"Mereka harus merasakan penderitaan ku juga. Kau harus mati, Mix."
.Kacau. Itulah gambaran tepat untuk penampilan Mix sekarang. Kantung mata, kepala yang pusing, badan yang sakit, serta rambut yang berantakan.
Dia hanya mendapat tidur sekitar dua jam karena mimpi buruk. Tidak, itu bukan mimpi buruk, Mix yakin sekali itu adalah salah satu memori dari Mix yang asli. Mengingat mimpi itu lagi, kepalanya semakin sakit. Satu hal yang bisa dia simpulkan dari sepenggal kalimat yang diucapkan oleh laki-laki dimimpinyaㅡ ada yang dendam padanya dan 'mereka' yang dia sendiri tidak tau itu siapa.
Saat dia bangun, hari masih gelap dan keadaan masih dingin sekali. Mungkin itu sekitar pukul 4 atau 5 pagi. Mix mencoba untuk melanjutkan tidurnya, tapi tidak bisa. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar berjalan-jalan di sekitar kamp setelah mengencangkan tali pinggang mantelnya dan membawa sebuah tas koper kulit.
Kamp militer di Haverhill terbagi jadi beberapa titik. Ada kamp utama yang biasanya untuk berkumpul dan persiapan sebelum berperang, kamp prajurit untuk tempat tinggalㅡ dia berada di sini, kamp medis, juga dapur umum.
"Selamat pagi," sapa Mix pada sekumpulan prajurit yang sedang mengasah pedang mereka.
Prajurit-prajurit itu langsung berdiri begitu mendapati Mix sang adik dari Komandan Tay datang menghampiri mereka.
"Selamat pagi, Tuan Muda!" Kata mereka kompak, tapi sedikit gugup.
Mix tertawa sarkas, dia masih belum terbiasa dengan panggilan itu dan sikap hormat orang-orang padanya.
"Ti-tidak usah terlalu formal. Aku hanya ingin menyapa," kata Mix kikuk. "Duduklah kembali," perintahnya.
Mereka menurut dengan canggung. Masalahnya sang bangsawan saja berdiri.
"Saya Champ dan ini rekan-rekan saya. Ada yang bisa saya bantu?" Champ berbicara sangat sopan.
Mix memperhatikan satu-persatu prajurit yang ada di depannya, kemudian menyadari kaki Champ yang diperban. Mirisnya perban itu sudah tidak layak, kotor, dan basah.
"Kakimu kenapa?" Mix bertanya sambil berlutut di depan kaki Champ, tentunya pelakuannya itu membuat para prajurit panik.
"Ah, luka seperti ini hal biasa bagiㅡ Tuan Muda, apa yang Anda lakukan?" Champ hampir berteriak pada Mix yang kini sudah memegang kaki perban di kakinya.
"Jika kau tidak rajin mengganti perban mu, maka kaki ini bisa diamputasi." Mix mengatakan hal semengerikan itu dengan wajah datar.
Champ menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hm, lebih baik prajurit yang terluka lebih parah dulu saja yang ditangani. Mengganti perban bisa nanti."
"Itu karena tim medis sangat terbatas dan prajurit terluka selalu bertambah setiap harinya." Kali ini prajurit beralis tebal yang berbicaraㅡ Drake.
Mix mendengus sebal. Dia meletakan tas kopernya di atas tanah kemudian membukanya. Apa yang ada di dalam tas koper itu membuat para prajurit yang melihatnya terkagum sekaligus kebingungan.
Di dalam tas itu, Mix membawa beberapa benda seperti perban, gunting dan benang, bedah, stetoskop, dan lainnya. Cukup mengejutkan sekaligus membingungkan bagaimana seorang Tuan Muda dari keluarga Vihokratana membawa alat-alat seperti itu.
"Aku yang akan mengganti perbanmu," kata Mix sambil mengeluarkan satu gulung perban. "Tidak ada penolakan," lanjutnya tegas. Tidak ada keraguan dari ucapannya.
Champ menelan ludahnya kasar begitu tangan Mix menggunting perban di kakinya.
Sangat aneh, seorang putra bangsawan terhormat memegang kaki menjijikan dari prajurit rendahan sepertinya?
![](https://img.wattpad.com/cover/327035714-288-k609515.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lily
FanfictionSahaphap Wongratch adalah dokter biasa yang memiliki kehidupan normal. Setelah mengalami kecelakaan, dia terlempar ke masa 200 tahun lalu dan terjebak dalam tubuh Mix Vihokratana- putra bungsu seorang bangsawan kelas atas. Tidak ada hari yang tenang...