11. SPENT A LOT OF TIME

44 5 0
                                    

Sudah malam, tepat pukul delapan. Olif masuk ke dalam Bersua dengan mata seperti mencari-cari seseorang. Untung saja Olif melihat Tio yang sedang mengantar pesanan pelanggan, langsung saja Olif menghampirinya. "Kak Tio!"

"Apaan, buset?!" Tio berbalik sambil ngegas.

"Erika mana?"

"Datang-datang nyariin Erika, mana gue tahu! Orang dari tadi dia nggak kesini."

"Terus dia kemana, ya?" Olif menghembuskan napasnya panjang. Erika memang senang sekali membuat Olif khawatir. Olif tahu Erika sudah pulang dari kegiatannya tadi siang di Jakarta Barat. Bahkan saat bertemu salah satu anak taekwondo yang bernama Citra, wanita itu bilang mereka baru saja tiba tiga jam yang lalu.

"Kenapa emang?" Tio ikut bertanya-tanya.

"Waktu gue mau keluar dari kamar, tiba-tiba udah ada tas nya Erika di depan pintu. Tapi, orangnya yang nggak ada. Makannya gue kesini, eh, ternyata nggak ada juga."

"Ngilang kalik, tuh, bocah." timpal Sams yang datang dari arah dapur.

"Atau nyari gelang kesayangannya, ya?"

"Gelang yang warna item itu?" Farras ikut angkat bicara. Mata Olif terbuka lebar, menjentikkan jarinya saat ada seseorang yang tahu benda seperti apa yang sedang ia cari-cari. "Nah, iya! Kok Kakak tahu?"

"Ardian!" Tio memanggil nama Ardian cukup keras, hingga beberapa pelanggan menoleh kearahnya. Pria itu datang dengan raut wajah tanpa ekspresi. "Apa?"

"Tuh, gelangnya Erika ada sama Ardian." Tio menunjuk Ardian menggunakan dagu mencoba memberi tahu Olif. Mata Olif berbinar melihat gelang Erika ada di tangan Ardian. "Akhirnya gelangnya Erika ketemu. Sini Kak, biar gue kasih ke Erika."

Ardian menjauhkan tangannya, menolak tawaran Olif. "Biar gue yang ngasih gelang ini sendiri. Mana orangnya?"

"Ngilang."

"Ngilang?" Ardian mengerutkan dahinya heran.

"Diculik kalik."

"Woi, jangan sekate-kate lu! Gue takut penculiknya kenapa-napa." ucap Sams tidak terima. Bukan mengkhawatirkan Erika, melainkan penculiknya. Padahal belum tentu Erika di culik. Lagi pula siapa yang mau menculik wanita seperti Erika? Yang ada penculik itu rugi besar.

"Dongo!" Farras menempeleng kepala Sams.

"An, cari Erika gih." suruh Tio. Ardian mengangguk. Melihat Ardian yang ingin beranjak pergi mencari Erika, Olif jadi ingin ikut dengannya. "Gue ikut dong, Kak!"

"Lu disini aja bantuin gue nganterin pesanan, gantiin si Ardian." potong Tio mencegah Olif pergi. Wanita itu berdecak sebal, padahal tujuan Olif ikut mencari Erika untuk menghindari ini. "Ck, ngeselin."

"Sama gue aja, Lif." Farras mengajak Olif untuk membantunya membuat pesanan pelanggan. Mendengar suara itu berasal dari orang yang ia sukai, tentu saja Olif langsung mengangguk setuju. Hitung-hitung mau berduaan sambil bikin kopi. "Bolehhhh!"

Ardian keluar dari dalam Bersua dengan berjalan kaki. Mencari Erika menggunakan motor akan sia-sia, karena Ardian yakin bahwa Erika tidak akan pergi jauh. Pasti ke tempat-tempat sepi yang cukup menenangkan pikiran. Taman di belakang TSS terlintas di kepala Ardian. Pria itu segera berlari dengan dibaluti perasaan cemas.

Sesampainya di taman belakang TSS, Ardian tidak menemukan siapa pun. Tempat itu kosong, hanya terdengar suara jangkrik yang saling bersahut-sahutan. Ardian berkacak pinggang, ternyata tebakannya kali ini salah. "Erika, lu ngilang kemana?"

Ardian terus berpikir. Sampai satu tempat terakhir masuk ke dalam memori Ardian. Tempat dimana mereka bertemu beberapa hari yang lalu. "Belakang bangunan asrama cewek?"

BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang