Part 4

1.7K 132 79
                                    

"Kapan daddy tiba?" Ucap seorang anak kecil, saat melihat seorang pria tampan dewasa di kamarnya.

"Baru saja, apa daddy membangunkan mu? Daddy hanya merindukan mu" ucap krist.

"Tidak, aku juga merindukan daddy, aku bermimpi jika daddy menemui ku itu sebabnya aku membuka mata ku dan terbangun dari tidur ku" ucap Caroline.

Krist memang seorang pria yang sudah menikah, itu sebabnya ia tak tergoda oleh beberapa rayuan singto, entahlah? Tapi wajah pria itu selalu masuk ke dalam pikirannya sekarang.

Krist mempunyai seorang anak perempuan, berusia 5 tahun, bukankah aneh jika di usianya yang sudah 34 tahun tapi dia belum menikah? Harusnya singto memikirkan itu.

Krist merebahkan tubuhnya di samping anaknya dan memeluknya hingga anaknya kembali terlelap baru ia beranjak pergi ke kamarnya.

"Kapan kamu pulang ke rumah?" Tanya krist.

"Mama belum sembuh, krist" ucap aye, istri krist.

Mereka memang berjauhan beberapa minggu ini karna aye harus pulang ke negara asalnya untuk menjenguk mamanya yang sedang sakit.

"Aku merindukan kalian, rumah sepi tanpa canda tawa carl" ucap krist.

"Apa itu sebabnya kamu menyusul ku ke sini?" Ucap aye.

"Tentu saja, sayang" ucap krist.

Aye mengecup bibir suaminya sekilas, tak lama terdengar suara ponsel krist berdering, ada nomor yang tak di kenal baru saja masuk.

Krist mengabaikan itu dan lebih memilih untuk bermanja-manja dengan istrinya.

Sedangkan di tempat lain singto mendengus kesal karna panggilannya di abaikan oleh krist.

Singto merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya membayangkan tubuhnya di gerayangi oleh krist, singto menyentuh tubuhnya sendiri hingga ia mengeluarkan cairannya mengotori tangannya.

Singto mengambil foto tangannya yang di penuhi sperma kemudian mengirimnya pada krist.

Krist yang mendengar ponselnya berdering langsung membuka pesan yang baru saja masuk dan melihat foto yang di kirim singto.

Krist menghapus foto tersebut kemudian merebahkan tubuhnya lagi dan memeluk istrinya.
.
.
.
Dua hari kemudian, krist mempersiapkan pakaiannya lagi untuk kembali ke negara thailand. Dia tak bisa terlalu lama tak berkerja beberapa pasien membutuhkan dirinya.

"Aku melihat perkembangan mama dulu beberapa hari ini, baru aku pulang" ucap aye, saat mengantar krist di bandara dengan putri kecilnya.

"Ya, kasian suami mu seperti seorang duda sekarang, makan sendiri, tidur juga sendiri" ucap krist cemberut membuat aye tertawa melihatnya.

"Baiklah, aku pulang besok" ucap aye.

Krist tersenyum senang mendengarnya kemudian mengecup bibir aye sekilas.

"Aku menunggu mu" bisik krist.

Kemudian ia mengecup pipi anaknya dan berpamitan untuk masuk ke dalam.

Lagi-lagi di dalam pesawat krist bertemu singto, entah kenapa dunia seakan sangat sempit sekarang.

"Sepertinya kita memang di takdirkan untuk bersatu" ucap singto.

Krist hanya diam tak menanggapi ucapan singto.

"Phi krist...."

"Hmm?"

"Kenapa tak pernah membalas pesan ku?" Tanya singto.

"A-aku hanya sibuk"

"Sibuk dengan kekasih phi?"

"Aku tak mempunyai kekasih" ucap krist.

"Tapi aku mempunyai istri" lirih krist dalam hatinya.

Jika dia tak suka di ganggu oleh singto harusnya krist mengatakan jika dia sudah menikah, tapi entah kenapa ia merasa ia tak perlu mengatakan itu.

Singto tersenyum mendengarnya dan menganggap jika krist pria lajang, harapannya semakin besar sekarang. Krist terpana melihat senyum manis singto hingga membuat jantungnya berdebar, tunggu... Krist langsung mengalihkan tatapannya ke sembarang arah agar tak menatap singto.

"Senang mendengar itu, tuan" bisik singto di telinga krist.

Kemudian singto beranjak dari tempatnya dan melanjutkan perkerjaannya.

Krist beranjak dari kursinya dan berjalan menuju toilet, mencuci wajahnya agar pikirannya kembali normal, tak lama terdengar suara kaki melangkah mendekat, krist melihat ke belakang dan ternyata itu singto.

"Phi krist" ucap singto sembari mendekat ke arah krist.

"Y-ya?"

Singto semakin dekat dengannya hingga membuat krist sedikit tak nyaman, kemudian singto tersenyum.

"Apa phi membutuhkan sesuatu?"

"T-tidak"

"Sesuatu... Mungkin? Aku bisa melakukannya"

"Bukankah kamu berjanji kemarin untuk tidak bersikap seperti ini lagi" ucap krist.

"Tapi aku suka seperti ini" ucap singto.

"Perjalanan kita masih sangat jauh phi" lirih singto sembari mengukung tubuh krist di wastafel.

Sedangkan krist, jantungnya berdebar kencang, tidak.. krist bukan homophobic hanya saja ingatkan krist jika dia sudah menikah dan mempunyai seorang putri cantik, anaknya akan kecewa jika ia menghianati mamanya nanti, tapi wajah pria di depannya saat ini benar-benar manis hingga membuat jantung krist berdetak kencang, apa dia jatuh cinta? Tak mungkin dia sangat mencintai istrinya.

"Aku sudah lama membayangkan ini, apa phi tahu jika aku belum pernah berciuman sebelumnya, apa phi mau menjadi orang pertama yang mencium bibir ku?" Lirih singto.

Krist meneguk ludahnya, itu berarti tubuh singto belum terjamah orang lain dan dirinya orang pertama yang akan merasakan itu.

Singto mendekatkan wajahnya namun krist malah memegang kepala singto agar berhenti.

"K-kita bahkan baru bertemu empat kali" ucap krist.

"Ya, memangnya kenapa? Aku yakin dengan phi, aku bahkan menyukai phi sejak pertama kita bertemu di bandara waktu itu, bukankah phi juga mulai menyukai ku? Lihat wajah phi bahkan memerah berada di dekat ku" ucap singto dengan percaya dirinya.

"Apa menurut mu masuk akal menyukai seseorang padahal baru beberapa kali bertemu?"

"Ya, cinta bisa tumbuh kapan saja dan di mana saja, kita tak bisa menebak dan juga tak bisa melarang perasaan itu untuk hadir" jelas singto.

Krist terdiam mendengarnya, apa benar dia jatuh cinta sekarang? Kenapa secepat itu? Tidak, mungkin dia hanya malu karna sedekat ini dengan pria.

Ponsel krist berdering, krist melihat dari layar ponselnya terdapat nama istrinya di sana, namun entah kenapa krist malah mengabaikan itu bahkan mematikan ponselnya sekarang.

"Lihat, phi bahkan tak mengangkat panggilan itu, phi pasti tak mau aku salah paham kan?" Ucap singto.

"....."

"Baiklah, kita resmi menjalin hubungan hari ini" ucap singto, senang.

"......"

"Coba kita buktikan sesuatu" ucap singto sembari memeluk krist.

Krist memejamkan matanya menikmati aroma wangi tubuh singto, walau tubuhnya masih sedikit bergetar karna tak menyangka jika ia akan memeluk orang lain selain istrinya sekarang tapi krist tetap menikmati pelukan itu.

Singto melepas pelukan mereka dan tersenyum.

"Phi menyukai ku! Phi bahkan nyaman berada di pelukan ku" ucap singto.

"Sebaiknya kita kembali sekarang" ucap krist.

"Baiklah" ucap singto.
















Tbc.

Flight With Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang