Gun memiliki mood yang bagus pagi itu. Kopi panas di tangannya masih berasap, badan mungilnya menari-nari kecil mengikuti senandung yang dia keluarkan dari mulutnya. Saat pagi buta yang dingin seperti ini, memang secangkir kopi panas sangat tepat untuk menaikan suasana hati.
Sang koki kecil berjalan menuju dapur umum yang masih kosong, karena sebagai kepala koki dia harus datang lebih pagi dari yang lainnya untuk mengecek kondisi dapur dan mengecek bahan-bahan makanan. Saat dia masuk ke gudang menyimpanan, dahinya berkerut karena kondisi pintu yang tidak terkunci. Begitu pintu dibuka, beberapa peti bahan makanan tidak ada di tempatnya.
Pencuri? Dia berpikir seperti itu. Tapi sebelum berteriak kalau ada pencuri, Gun lebih memilih untuk mengecek sekitar. Di situlah dia akhirnya menemukan sosok asing yang tidak seharus berada di dapur sedang mengupas kentang.
"Mix?" Panggilnya meskipun tidak yakin.
Yang dipanggil menoleh, di tangannya masih ada kentang yang belum terkupas dan pisau di tangan lainnya. Di sekitar Mix ada peti-peti bahan makanan yang hilang, juga ember-ember yang berisikan sayuran yang sudah dipotong.
"Kau sudah datang?" Mix bertanya sekedar basa-basi lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Apa Tay mengangkatmu menjadi kepala koki?" Pertanyaan Gun sangat sarkas karena masih tidak percaya kalau seorang Tuan Muda yang terhormat sedang mengupas kentang di dapur umum saat pagi buta sepert ini.
Mix hanya bisa tertawa mendengar lontaran sarkas Gun.
"Aku akan dengan senang hati menerima jabatan itu, karena di sini banyak makanan."
Gun meletakan kopinya di atas meja kemudian memeriksa ember-ember di sekitar.
"Kau mengerjakannya sendirian? Apa kau tidak tidur, Mix?"
"Aku tidak bisa tidur dan aku tidak tahu harus melakukan apa."
Sang koki memperhatikan wajah Mix yang menunjukan kelelahan. Kantung matanya sudah mulai terlihat, tapi sang tuan muda masih menahan kantuknya.
Teringat akan kegaduhan yang terjadi kemarin, saat aksi mogok Mix yang tidak mau makan ataupun keluar dari tendanya. Gun menghela nafas berat mengingat hal itu, rasa kecewanya masih dirasakan saat makanan yang disiapkan khusus untuk Mix dibawa lagi ke dapur.
"Aku ingin minta maaf karena tidak memakan masakanmu. Bukannya aku tidak suka, hanya saja aku sedang tidak ingin makan."
Mix berkata seakan tahu apa yang Gun pikirkan.
"Kau pasti tahu, saat banyak pikiran, untuk mencium aroma makanan saja mual. Aku juga sama, kepalaku sakit karena banyak yang aku pikirkan. Tapi untungnya kau juga menyiapkan roti. Terima kasih."
Gun menyeruput kopinya lalu menghela nafas. "Apa yang kau pikirkan sampai menolak masakanan ku seperti itu?"
"Hmm... Banyak sekali sampai-sampai kepalaku terasa berat."
Gun menahan tangan Mix yang sibuk, kemudian mengambil kentang dan pisau dari tangan Mix supaya pemuda itu menyudahi kegiatannya.
"Beristirahatlah kembali ke tendamu, sebentar lagi yang lainnya akan datang dan aku tidak mau suasana jadi canggung karena kehadiranmu di sini," jelas Gun. Lebih tepatnya dia ingin agar Mix segera pergi dari sini dan mendapatkan beberapa jam tidur yang layak.
Mix tersenyum kecil, dan menghela nafas berat. "Jika penguasa tempatnya sudah mengusirku, aku bisa apa?" Kemudian tertawa dan pergi sebelum mendapatkan lemparan sendal dari Gun.
Saat kembali dari dapur umum menuju tendanya untuk beristirahat, Mix melihat Tay dan Pond sudah berdiri di depan tendanya. Dari kejauhan, Mix bisa melihat kalau keduanya tampak ragu untuk langsung masuk atau memanggil dirinya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lily
Fiksi PenggemarSahaphap Wongratch adalah dokter biasa yang memiliki kehidupan normal. Setelah mengalami kecelakaan, dia terlempar ke masa 200 tahun lalu dan terjebak dalam tubuh Mix Vihokratana- putra bungsu seorang bangsawan kelas atas. Tidak ada hari yang tenang...