09. FALLING IN LOVE

46 3 0
                                    

Kelas sudah terlihat ramai saat Erika datang. Harusnya pagi ini di awali dengan senyuman yang merekah seperti yang orang-orang lakukan. Tapi, semua itu tidak berlaku bagi Erika yang setengah hidupnya harus rela di ganggu Kamal, laki-laki menyebalkan dan letoy seperti jelly.

Tatapan datar berhasil menghiasi setiap bentuk wajah milik Erika. Wanita itu menghela napas panjang, mencoba tetap sabar meskipun tangan sudah terkepal dan ingin memukul wajah Kamal sampai terpental. "Lu mau ngapain lagi, sih, Kamal?"

"Setelah Kamal pikir-pikir, Kamal tetap akan memperjuangkan Erika!" ucap pria itu lantang dengan penuh semangat. Erika menggaruk rambutnya frustasi, lalu menyembunyikan wajahnya di atas meja. "Jangan buat gue emosi pagi-pagi, Kamal."

"Kalau gitu Erika diam aja, Kamal mau ngomong sesuatu sama Erika."

"Hmm,"

Kamal mulai mengatur napas serta detakan jantung nya yang terus berdebar. "Jadi, gimana? Erika udah nerima perasaan Kamal?"

"Jangan lama-lama ya, Erika, Kamal tipikal orang yang nggak sabaran."

"Tapi, kalau di bilang capek, Kamal nggak pernah capek kok untuk ngejar-ngejar Erika."

"Maling aja Kamal kejar, masa Erika nggak."

"Malahan Kamal senang bisa ngejar-ngejar Erika. Sebenarnya Kamal tahu kok, kalau Erika juga nyimpen perasaan yang sama kayak Kamal, cuma ketutup gengsi aja."

"Benar kan, Erika?" ujar Kamal panjang lebar. Sudah jengah mendengar setiap kalimat yang keluar dari mulutnya, Erika berdiri dan mengguyur tubuh Kamal dengan air mineral yang ada di laci mejanya. "HIHHHHH!!"

Satu kelas menganga tidak percaya, apalagi saat melihat kondisi seragam Kamal yang sebagian sudah basah karena ulah Erika yang reflek mengguyurnya.

"Erika?"

"Gapapa kok, Erika. Kamal emang belum mandi hari ini. Hitung-hitung di mandiin sama calon pacar."

"Sorry, gue reflek." kata Erika merasa bersalah. "Gapapa, Erika. Mau bagaimana pun semua ini Kamal anggap sebagai perjuangan. Tapi, dingin juga ya ternyata."

"Mending lu ganti baju."

"Tuh, kan, Erika perhatian. Kalau kayak gini, mah, Kamal mau di guyur terus."

"Balik ke kalas lu atau gue guyur pakai galon?!"

"Oke." takut mendengar ancaman dari Erika, Kamal langsung berlari dari hadapan wanita itu. Erika berjalan ke belakang kelas untuk mengambil kain pel, deretan meja nya habis basah karena aksinya barusan yang berani menyiram Kamal dengan air mineral.

Erika mengepel lantai di daerah bangku nya. Teman-temannya sudah tidak memperhatikannya, karena menurut mereka itu sudah biasa terjadi, apalagi yang berdebat Erika dan Kamal, pasti semua orang juga tahu bahwa keduanya tidak pernah akur.

Olif datang, menghampiri sahabatnya. "Lu piket, Ka?"

"Nggak," jawab Erika tanpa menatap Olif.

"Terus ngapain ngepel lantai? Tumben banget."

"Gue habis nyiram Kamal pakai air."

"Lu serius?! Kemana anaknya? Dia nangis, nggak?" tanya Olif bertubi-tubi. Erika menegakkan tubuhnya, lalu menopangkan dagu nya di ujung gagang pel. "Nggak usah di tanya, Lif. Gue guyur dia malah kesenangan."

"Hahahaha, kocak banget tuh cowok." Olif tertawa mendengarnya. Harusnya ia masuk ke dalam kelas lebih awal, supaya bisa melihat ekspresi Kamal yang menurutnya sangat lucu. Meskipun menyebalkan, Kamal memang memiliki wajah seorang pelawak, bagi Olif.

BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang