CHAPTER 15 [Tawuran]

756 68 1
                                    

-----

Selamat membaca.

-----

Suasana di sebuah gang sempit itu terlihat hening dan sedikit mencekam.  Semua yang disana tidak ada yang membuka suara, Hingga akhirnya...

"Apa tujuan lo ngajak kita tawuran?" Sebuah suara terdengar, itu Heksa yang bersuara.

Heksa, Rasya, Jiko, Januar, Yoga, Chiko dan Jidan sedang berada di sebuah area gang yang cukup sempit. Di hadapan mereka berdiri sepuluh pemuda yang sepertinya seumuran dengan mereka.

"Sebenernya gue cuma penasaran sama lo aja sih, gue penasaran kenapa temen-temen sekolah gue selalu ngomongin lo. Gue maunya lihat lo doang, tapi karena sahabat lo pada ikut. Gue juga bawa sahabat gue," ucap sesorang yang berada di tengah, yang sepertinya sang ketua, bernama Bima.

"Kunaon maneh, bisa penasaran sama sahabat gue?" Rasya membuka suara

*Kunaon maneh : Kenapa kamu?

"Kata mereka lo ganteng, keren, baik. Dan gue muak dengernya," ucap Bima.

"Haha, bilang aja iri. Iri? Bilang bos," ejek Chiko disertai tawanya yang khas.

"Gak, gue gak iri," sangkal Bima. "Gue tekankan, gue cuma penasaran. Dan pas gue lihat langsung, cih ternyata gini. Gak ganteng-ganteng amat dan lemah, sahabat lo juga sama aja."

Jiko yang emosinya mudah terpancing hendak menonjok wajah mengejek Bima, tapi tak jadi karena tangan Heksa dan Januar menahannya.

Heksa merubah raut wajahnya, dari yang tadinya santai menjadi dingin, tidak ada raut emosi disana hanya dingin tanpa ekspresi. Inilah sifat Heksa yang lain, yang jarang ia perlihatkan pada keluarga, sahabat dan teman-temannya yang lain di sekolah maupun luar sekolah.

Bahkan keenam sahabatnya bisa merasakan aura berbeda dari Heksa, aura mencekam dan dingin mendominasi, seperti menguar dari tubuh Heksa. Bahkan Januar yang dijuluki si 'manusia dingin' pun kalah kali ini.

"Terus kenapa kalau kita lemah?" tanya Heksa dingin.

"Wow, serem. Ih takut," ledek Bima yang melihat raut dingin Heksa.

"Anjing ya lo," umpat Jidan. "Tangan gue udah gatel banget pengen nonjok lo dari tadi."

"Tahan Ji, jangan kotorin tangan lo cuma buat nonjok orang gak penting yang iri sama kita," celetuk Heksa kali ini lebih tenang, ia menetralkan wajahnya. Heksa sedang mencoba memancing emosi Bima.

Dan terbukti, wajah Bima sudah berubah menjadi merah menahan emosi. Kedua tangannya juga terlihat mengepal erat.

Januar yang melihat, memutar bola matanya malas. "Gitu aja udah emosi."

"Dasar hama," gumam Yoga yang sayangnya terdengar Bima dan yang lainnya.

Bugh

Orang yang berada tepat dihadapan Yoga, tanpa aba-aba membogem wajah Yoga. Ia merasa tak terima dirinya dikatai hama.

Chiko akan membalas, Yoga menahannya. Ini belum saatnya.

"Gue denger-denger lo gak punya orang tua lengkap ya?" celetuk Bima

"Terus kenapa?" tanya Heksa kembali dingin.

"Kasian deh, ditinggalin mati ibu-nya dari kecil," ledek Bima.

"Hahahahaha." Setelah Bima berucap seperti itu suara tawa terdengar dari teman-teman Bima.

"Cuma Ayahnya yang ngurus, jadinya gitu deh. Lemah."

"Gue denger-denger juga sahabatnya ada yang gak lengkap orang tuanya."

Dan oke, ini sudah keterlaluan. Bima membawa-bawa kedua orang tuanya, secara tidak langsung Bima juga menjelekkan ayah kebanggaannya.

Heksa Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang