38

11.2K 1.3K 104
                                    




Pelan-pelan bacanya, biar paham.

TYPO

"Nanti gak usah ikut ke undangan kantor"

"Kenapa mas? mas pergi sendiri?" Tanya Acha

"Enggak, kita gausah pergi"

Acha mengernyit, "Kenapa? Bukannya mas bilang acaranya penting?"

"Kamu lagi hamil, pulangnya pasti larut"

"Acha gapapa tau kalo ditinggal, mas pergi aja"

Maraka mengangguk, "Gak mungkin ninggalin kamu sendirian, kalo kamu butuh apa-apa gimana?"

Acha memandang Maraka dengan wajah sedikit jijik(?)

"Mas gausah lebay deh, Acha hamil bukan lumpuh"

"Yang bilang kamu lumpuh siapa? Dokternya tadi kan bilang kamu nya jangan kecapean, kalo kamu butuh sesuatu kebawah, turun naik tangga emang kamu pikir gak nguras tenaga?"

"Sediain lift makanya" decak Acha sebal

Maraka memandangnya, "Padahal rencananya mau beli rumah jadi, kalo mau pake lift harus dibongkar, kalo bangun baru pasti lama, kalo beli yang sudah ada lift nya belum tentu sesuai keinginan kan?"

"Mas! Acha gak serius juga!" Acha sudah kesal demi apapun.

"Ya tapi itu ide bagus buat pake lift"

Acha menghela nafas lelah, "Dah, serah lu dah Maraka terserah"

Maraka berbaring disamping Acha, berbaring menghadap Acha, menumpu kepalanya dengan siku, wanita itu hanya memandangnya sekilas lalu kembali pada ponsel ditangannya

"Lagi liat-liat apa?" Tanyanya membenarkan anak rambut sang istri

Ini dia kesambet apa lagi? Batin Acha

"Stroler" jawab Acha, Maraka mengangguk sibuk memandangi wajah Acha sesekali mengecupi ringan kening wanita itu

"Ini bagus gak mas?" Acha menunjukkan layar ponselnya pada Maraka



"Kayak punya anak laki-laki"

Acha menaikkan kedua alisnya

Emang laki-laki, batin Acha

"Ini bagus nih Cha"

"Mas?"

"Hm? Baguskan? Harganya cuma beda tipis"

Acha berdecak, "Kenapa milih itu?"

"Kan cantik sayang, lebih cocok sama anak perempuan"

"Kalo anak kita laki-laki gimana?" Tanya Acha

Maraka diam, lelaki itu sibuk melihat-lihat ponsel Acha

"Ini juga bagus, ada tas-an nya bisa nyimpen barang-barang"

"Mas..."

Maraka menarik nafasnya, "Yah gapapa, emang kenapa?"

"Kok kayak gak suka gitu?"

"Biasa aja"

"Enggak, gak biasa aja. Mas emang gak pengen anak laki-laki kan?"

Maraka terdiam sebentar, "Mas...pengen, tapi mas, mas gak mau Cha, kalo dia harus berakhir kayak mas"

"Mas, kan mas sendiri yang bilang gak akan ngelibatin anak mas soal apapun yang berhubungan sama bisnis keluarga mas, kenapa mas yang malah ketakutan gini?"

"Mencegah lebih baik dari pada mengobati"

"Kalo gak bisa dicegah? Kalo emang rezeki kita dapetnya anak laki-laki?"

Acha untuk Maraka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang