Crocus terkenal akan kebengisannya. Mereka tidak akan segan-segan melawan dengan brutal siapapun musuh di depan mereka. Satu tusukan pedang tidak akan cukup, mereka menginginkan korbannya mengalami kematian paling menyakitkan.
Persetan dengan izin Nammon.
Mix langsung menggulung lengan kemejanya sampai sebatas siku. Berlari sekuat tenaga ke prajurit terdekat yang terluka. Mix bersimpuh di sebelahnya, mengambil kain terdekat yang bisa dia pakai.
"Sa... Sakit..." Prajurit itu merintih begitu Mix berada di dekatnya.
Luka sayatan pedang sedalam tiga senti melintang di dada sang prajurit yang masih mengeluarkan darah segar. Mix memeriksa tubuh pucat itu dengan hati-hati, memerhatikan frekuensi nafasnya, suhu tubuh yang dingin, serta denyut nadinya. Tangan Mix masih berusaha menekan luka itu, mencoba mengurangi jumlah darah yang keluar.
"Pond, kau tekan ini. Aku akan pergi ambil beberapa keperluan." Perintah Mix begitu jelas, sampai Pond tidak perlu bertanya lagi apa yang harus dia lakukan.
Begitu Pond mengambil alih, Mix segera beranjak dari tempatnya, berlari kecil menuju tempat penyimpanan obat yang sudah dia
Saat malam tiba, keadaan tidak lebih baik. Mix sama sekali belum mengistirahatkan tubuhnya padahal dia sudah bergerak sejak pagi. Entah sudah berapa banyak korban yang dia rawat, tapi yang jelas itu tidak akan segera berakhir.
Mix pikir pengalamannya di E.R dan di medan perang akan membuatnya terbiasa. Tapi tidak, keterbatasan peralatan juga tidak adanya teknologi membuatnya harus bekerja lebih ekstra.
Tapi kehadiran dan bantuan Mix di kamp medis tidak sia-sia, koordinasi sekaligus pekerjaannya dari pengalaman sebagai dokter di dunia modern tampak sempurna.
Di sisi lain, Nammon jelas tahu kehadiran Mix dan bantuannya, tapi dia terlalu sibuk untuk menegur pemuda itu, terlebih lagi sampai saat ini Mix melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Tidak ada alasan untuk menghentikannya kecuali permasalahan prosedur yang sangat amat ia jaga.
"Dokter Nammon, kita kehabisan perban dan juga paracetamol."
Nammon terhenti, mengalihkan tatapannya pada seorang perawat cantik berambut coklat. "Laporkan pada New, dan tolong data apa saja yang kita butuhkan, Aye."
Di belakang Nammon, Mix berjalan dengan setengah menjijit menuju ke arahnya. Wajah Mix terlihat gugup, tapi dia memberanikan diri untuk menyentuh pundak Nammon dengan jari telunjuknya.
"Permisi," panggilnya pelan.
Nammon berbalik.
Mix tersenyum lebar seperti anak kecil yang ketahuan menghabiskan dua bungkus coklat. "Aku hanya ingin melaporkan, ada beberapa obat-obatan yang sudah habis juga kita kehabisan benang bedah."
"Lalu?" Alis Nammon terangkat sebelah. "Kau masih perlu izin ku? Kau masih menganggapku sebagai pimpinan di sini?"
"Sir Nammon..." Mix berbisik. "Kau bisa memarahiku nanti, okay? Sekarang bukan waktu yang tepat."
Nammon melipat tangannya di depan dada. "Kapan waktu yang tepat?"
"Setelah keadaan di sini mereda." Mix kembali menunjukan senyum lebar bak anak kecilnya.
Nammon menghela nafas berat, dia sudah kehabisan tenaga sekedar untuk memarahi si anak bungsu Vihokratana. Jadi dia hanya memberikan sebuah tepukan pelan di pundak Mix.
![](https://img.wattpad.com/cover/327035714-288-k609515.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lily
Fiksi PenggemarSahaphap Wongratch adalah dokter biasa yang memiliki kehidupan normal. Setelah mengalami kecelakaan, dia terlempar ke masa 200 tahun lalu dan terjebak dalam tubuh Mix Vihokratana- putra bungsu seorang bangsawan kelas atas. Tidak ada hari yang tenang...