"Aku ingin mengulang waktu itu."
Kalau saja kalimat dan keinginan itu tidak muncul di benaknya, pasti semua ini tidak akan terjadi.
Erika Ayuningtyas, seoarang mantan Atlet Nasional yang bekerja di pusat keolahragaan. Memiliki banyak cerita, banyak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bila nanti saatnya telah tiba, ku ingin kau menjadi istriku." akad — payung teduh
. . . .
Pertandingan kali ini berakhir dengan membawa kebanggaan dan kebahagiaan. Para penonton di perbolehkan untuk turun serta memasuki area pertandingan. Karena setelah ini hanya tersisa moment pengalungan medali sebagai bentuk apresiasi kepada para Atlet yang mendapatkan juara.
Beberapa menit yang lalu Erika di susul oleh Nugroho ke ruangan khusus Atlet TSS. Erika memeluk Kakeknya sangat erat dengan meneteskan air mata. Erika tidak tahu jika Nugroho sudah bertemu dengan Ardian, karena Nugroho tidak mengatakan hal apapun. Ia hanya datang untuk memberi ucapan selama kepada cucunya.
Setelah itu, Nugroho kembali ke area tribun untuk memberi Erika waktu mengganti pakaian. Tak lama, selepas berganti pakaian Erika di kejutkan dengan kemunculan Ardian yang tiba-tiba nongol di depan pintu ganti. "Emang ada ya? Cewek yang habis turnamen cantik nya jadi nambah?"
"KAKAKKK?!" Erika reflek naik ke atas gendongan Ardian seperti bayi koala. Wanita itu memeluk lehernya tak kalah erat. Ardian tersenyum, membawa tubuh Erika untuk berputar lantaran merasa senang. "Cantik nya Kakak keren!"
"Erika berhasil bawa pulang medali emas, Kak Ian!"
"Iya, Kakak tahu. Kakak bangga sama Erika, bangga banget. Makasih ya, udah bertahan sampai final."
"Harusnya Erika yang bilang makasih. Makasih ya, udah bawa Tante Naya, Om Andre sama Nara buat nonton Erika. Erika sampai kaget ngeliat mereka tiba-tiba datang. Tapi, karena ada mereka Erika merasa lengkap kali ini. Erika benar-benar bahagia. Ini kebahagiaan yang selalu Erika inginkan."
"Kalau buat Erika, mereka selalu maju nomor satu." Erika tersenyum. Ardian manis sekali. Rasanya ingin Erika miliki sampai berjuta-juta tahun lamanya.
Erika turun dari atas gendongan Ardian. Ingin sedikit bertanya-tanya tentang perjalanannya tadi. "Waktu perjalanan kesini Kakak nggak ketemu Via?"
"G—gapapa." Erika nampak berpikir. Semua ini tidak sesuai dengan yang Erika pikirkan. Ada sedikit yang berbeda. Erika jadi kebingungan. "Aneh."
"Setelah ini Erika mau hadiah apa dari Kakak?" Ardian menawarkan hal menarik sebagai bentuk dukungannya. Tanpa banyak berpikir, Erika langsung menjawabnya. "Erika cuma mau makan berdua sama Kakak di pinggir jalan, boleh?"
"Cuma itu? Nggak ada yang lain?"
"Nggak ada."
"Oke, setuju." Ardian mengangguk setuju. Kembali mengangkat tubuh mungil kekasihnya dan berputar satu kali sangking senangnya. "Kakak bangga banget sama anak kecil satu ini."