06. FEELING

90 11 0
                                    

Erika masih sibuk dengan guling di kasurnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.40 WIB, tapi Erika seakan nyaman dengan mimpinya kali ini.

"Erika, bangun, kamu udah telat!"

"Erika,"

"ERIKAAAA!" Nugroho masih berusaha membangunkan cucunya. Melihat wajah Erika yang tiba-tiba tersenyum membuat Nugroho ngeri. "Sebentar, Pa, Erika lagi ketemu jodoh."

"Sekarang udah mau jam tujuh!"

"Oh..." Erika menganggukkan kepalanya kecil, tapi setelah itu matanya terbuka lebar dengan sempurna. Wanita itu segera melihat jam di atas nakas untuk memastikan, dan ternyata perkataan Papa nya kali ini benar, tidak ada maksud untuk membohonginya agar Erika segera bangun.

Tersisa waktu selama 20 menit, Erika menggunakan waktu itu dengan sebaik dan secepat mungkin. Setelah menyelesaikan mandi bebek nya, Erika segera mengenakan seragam dan mempersiapkan sedikit barang-barang yang ingin ia taruh di asrama.

"Papa, Erika berangkat, ya."

"Maaf ya, lagi-lagi Erika ninggalin Papa sendirian." ucap Erika lesu. Nugroho mengusap rambut Erika pelan, "Gapapa, kejar cita-cita kamu, Papa akan selalu nunggu kamu disini, sampai mendali emas yang selalu kamu mimpikan bisa kamu bawa pulang."

"Makasih ya, Pa, kalau gitu aku berangkat. Sampai ketemu hari Sabtu!" Erika mengecup pipi kanan Nugroho dan berlari begitu saja. Nugroho yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala, ia hanya memikirkan Erika, apalah selama ini didikannya terhadap Erika benar atau tidak, yang jelas Nugroho berharap bahwa jalan yang ia tunjukkan kepada Erika bisa membawanya pada kebahagiaan.

"Tyas, lihat anak kamu, dia sudah tumbuh menjadi gadis yang baik." lirih Nugroho.

Disepanjang jalan yang ramai kendaraan, Erika terus berlari supaya waktu yang masih ia miliki tidak terbuang sia-sia. Di pertengahan jalan tadi Erika baru ingat bahwa ada motor di rumahnya. Mungkin itu efek karena terlalu sering berjalan kaki dibandingkan menggunakan transportasi pribadi atau umum.

"Duh, masih jauh lagi," Erika berhenti untuk mengatur napas. Menyeka keringatnya yang mulai bercucuran. Tapi, saat melihat ada orang yang sedang asik duduk diatas jok motornya, Erika mengira bahwa itu pasti ojek. "Ada ojek, tuh, tapi masa iya tukang ojek rapi banget. Bodoamat, lah, yang penting gue bisa sampai ke sekolah."

Erika sedikit berlari, segera duduk di atas jok belakang motor miliknya tanpa ijin terlebih dahulu. "Bang, buruan antar gue ke TSS."

"Eh, eh, apa-apaan, nih?" si pemilik mulai kebingungan. Memutar kepalanya kebelakang untuk memastikan siapa orang yang sudah berani naik ke atas motornya. Saat mata mereka bertemu, keduanya diam.

Erika terkejut bahwa yang ada di hadapannya kali ini adalah Ardian. Wanita itu melihat-lihat motor Ardian yang terlihat berbeda dari yang Erika tahu. "Ini motor siapa?"

"Motornya Abi, gue tukeran motor sama dia kemarin." jelas Ardian.

"Oh..."

"Tunggu dulu, lu ngapain naik di atas motor gue? Maksudnya motor Abi?" tanya Ardian bingung.

"Anterin gue ya, Kak? Gue udah telat, nih!" pinta Erika.

"Ogah, gue lagi nungguin Abi disini." tolak Ardian cepat.

"Lu mau ngeliat gue di hukum?"

"Itu bukan urusan gue."

"Lu kan juga kuliah hari ini, arah kita juga se-jalan."

"Tapi, gue masuk nya jam 8."

Erika memutar bola matanya jengah. Jika seperti ini terus, yang ada Erika benar-benar bisa terlambat. Tapi, tiba-tiba saja sebuah ide konyol muncul di dalam otaknya. "Lama lu. Turun lu sekarang."

BISIKAN SEMESTA || THROWBACK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang