Part 12

923 98 20
                                    

Saat ini krist tengah makan malam bersama anak dan istrinya, namun ia benar-benar tak menikmati makanan itu karna mengingat singto marah padanya tadi.

"Kamu kenapa?" Tanya aye, saat melihat krist sepertinya sangat gelisah.

"A-aku hanya memikirkan perkerjaan ku" ucap krist.

"Kenapa?"

"Hmm, tadi dr. Richard menelpon ku dan menyuruh ku untuk datang ke rumah sakit, ada satu pasien yang harus ku lihat" ucap krist.

"Kamu bahkan baru pulang sekarang"

"Ya, tapi keselamatan pasien nomor satu"

Aye hanya mengangguk, sedangkan krist menyelesaikan makan malamnya.

"Aku pergi dulu" ucap krist, setelah makanannya habis.

Tanpa menunggu jawaban dari aye, krist langsung pergi dari sana bergegas untuk ke rumah singto.

20 menit di perjalanan akhirnya krist tiba, ia keluar dari mobilnya dan memencet bell, tak lama pintu rumah terbuka, krist langsung memeluk singto.

"Aku benar-benar minta maaf, tapi tadi benar sepupu ku, dia memang suka ke rumah ku untuk mengganggu ku" ucap krist.

"Hmm, aku hanya ingin mengetes phi, jika aku marah apa phi peduli atau tidak" ucap singto sembari tersenyum senang kemudian menarik tangan krist agar masuk ke rumahnya.

"Aku sudah tahu jika phi akan ke rumah ku, itu sebabnya aku memasak banyak" ucap singto, yang kini membawa krist ke dapurnya.

"Kamu tak marah?" Tanya krist heran. Itu bukan reaksi singto yang di pikirkannya tadi sepanjang jalan. Ia malah berpikir jika singto tak akan membukakan pintu untuknya atau memasang wajah kesalnya, tapi sekarang singto bahkan tersenyum senang.

"Aku memang tak marah phi, aku hanya mengerjai phi tadi, aku ingin melihat phi akan panik atau tidak jika aku marah, aku sudah menebak jika phi akan ke rumah ku malam ini itu sebabnya aku memasak banyak tadi" ucap singto.

"Aku sudah makan" ucap krist.

"Makan sekali lagi, hargai aku" ucap singto cemberut.

Krist tersenyum menatap wajah manisnya kemudian mencubit pipi singto.

"B-baiklah" ucap krist.

Keduanya duduk, singto mengambilkan krist makanan kemudian memberikannya pada krist.

"Masakan mu benar-benar nikmat" puji krist.

"Ya, aku memang calon suami idaman" ucap singto bangga.

Krist tersenyum dan mendesah lega ternyata singto tak marah padanya, ia pikir singto marah tadi, bahkan ia berpikir jika singto akan memutuskan hubungan dengannya.

"Menginap di sini?" Ucap singto.

"T-tidak bisa"

"Kenapa?"

"Aku harus berkerja besok"

Singto hanya diam tak menanggapinya, krist membereskan meja makan sedangkan singto mencuci piring bekas mereka tadi.

Setelah itu mereka berjalan ke ruang tamu.

"Aku merindukan phi"

"Aku juga, tapi kita bisa berkencan minggu depan" ucap krist.

"Masih lama, aku juga tak yakin jika aku akan mendapat libur"

"......"

"Mau melakukan itu?" Tanya singto nakal.

"Mau melakukan itu?" Tanya singto nakal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Shit! Lain kali saja"

"Kenapa?"

"Aku tak mempunyai kondom sekarang"

"Phi bisa mengeluarkannya di luar" ucap singto sembari berdiri dan mendekati krist.

"Jadwal ku kosong besok, aku tak masalah jika aku tak akan bisa berjalan setelahnya" bisik singto sembari mengalungkan tangannya di leher krist.

Krist menyatukan bibir mereka dan melumat bibir singto dengan penuh kelembutan tanpa ada nafsu di dalamnya, beberapa menit kemudian krist melepas lumatannya dan melihat jam di tangannya yang sudah hampir jam 10 malam, jika dia memakan tubuh singto itu pasti akan memakan waktu yang lama dan aye akan curiga jika dia tak pulang.

Ponsel krist berdering, istrinya menelpon dirinya sekarang. Krist memilih untuk mengabaikan itu.

"Kenapa tak di angkat?" Tanya singto.

"Tak penting, sepertinya aku harus pulang sekarang"

"T-tapi phi baru tiba" ucap singto cemberut sembari mengeratkan pelukannya di leher krist.

"Aku hanya ingin memastikan jika kamu tak marah pada ku, sekarang aku lega jika kamu tak marah, jadi aku ingin pulang, ini sudah terlalu larut" ucap krist lembut, tangannya melingkar di pinggang singto sekarang.

"Menginap di sini" ucap singto sembari menatap mata krist.

"Maaf, tapi tak bisa sing" ucap krist mencoba untuk memberi pengertian.

"Di usia phi yang sudah menginjak 34 tahun dan phi masih anak mama? Apa phi akan di marahi jika phi tak pulang?" Tanya singto heran.

"Kedua orang tua ku sudah meninggal" ucap krist.

"Jadi apa alasan phi untuk pulang? Tak ada yang menunggu phi di rumah, teman-teman ku semuanya menyewa rumah bersama dengan kekasih mereka, bagaimana jika phi juga ikut tinggal disini bersama ku atau aku yang ikut tinggal di rumah phi?"

"....."

"Dimana alamat rumah phi? Aku bahkan masih belum tahu" ucap singto.

"Sebaiknya aku pulang sekarang"

"Beri tahu alamat rumah phi dulu" ucap singto sembari mengeratkan pelukannya di leher krist.

Krist mencium bibir singto, tak tahu harus menjawab apa. Mungkin dengan mencium bibir singto membuat singto melupakan pertanyaannya tadi, ia mengukung tubuh singto di dinding, menghisap bibir atas dan bawah singto bergantian begitu juga dengan singto yang membalas lumatan krist sekarang, keduanya saling berperang lidah hingga banyak saliva menetes ke bawah dagu singto dan lenguhan keluar dari bibir singto.

"Aku harus pulang sekarang" ucap krist sembari mengusap lembut bibir bengkak singto.

Sedangkan singto hanya menatap dengan tatapan yang sulit di artikan, entahlah dia hanya merasa kecewa, singto tahu jika milik krist sudah menegang sama sepertinya tapi kenapa krist masih tetap kekeuh ingin pulang?

Krist serba salah, dia bahkan baru pulang dari luar negri tadi siang, tak mungkin jika krist tak pulang lagi sekarang, aye akan mencurigainya. Dia juga horny sebenarnya, tapi dia tak mungkin melakukan itu atau dia akan melupakan waktu nanti.

Krist harus pintar mengatur waktu untuk kekasih dan istrinya agar tak ketahuan kelakuan bejatnya, dia tak ingin kehilangan istri dan anaknya juga tak ingin kehilangan pria manis di hadapannya sekarang.

"Minggu depan, aku berjanji kita akan liburan bersama keluar kota dan menginap di sana" ucap krist.

"Bukankah sudah ku bilang jika aku belum tentu ada waktu? Aku juga sibuk bukan pengangguran" ucap singto kesal.

"Kenapa kita tak tinggal bersama? Walau sama-sama sibuk setidaknya kita pasti akan pulang ke rumah yang sama" ucap singto lagi.

"Ya, aku akan memikirkan itu nanti"

Singto memegang dada krist dan merasakan jantung krist berdetak kencang sama sepertinya, tapi entah kenapa singto merasa ada yang di tutupi oleh krist sekarang.

"Aku pulang" ucap krist.

Singto hanya menganggukan kepalanya, krist mengecup bibir singto sekilas baru ia berjalan keluar dari rumah singto.














Tbc.

Flight With Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang