13. WITH YOU

59 2 0
                                    

Erika pulang kerumahnya setelah menemui Mayang. Mumpung hari ini Erika tidak ada latihan jadi ia memutuskan untuk mengunjungi Papa nya. Sebenernya rasa bersalah Erika terhadap Nugroho jauh lebih besar ketimbang rasa bersalahnya kepada orang lain.

Selama ini Nugroho yang menjaga nya sampai umur dua puluh lima tahun. Tapi, balasan Erika malah selalu meninggalkan Kakek nya sendirian. Lagi pula kalau Erika bisa meminta, Erika juga mau jika di masukkan ke dalam sekolah negeri biasa, bukan sekolah khusus keolahragaan. Tapi, semua ini kemauan Nugroho dan juga kedua orang tua Erika.

Meski begitu, Erika sebagai cucu juga sebenarnya sadar diri. Nugroho rela merawat nya, apa tega jika Erika masuk TSS hanya untuk bermalas-malasan? Tentu saja tidak. Maka dari itu, di masa depan Erika bisa sampai di sebut atlet nasional demi Nugroho, Kakeknya.

"Papa pasti senang ngeliat Erika pulang, apalagi Erika bawa kwetiau kesukaannya."

"Kasian juga Papa selama gue masuk SMA, mana gue tidur di asrama mulu, boleh pulang cuma hari Sabtu, Minggu, sama kalau ada keperluan penting."

"Jadi, mumpung gue di kasih kesempatan karena bisa balik lagi ke masa lalu, gue akan bikin Papa tambah bahagia lagi! Gue mau semua orang-orang terdekat gue merasa di sayangi. Dan, gue juga akan buat Papa supaya bisa akur sama Kak Ian."

Erika memasuki pekarangan rumah yang memiliki ukuran halaman sedang. Taman kecil yang biasanya di tanami bunga oleh Erika masih terjaga dan tertata bersih, pasti Nugroho yang rajin merawat serta menyiraminya.

Erika berjalan ke arah pintu utama dengan mengendap-endap. Saat tangannya sudah menyentuh knok pintu, Erika mulai mengintip untuk memastikan keadaan di sekitar ruang tamu. "Sepi, kayaknya Papa ada di kamar. Gue samperin, ah..."

Layaknya seorang pencuri, Erika seakan sedang bermain petak umpet bersama Nugroho, bedanya tidak ada yang menghitung. Tertinggal beberapa langkah lagi, suara batuk berdahak yang cukup keras berhasil mengejutkan Erika.

UHUKK

UHUKKK

Mendengar suara itu berasal dari kamar Kakeknya, Erika spontan mematung di balik tembok. Bukan karena Erika tidak cemas dengan apa yang terjadi di dalam sana, tapi perkataan Nugroho di selang batu berdahak nya yang membuat Erika terdiam seperti batu.

"Saya harus bisa bertahan."

"Uhuk, uhuk! Saya harus bertahan sampai bisa melihat Erika sukses."

"Dan saya akan selalu bertahan sampai bisa menjadi wali di pernikahan Erika kelak."

Erika diam seribu bahasa. Matanya seketika berkaca-kaca. Jantungnya merasa terenyuh. Kalau sudah persoalan keluarga Erika tidak bisa membendung semua kesedihan yang ia rasakan. Sampai perkataan Nugroho selanjutnya semakin membuat hati mungil Erika teriris.

"Saya harus merahasiakan penyakit paru-paru ini dari Erika."

"Saya tidak mau cucu saya kembali merasakan yang namanya kehilangan."

"Kasihan dia, di dunia ini Erika hanya punya saya." ucap Nugroho tanpa sadar jika Erika sejak tadi terus menguping di balik tembok kamarnya.

Nugroho mengalami gangguan pada sistem pernapasan yang disebut penyakit paru obstruktif kronis. Penyakit ini memang berlangsung secara jangka panjang, tapi lama-kelamaan jika tidak ada usaha untuk mengatasinya maka kematian pun yang akan datang menjemputnya.

Erika menutup mulutnya rapat-rapat. Agar suara isakannya tidak terdengar. Benar, setelah mendengar perkataan Nugroho satu tetes air mata Erika reflek terjatuh menuruni pipi. Jadi, selama ini Nugroho terus menahan rasa sakitnya sampai Erika berumur dua puluh lima tahu? Dan, semasa hidupnya Erika baru mengetahui hal tersebut? Sungguh, jika ada kata-kata cucu ter-bodoh itu adalah Erika.

BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang