Erika berjalan di lorong koridor sekolah, ditemani Kamal yang sudah sepuluh menit mengoceh seperti burung beo. Lagi-lagi pagi harinya sudah di sambut oleh dedemit kesiangan, yang hanya menganggu waktu pagi sampai sore saja, bila sudah malam dedemit itu tidak akan muncul atau bahkan sedang tidur sambil mengorok.
"Erika kenapa, sih? Nggak mau nerima cintanya Kamal?"
"Perasaan Kamal itu nyata, no fake fake!" Kamal mulai mengeluarkan aura hiperbola yang sejak dulu sudah melekat di tubuhnya. Kalau tidak heboh, bukan Kamal namanya.
"Coba Erika pikir-pikir lagi,"
"Kamal ganteng? Udah."
"Perhatian? Udah."
"Maco? Apalagi."
"Pintar? Nggak usah ditanya, Kamal agak bego soalnya."
"Tapi, coba Erika lihat fisik Kamal. Cowok mana yang punya otot kayak gini?" Kamal terus membanggakan dirinya sendiri, memamerkan otot bebek miliknya serta gaya selengekan yang sudah mendarah daging. Erika yang jengkel menendang bokong Kamal pelan hingga sang pemilik terus menggosok bokongnya yang habis kena sasaran.
"Berisik lu, gue kuncir juga mulut lu biar diam!" ancam Erika berancang-ancang ingin menonjok.
"Apa perasaan Erika buat Kamal udah nggak ada lagi?" Kamal masih saja berulah. Erika menghembuskan napasnya panjang. Sabar adalah kunci pertama yang harus kalian hadapi ketika berhadapan langsung dengan Kamal. "Emang dari awal nggak ada, Kamal."
"Kamal kira hubungan kita selama ini spesial." mimik wajah Kamal berubah menjadi sedih.
"Lu mau gue kasih tahu sesuatu, nggak?"
"APA? APAA?" sedetik kemudian raut Kamal berubah sangat excited.
"Gue jatuh cinta sama seseorang."
"Pasti itu Kamal, kan? Kamal tahu kalau sebenarnya Erika itu punya perasaan yang sama kayak Kamal."
"Bukan lu, tapi cowok di kampus seberang sekolah kita."
"NGGAK! NGGAK! Belum apa-apa saingan Kamal udah bertambah terus." omel Kamal. Seperti tidak memberi restu Erika untuk jatuh cinta dengan pria lain. Erika memutar kedua bola matanya malas, "Kata gue lu harus cari cewek sih,"
"Nggak akan! Kasih tahu Kamal siapa cowok yang berani deketin Erika dan ngehalangin perjuangan Kamal selama ini?!"
"Namanya Ardian Aksa Nayaka, cowok terganteng se-alam semesta!" balas Erika sambil berteriak dan berlari meninggalkan Kamal beserta kepingan hati yang hancur lebur. Seketika Kamal mewek, terperosot ke bawah lantai koridor dengan menghentakkan kedua kakinya kesal. "Sakit hati Kamal!"
"Tega banget Erika menyakiti hatiku yang suci ini."
Kamal menjada pusat perhatian, bukannya menolong semua murid malah menghindar. Satu sekolah juga tahu kalau Kamal itu rada-rada sinting. Kamal itu aslinya mood booster, kalau sikap alay dan joroknya bisa dihilangkan. Selain memiliki sikap hiperbola, Kamal itu juga jorok. Selalu menempelkan upilnya sembarangan, menyisir rambutnya kebelakang dengan tangan yang sudah ia jilat. Pokoknya jorok deh!
Olif yang baru tiba di koridor karena Erika meninggalkannya di asrama juga ikut jengah karena pagi-pagi sudah melihat Kamal yang seperti anak kecil. Olif menepuk jidatnya tidak percaya, Kamal ini benar-benar membuatnya gemas.
"Woi, ngapain sih lu disini? Nggak malu di liatin banyak orang?"
"Hati Kamal sakit, Olif... Erika yang nyakitin Kamal lagi..."
"Emang Erika bilang apa?"
"Erika suka sama cowok kampus yang namanya Ardian,"
"Bagus dong!" bukannya mendukung Kamal, Olif malah semakin mengompori. Kamal menatap Olif tidak senang. "Lihat aja, kalau Kamal ketemu sama cowok itu bakal Kamal habisin, Kamal uleg-uleg mukanya! Enak aja dia rebut Erika dari Kamal, padahal tampang Kamal jauh lebih cakep! Kayaknya, sih..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓
Teen Fiction"Aku ingin mengulang waktu itu." Kalau saja kalimat dan keinginan itu tidak muncul di benaknya, pasti semua ini tidak akan terjadi. Erika Ayuningtyas, seoarang mantan Atlet Nasional yang bekerja di pusat keolahragaan. Memiliki banyak cerita, banyak...