Warning!!
Semua kejadian dan kekerasan yang terjadi disini tidak untuk ditiru!
Sekali lagi, TIDAK UNTUK DITIRU!-----
Selamat membaca.
-----
Heksa mengerjakan matanya pelan, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke rentina matanya.
Netranya berfokus pada kedua tangan dan kakinya yang diikat dengan kuat, juga dirinya yang terduduk di sebuah kursi kayu.
Pandangannya berpendar ke segala arah, dilihatnya sebuah ruangan yang tidak terlalu luas, ruangan yang ditempatinya saat ini terlihat begitu kotor, di pojok ruangan terdapat tumpukan kardus yang entah apa isinya, sedangkan disisi lainnya terdapat sebuah lemari kayu yang sudah tabuh, dan jika disenggol sedikit saja pasti akan rubuh.
Sepertinya hari sudah malam. Terbukti dari sebuah celah kaca yang memperlihatkan gelapnya area luar.
Dirinya bergidik dengan keadaan di ruangan ini yang cukup menyeramkan, ditambah minimnya penerangan disini.
Heksa mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia berakhir di tempat ini.
Sebelumnya ia mendapat sebuah pesan ancaman dari nomor tak dikenal, juga sebuah lokasi yang dikirim si pengirim.
Heksa tanpa berpikir langsung pergi ke lokasi tersebut, saat sudah sampai ternyata hanya sebuah hamparan luas yang terlihat begitu sepi.
Saat ia akan berbalik, tiba-tiba datang seseorang dari arah belakangnya yang langsung memukul tengkuknya dengan sebuah balok kayu, hingga menyebabkan dirinya pingsan dan berakhirlah di ruangan sempit ini.
Sial, gue dijebak, batinnya.
Heksa mencoba melepaskan ikatan tali yang mengikatnya, bunyi pintu yang terbuka membuat Heksa secara spontan menghentikan pergerakannya, ia mendongak.
"Hai anak muda!"
Di hadapan Heksa berdiri lelaki paruh baya yang usianya sepertinya sama dengan ayahnya. Lelaki itu terlihat tersenyum, namun bukan senyuman manis yang diperlihatkan, melainkan senyuman yang terkesan mengandung arti jahat.
Mata Heksa menyipit, dahinya mengernyit. Dia merasa familiar dengan orang di depannya ini.
"Tidak ingat dengan saya eh?" Terdengar nada mengejek dari pertanyaan tersebut.
"Sepertinya tidak ingat ya," ucapnya menjawab pertanyaannya sendiri karena Heksa yang tak kunjung membuka suara.
"Kalau dengan yang ini pasti ingat."
Orang itu terkekeh pelan. Ia menepuk tangannya dua kali menginstruksikan kepada orang-orang yang berada di luar untuk masuk.
"Masuk!"
Dari balik pintu munculah tiga orang yang dua diantaranya sangat Heksa kenali.
Mata Heksa membola. Bibirnya bergumam, "Kalian?"
***
Ini sudah pukul sepuluh malam.
Dikediaman Heksa sekarang Joni, Marka, dan sahabat Heksa sedang mencoba mencari keberadaan Heksa dengan bantuan sebuah GPS kecil yang Joni selipkan pada kalung yang Heksa kenakan tanpa sepengetahuan Heksa pastinya.
Karena tentu saja Heksa tak akan suka diawasi seperti itu, maka dari itu, Joni langsung memberikan sebuah kalung yang sudah dipasang GPS sebelumnya dengan dalih hadiah ulang tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heksa Story ✓
Fanfiction[END] Menceritakan daily life Heksa dengan Ayah dan Abangnya. Dan Heksa dengan para sahabatnya. Juga Heksa dengan tingkah randomnya. Yang penasaran, boleh langsung mampir! Kalau suka jangan lupa masukkan ke library kalian. ---------- Warning!! • Lee...