12. HOME

44 2 0
                                    

Delapan tahun yang lalu...

Erika menatap langit-langit kamarnya datar. Jendela sengaja ia buka agar ada angin sepoi-sepoi yang masuk. Hari itu semuanya tampak membosankan. Olif sedang latihan, sementara dirinya masih sibuk melamun di asrama. Sejak tadi perutnya sudah keroncongan, padahal Erika baru makan dua jam yang lalu. Sebenarnya Erika hanya ingin ngemil dan meminum minuman dingin, sudah itu saja, tapi Erika sedang diet ketat untuk pertandingannya seminggu lagi.

"Wah, bisa gila nih gue lama-lama."

"Nggak bisa gue, nggak bisaaaa!"

"Gue butuh makan!!"

"Bakso enak kayaknya, nih. Tambah es jeruk, beuhhh!"

"Sadar, Erika, sadar!" Erika memukul kepalanya berulang kali. Ia harus menghapus semua bayang-bayang makanan yang terus menggodanya. Bisa-bisa Erika khilaf dibuatnya.

Satu notifikasi muncul. Dengan gerak cepat Erika menyalakan layar ponsel yang awalannya mati. Senyuman Erika terukir indah, wanita itu segera bangkit dan berlari keluar gedung asrama saat melihat notif dari Ardian.

Melihat punggung belakang Ardian yang sudah terlihat di depan gerbang asrama, Erika semakin mempercepat kelajuan langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat punggung belakang Ardian yang sudah terlihat di depan gerbang asrama, Erika semakin mempercepat kelajuan langkahnya. "KAKAKKKKK!"

Ardian membalikkan badan. "Jangan lari-lari, Erika."

Setibanya Erika, wanita itu berdiri di hadapan Ardian sambil tersenyum manis. Ardian ikut tersenyum, merapihkan rambut Erika yang cukup berantakan, lalu pria itu selipkan di belakang telinga. "Jangan lari-lari, Erika. Kalau jatuh gimana?"

"Hehehe, abis Erika senang Kakak tiba-tiba datang. Ada apa, Kak?"

"Kakak lagi nggak ada kelas, mau jalan-jalan?"

"Mauuu. Tapi, Erika laper banget, pengin makan sesuatu." Erika memberi tatapan sedih, sambil memegangi perutnya yang ingin diisi berbagai macam cemilan.

"Erika kan lagi diet."

"Tapi, Erika pengin makan sesuatu..."

"Em... Kakak punya roti, nih. Tadi nggak sengaja beli di pinggir jalan sebelum kesini." Ardian mengeluarkan roti yang ada di tangannya. Awalnya roti itu ingin ia makan, tapi setelah melihat isinya selai kacang, Ardian sudah tidak lagi selera. Mengetahui ada selai kacang di dalam roti itu, Erika merampas roti itu dari tangan Ardian. "Buat Erika aja ya. Kakak kan nggak suka kacang, dari pada di buang kan sayang."

"Iya, Erika makan aja. Nanti sore Kakak temenin jogging, biar berat badannya nggak naik drastis."

Erika mengangguk setuju. Sebetulnya Ardian tidak tega setiap kali melihat Erika yang kelaparan. Jadi, cara Ardian untuk mencegah berat badan Erika supaya tidak naik yaitu memberi secuil atau bahkan sedikit cemilan saja, tapi setelah itu Ardian yang akan menemani Erika berolahraga. Entah caranya berguna atau tidak, yang penting Ardian tidak mau melihat Erika tersiksa.

BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang