Chapter XVII

1.6K 189 34
                                    

Hulu sungai itu ada di Cyclamen, kota kecil yang sudah bukan lagi di bawah kepemimpinan sang Duke of North tapi masih menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Fiore. Berbeda dari keadaan di Haverhill, Cyclamen masih menjalani kehidupan yang normal. Hiruk-pikuk jalanan masih terasa, bunga cyclamen yang menjadi simbol kota itu bermekaran di sepanjang jalan.

"Cyclamen itu cantik." Tiba-tiba Neo bersuara, tangannya sudah memetik satu bunga cyclamen yang sudah mekar dengan sempurna. Warnanya merah muda cerah, cantik, dan merekah. Di berikannya bunga itu pada Earth yang tidak acuh, berbeda dengan Mix yang tertarik menunggu kalimat Neo selanjutnya. 

"Merah muda disimbolkan sebagai lambang cinta. Tapi, bunga cyclamen yang berwarna merah muda ini simbol dari perpisahan." Neo menarik tangannya kembali, memilih untuk memberikan bunganya kepada Mix, diterima dengan senang hati oleh si tuan muda. 

"Kau tiba-tiba jadi puitis," sindir Earth.

Neo tertawa spontan. "Hanya memberi informasi pada tuan muda ini yang sangat tertarik dengan bunga-bunga cyclamen di sekitarnya."

Mix tersipu malu. Neo memperhatikannya yang terpukau akan kecantikan bunga-bunga itu.

Earth melirik Mix yang masih tersenyum kikuk karena digoda seperti itu oleh Neo. Dirinya terlalu sibuk dengan pikirannya, tidak memperhatikan keadaan di sekitar, tidak acuh pada dua orang yang berjalan bersamanya. Semua hiruk-pikuk jalanan itu membuatnya gelisah, tidak nyaman. Membandingkan kalau wilayah yang dipimpinnya tidak sebahagia Cyclamen. 

Semakin jauh mereka melangkah, semakin hilanglah keramaian ketika mereka sampai di ujung jalan, dimana pintu masuk hutan yang tidak terlalu lebat ada di depan mereka. Aroma kue berganti menjadi aroma dedaunan segar, teriakan orang-orang berganti menjadi suara gemerisik dedaunan. Samar-samar ada suara aliran sungai juga. 

"Kita sudah dekat," kata Earth. Dia memimpin jalan dan mengintrusikan Neo untuk kembali membuat posisi di belakang Mix, membuat si tuan muda itu berada di tengah-tengah. 

Genggaman tangan Mix pada tas kulitnya mengerat. Dia jadi gugup.

"Aku sudah mengirim pesan pada walikota dan dia sudah menunggu kita di hulu sungai."

Untungnya hutan itu memiliki jalan setapak yang mempermudah perjalanan mereka. Tidak ada hujan selama beberapa hari terakhir, jadi tanah tidak basah.

Sesampainya di ujung hutan, benar saja walikota berperut buncit sudah menunggu mereka. Tongkat jalannya di hentakan ke tanah beberapa kali, sementara tangan lainnya melambai pada ketiganya. 

"Duke of North, sebuah kehormatan Anda mau berkunjung ke kota kecil kami." Walikota Bass terdengar ramah dan rendah hati. "Apa kalian mau menikmati secangkir teh dulu?"

"Kami akan langsung saja, hari sudah mulai gelap," jawab Mix langsung. 

Walikota menjadi pemandu mereka didampingi beberapa pengawal dan pelayan pribadi. 

Sepanjang mereka menyusuri sungai dari tepian, tidak ada yang aneh. Tidak tercium bau busuk ataupun air yang menghitam. Justru sangat jernih sampai-sampai terlihat capung dan ikan-ikan kecil yang berenang dekat permukaan. 

"Saya turut berduka apa yang terjadi di Haverhill." Walikota membuka percakapan sambil terus berjalan. "Jika ada yang bisa kami bantu, Anda bisa mengatakannya. Cyclamen dan Haverhill adalah wilayah yang bersahabat."

"Terima kasih," Earth menjawab singkat. "Apakah kota Anda ada yang memiliki gejala serupa? Seperti perut menghitam dan diare parah?"

"Hmm... Tidak ada. Aku tidak pernah dapat laporan seperti itu."

Mix tidak terlalu tertarik dengan percakapan para pemimpin itu. Dia menempatkan posisi di paling belakang agar leluasa memperhatikan dengan seksama apa yang mereka lewati. Tanah demi tanah, rumput demi rumput, dan air demi air. Sampai dia akhirnya terhenti ketika ada satu ikan yang mengambang, mati, dan terbawa arus. Dia mengikuti lurusan asal ikan itu, ada yang aneh. Tanah di seberang sungai sana lebih pekat warnanya, rumput-rumput tidak sesegar di tempat dia berada. 

White LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang