10. CHANGED DESTINY

38 3 0
                                    

Setelah pergi nongkrong bersama teman-temannya, Erika dan Olif berpamitan untuk kembali ke asrama. Lagi pula Bersua sudah mau tutup, tadi Erika melihat teman-temannya bersiap merapihkan semua kursi. Iya, dia dan Olif hanya melihat tidak berniat membantu. Buktinya mereka kabur dengan alasan sudah ditunggu Bu Rima.

"Lif, kenapa gajah pantatnya gede?" Erika mencoba memberi tebak-tebakan konyol. Olif berjalan mundur sambil berpikir menatap Erika. "Supaya bisa duduk kalik."

"Salah."

"Terus?"

"Karena gajah suka bohong."

"Apaan buset?! Nggak nyambung tebak-tebakan lu!" Olif memukul pundak Erika pelan. Tidak terima dengan jawaban Erika yang di luar angkasa. "Nyambung, lah! Ada pepatah bilang kalau bohong pantatnya lebar."

"Emang iya?" Olif balik bertanya, mau-mau saja Olif di begoin Erika. Mana Olif percaya, membuat Erika semakin senang menggodanya. "Lu aja yang norak."

Sedang asyik-asyiknya bercanda sambil berjalan di pinggir trotoar, kedua wanita itu melewati segerombolan pria yang sedang mabuk. Awalnya Erika dan Olif acuh terhadap sekitar, tapi panggilan pria bertato membuat langkah mereka terhenti.

"Sendirian aja neng, mau Abang temanin, kah?"

"Mau gue gebukin, kah?" sahut Erika masih dengan nada santai. Olif menggenggam lengan Erika, menyuruh Wanita itu untuk melanjutkan langkahnya saja. "Udah, Ka, diemin aja."

"Gue tendang dwi-chagi pingsan lu!"

"Udah, Erika." Olif menggeret Erika agar pergi dari sana. Sayangnya para gerombolan itu kembali membuat emosi mereka meledak-ledak.

"Tapi ngeliat body lu yang rata gue jadi nggak selera!"

"Dihhhh, sok tahu banget lu kalau body gue rata!" serkas Olif tidak terima dan menghampiri gerombolan itu lebih dekat. Padahal tadi Olif terus menyuruh Erika untuk bersikap masa bodoh. "Apa lu?! Gue tonjok lu--"

"Eh, jangan. Kita keroyok aja!" Erika mencegah Olif, tapi juga mendukung Olif, bahkan semakin mengompor-ngompori.

"Seranggggg!!" teriak kedua wanita itu sambil melempari batu krikil yang ada di pinggir trotoar. Yang di lempari sibuk melindungi diri, namun saat mereka ingin melakukan perlawanan, Erika sudah lebih dulu menyuruh Olif untuk berlari kabur. "LARI WOI LARIIII!"

"YAHAHAHA, RASAIN LU!"

"NGGAK KENA, NGGAK KENA!"

"Cewek sialan!" umpat Pria bertato. Kalau saja kedua wanita tengil itu berhasil mereka tangkap, mungkin sekarang nasibnya sudah menjadi tempe mendoan.

Saat jarak mereka sudah jauh dari para gerombolan pemabuk, keduanya tergelak. Barusan itu sangat lucu, nyaris membuat Olif kencing di celana sangking lucunya. "Tot, gue nggak kuat lari lagi. Perut gue sakit ketawa mulu."

"Sama, gue juga. Oke, kita jalan."

Belum ada sepuluh menit, mereka kembali mendengar derap kaki sekumpulan orang yang sedang berlari. Keduanya reflek menoleh kebelakang, dan benar saja jika itu adalah para gerombolan pemabuk tadi. Tapi, ada yang beda dari mereka semua. Erika mengerutkan dahinya saat melihat luka lebam di sekujur wajah mereka.

"Buset, kenapa balik-balik mukanya udah ancur?" Olif ikut penasaran.

"Bukannya emang udah ancur?"

"Dia lari kesini! Dia lari kesini!" heboh Olif ketika para pemabuk itu hampir sampai di titik tempat mereka berdiri. Sayangnya saat mereka saling berpas-pasan, pria bertato sempat berhenti untuk meminta maaf dan kembali berlari kabur secepat kilat meninggalkan teman-temannya yang masih tertinggal di belakang. "Neng, maaf ya neng. Kita nggak akan ngulangin lagi."

BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang