Chapter XXIII

1.4K 152 21
                                    

Di tengah kehangatan hari itu, suara rombongan kereta memecah hiruk-pikuk Haverhill. Sebuah kereta kuda paling mencolok dari dua kereta kuda lainnya berada di paling depan, berhenti dengan halus tepat di depan gerbang masuk Desa Haverhill.

Warga desa yang sibuk dengan aktivitasnya teralih dan mendekati kereta kuda mewah yang memiliki lambang bunga dandelion. Tidak ada bangsawan yang mengunjungi mereka dalam beberapa tahun terakhir karena para bangsawan takut dengan keadaan Haverhill mulai dari perang perbatasan sampai wabah misterius.

Lambang keluarga bangsawan itu tidak asing bagi warga desa. Mereka sering melihatnya ketika komandan taktis militer datang. Tapi kali ini bukan sosok muda gagah yang muncul dari dalam kereta kuda, melainkan sosok pria parubaya dengan garis wajah tegas dan raut wajah serius.

Seorang pengawal muda maju menghadap tuannya. "Tuan Marquess, aku akan mengirimkan pengumuman kedatangan Anda."

Tha Vihokratana mengangkat satu tangannya, mencegah sang pengawal untuk tidak melakukan apapun. "Pond, tidak usah. Kau bantu koordinasikan saja barang-barang itu dengan warga desa."

Penutup kain pada kereta kuda yang membawa barang dibuka. Para warga bersorak gembira melihat ada berkarung-karung gandum dan belasan peti sayuran serta buah.

"Terima kasih, Tuan Bangsawan!" Seorang ibu yang sedang menggendong anak hampir menangis di hadapan Tha.

Di sisi lain desa, Mix sedang sibuk membantu warga memanen buah jeruk. Rutinitas barunya belakangan ini saat dia sedang ada waktu senggang. Jika ada waktu kosong lainnya, dia akan berkeliling desa untuk mencicipi makanan, membantu warga, ataupun berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Bagi masyarakat Haverhill, meskipun Mix belum bersama mereka dalam waktu yang lama, tapi si bungsu Vihokratana itu sudah dianggap menantu desa yang sempurna. Dia baik, tampan, dan pintar. Tidak banyak bangsawan yang sepertinya.

"Kami tidak sabar menunggu Anda untuk tinggal bersama kami di sini." Wanita petani jeruk berbicara sambil memasukan jeruk yang sudah matang ke keranjang.

Mix menoleh, senyumnya masi ada di sana. "Maksud Anda?"

"Saat Anda sudah menikah nantinya dengan Komandan Earth, Anda pasti akan tinggal di Haverhill, kan?"

Ah, benar. Mereka semua tidak tahu pertunangannya dengan Earth sudah berakhir berbulan-bulan yang lalu. Menyadari hal itu, Mix hanya bisa tersenyum. Hubungannya dengan Earth semakin membaik bahkan setelah pertunangan mereka berakhir. Tidak heran jika ada yang menganggap kalau mereka masih bertunangan.

Senyum wanita itu semakin merekah melihat siapa yang datang menghampiri mereka. Datang dari arah di belakang Mix.

"Tuan Earth."

Seketika itu juga Mix berbalik, melebarkan senyumnya untuk menyambut pria yang menghampiri dirinya. Sayangnya, begitu dia melihat Earth tidak sendiri, wajahnya berubah tegang. Senyum cerahnya tergantikan dengan raut wajah yang gelap.

"Ayah," lirihnya.

Earth berhenti di hadapannya dan menoleh pada si wanita petani jeruk.

"Bisa tinggalkan kami?"

Wanita itu mengangguk dan pergi dari sana. Meninggalkan ketiganya pada suasana tegang yang bahkan buat bernafas normal saja sangat sulit.

"Ayah kenapa ada di sini?" Tanpa sadar suara Mix bergetar.

Tha melihat sekeliling mereka. Hamparan kebun jeruk yang sedang panen seharusnya terlihat indah saat itu. Tapi suasana hatinya sedang tidak bagus mengingat apa yang dilakukan putranya di sini, wilayah ini bersama dengan pria yang ia benci.

"Menjemputmu. Ayah rasa kau tidak akan pulang jika tidak dijemput. Benar, kan?"

"Ayah, aku akan pulang setelah Haverhill pulih."

"Tidak ada tugas seperti itu di dalam perintah raja." Wajah Tha datar, tapi penekanan di setiap kata yang dia ucapkan begitu tegas, tak boleh dibantah.

Setiap harinya memang Mix selalu memikirkan bagaimana cara ia pulang dan bagaimana ia harus bersikap ketika kembali ke rumah. Atau mungkin dia sudah tidak dianggap anak karena sudah kabur- melawan perintah sang kepala keluarga.

Mix tidak pernah ada bayangan kalau ayahnya sendiri yang akan datang menjemputnya karena Earth adalah pemimpin di wilayah ini. Dia paham benar seberapa bencinya sang ayah pada sang komandan militer. Di sisi lain, Tha adalah orang yang paling mengenal anaknya. Mix tidak akan mau menurut jika dia hanya mengirimkan bawahannya, maka dari itu dia memilih datang langsung dengan menahan rasa benci yang mengakar di hatinya pada Earth.

"Ayah, ku mohon."

"Apa kau tidak merasa pada ibumu? Apa perasaan kami tidak sebegitu berharganya bagimu?"

Mix selama ini hidup bebas, bisa bertindak sesuai apa yang dia mau. Tapi kali ini berbeda. Dia punya keluarga. Punya sosok ayah yang merupakan sosok pemimpin yang tegas. Di sisi lain, hatinya mau ia tetap ada di Haverhill. Bersama dengan semuanya- dengan Earth.

"Mix," panggil Earth. Tatapannya teduh seolah berkata kalau semua akan baik-baik saja. "Pulanglah."

"Bagaimana dengan di sini?"

"Kami di sini akan baik-baik saja."

Suara ranting patah karena terinjak menyela di antara mereka bersamaan dengan suara sepatu boots kulit kualitas tinggi dari sepasang kaki lainnya yang datang.

Mix menoleh untuk mendapati ada sosok pengawalnya. Pond datang bersama seorang pria tinggi bermata bulat yang tidak pernah Mix lihat sebelumnya.

"Tuan Boom dari keluarga Jantharaworakawn sudah tiba," ucap Pond sambil sedikit bergeser memberikan ruang pada pemuda bangsawan untuk maju beberapa langkah.

"Saya memberi hormat untuk Marquess Tha Vihokratana." Adab pemuda bangsawan bernama Boom benar-benar sangat baik. Keluarganya mendidiknya untuk menjadi bangsawan yang berintelektual tinggi.

"Begitu juga dengan Tuan Duke."

Tidak sampai di situ Boom menyapa semua orang. Bahkan dia juga memberi salam perkenalan pada Mix dengan cara yang berbeda. Ia mendekat, menarik satu tangan Mix untuk mencium punggung tangan yang kotor karena habis memetik jeruk-jeruk di kebun.

"Bahkan Anda lebih mengagumkan jika dilihat dari dekat," rayunya.

Mix mengerjap dan pelan-pelan menarik tangannya dari Boom.

Mix tergagap, canggung. "A- ah, terima kasih." Matanya diam-diam melirik Earth yang masih memperhatikan dirinya.

"Mix, perkenalkan ini Boom." Kali ini Tha yang berbicara.

"Calon tunanganmu."

Lagi?

***
To be continued...




White LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang