04. SELFISH

98 5 0
                                    

Erika menyeka keringatnya yang sejak tadi mengenai wajah. Sudah pukul sembilan malam, namun sejak tadi Mayang belum juga menyuruh mereka untuk pendinginan, padahal napas Erika sudah hampir habis.

Melihat para Atletnya sudah mulai lemas, sesuai harapan Erika tiba-tiba Mayang menyudahi latihan tersebut. "Silahkan minum, setelah itu cooling down."

Erika mulai berjalan untuk mengambil botol minumannya yang ada di atas matras, meneguk air mineral tersebut sampai habis tak tersisa. Lagi-lagi Mayang menghampirinya, "Erika, Sabeum mau bicara sama kamu."

Erika mengangguk kecil, hanya bisa menunduk dihadapan Mayang.

"Ada apa sama kamu? Kamu selalu nggak fokus, kaki kamu juga kaku, nggak selentur yang biasanya. Bahkan, Sabeum lihat kamu semakin kesini kaki mu semakin berat untuk di angkat." papar Mayang mengoreksi.

"Maaf, Sabeum." balas Erika.

"Sekarang semuanya nimbang berat badan." Mayang mengambil timbangan badan digital dan menaruhnya tepat di depannya. Satu persatu para Atlet mulai mencobanya, Mayang pun mencatat berat badan mereka.

"Safira, kamu over satu kilo."

"Syifa, jangan makan terus."

"Citra, jaga berat badan kamu."

"Anggun, pertahanin berat badan kamu."

Sekarang giliran Erika yang mencoba. Wanita itu sedikit bergetar saat menaruh kedua kakinya diatas timbangan. Dan benar saja, lagi-lagi berat badan Erika tidak ada yang berubah, tetap di 55 kg.

Mayang membuang napasnya kasar. Mulai jengkel dengan sikap Erika yang selalu meremehkan setiap nasehatnya. "Sampai berat badan kamu nggak ada perubahan, Sabeum yang bakal ambil alih pola makan kamu."

"Maaf, Sabeum."

"Silahkan cooling down. Karena besok hari Sabtu, kalian boleh pulang ke rumah."

Seperti biasa, sebelum semua Atlet di persilahkan untuk pulang, Mayang mengevaluasi para Atletnya agar kesalahan yang mereka lakukan bisa di perbaiki sampai menjadi yang terbaik.

Erika keluar dari gedung latihannya, berpas-pas an dengan Olif yang juga baru menyelesaikan latihan malamnya.

Erika menatap Olif seraya tersenyum simpul, keduanya sama-sama lelah, mereka pasti memiliki beban dan tanggung jawab yang sama, yaitu membuat orang tua bangga, menghasilkan prestasi, dan lain sebagainya.

Namun, Erika selalu mempunyai cara untuk menghilangkan rasa penatnya, yaitu dengan berkumpul bersama teman-temannya di Bersua Cafe.

"Baru selesai latihan lu?" tanya Erika yang sebetulnya tidak perlu di jawab.

"Menurut lu?" jawab Olif tidak santai.

"Lu capek nggak, sih, kita gini-gini mulu hidupnya?"

"Nggak usah di tanya, Ka, udah pasti gue capek."

"Lu hari ini pulang, kan?" tanya Erika lagi.

"Gue nggak tau." jawab Olif ragu-ragu.

"Kasihan Ibu lu nunggu di rumah. Soalnya habis ini gue langsung balik ke rumah."

"Gimana, ya..."

"Ngapain masih di pikir. Udah, mending lu balik aja ke rumah, lagian nggak setiap hari kita bisa pulang. Emang nya lu nggak kangen sama Ibu dan Adik  lu?"

"Iya, sih. Ya udah, deh, gue juga mau balik."

"Gitu, kek, pakai mikir segala."

Olif merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya baru duduk di kelas tiga SD. Bedanya, Adiknya bersekolah di sekolah negeri biasa, tidak seperti Olif yang sejak kecil sudah masuk ke dalam dunia keolahragaan.

BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang