri Louis tapi kakinya masih belum bisa digerakkan.

Quella pun berjalan mendekati Louis dengan dirinya yang sudah berada dalam wujud iblisnya.

"Beraninya manusia sepertimu menyerangku. Kau seharusnya sadar akan posisimu, manusia." Ucap Quella lalu berjongkok di hadapan Louis dan memegang dagunya sambil tersenyum menyeringai. "Kuharap setelah ini kita bisa akrab ya, Louis."

Setelahnya, Quella melepaskan William dari kekuatannya dan mengubah wujudnya kembali agar terlihat seperti manusia. William langsung saja berlari menghampiri Louis, inilah alasan William ingin menghentikan Louis, ia tau bahwa Louis tidak akan bisa melawan Quella.

"Nah, ayo sekarang kita minum teh. Aku sedikit haus setelah perjalanan jauh." Ucap Quella.

Louis pada akhirnya mau tidak mau menyeduhkan teh untuk Quella juga.

"Ah, rasanya seperti kembali ke rumah saja." Ucap William setelah meminum teh yang dibuat oleh Louis.

"Bukannya aneh kalau kakak bilang begitu? Meski pernah kesini saat akan membelinya, ini pertama kalinya kakak kemari, kan?" Ucap Louis.

"Aku memilih tempat ini sebagai kediaman sementara karena lokasinya dekat kampus. Tapi dimana pun itu, selama bisa meminum teh yang kau seduh, disitulah rumahku." Ucap William sambil tersenyum yang membuat Louis merasa senang.

"Hubungan kalian sangat dekat, ya. Senang melihatnya." Ucap Quella lalu meminum teh yang dibuat oleh Louis. "Hm hm~, ini teh terenak yang pernah kuminum setelah beribu-ribu tahun. Kemampuanmu sangat bagus."

"Aku tidak butuh pujian darimu." Ucap Louis sambil menatap tak suka pada Quella lalu menatap William. "Kenapa iblis ini bisa ikut dengan kakak? Apa kakak membuat kontrak dengannya? Tidak, kan?"

Louis berharap bahwa kakaknya tidak melakukan kontrak dengan iblis itu. Karena itu artinya, jiwa kakaknya akan menjadi santapan untuk iblis yang kini bersama mereka.

"Kami tidak melakukan kontrak. Dia sendiri yang ingin ikut denganku. Dia juga sudah mengetahui semua tentang kita." Ucap William.

"Aku ingin melihat bagaimana Willy mencapai tujuannya. Aku berpikir itu hal yang menarik." Ucap Quella.

'Bahkan memanggil dengan nama panggilan.' Pikir Louis yang tak senang.

"Kau harus belajar mengatur ekspresimu, Louis. Semuanya terlihat jelas." Ucap Quella yang membuat Louis menyadari kesalahannya.

Mau seperti apapun, Louis tidak akan bisa mengusir Quella atau membunuhnya. Sekarang yang ia bisa lakukan hanyalah mengikuti keputusan kakaknya untuk membiarkan iblis itu tinggal bersama mereka.

"Ah, benar juga. Kak, kita dikirimi ini." Ucap Louis sambil memberikan undangan dari Viscount Belfor.

"Dari Viscount Belfor?" Ucap William.

"Iya. Sepertinya beliau adalah penguasa wilayah ini." Ucap Louis.

"'Saya ingin mengundang anda makan malam di kediaman', ya? Kak Albert nanti malam akan kemari, kan?" Ucap William.

"Iya. Begitu pekerjaannya sudah selesai, dia akan segera kesini." Ucap Louis.

"Kalau begitu, kita bertiga akan memenuhi undangan ini." Ucap William.

"Berempat. Kau tidak mungkin melupakan tunanganmu kan, Willy?" Ucap Quella sambil menatap tajam William.

"Mana mungkin." Ucap William sambil tersenyum.

"Tunangan?" Ucap Louis yang tak mengerti.

"Agar tidak aneh Quella tinggal bersama kita, dia akan menjadi tunanganku." Ucap William menjelaskan.

"Apa Kak Albert sudah tau?" Ucap Louis.

"Aku akan mengirimkan pesan padanya lewat telegram." Ucap William.

Quella sendiri kembali meminum tehnya dengan tenang.

'Kalau tidak salah, wanita bernama Michelle itu membenci bangsawan karena Viscount Belfor ini, kan?' Pikir Quella lalu tersenyum menyeringai. 'Aku jadi tidak sabar untuk bertemu bangsawan itu.'

To be continued

The Devil (Moriarty the Patriot x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang