CHAPTER 19 [Chiko Sakit]

642 66 0
                                    

-----

Selamat membaca

-----

Hari Senin, merupakan hari yang tidak disukai oleh Heksa dkk, mungkin oleh yang lain juga. Karena kenapa?  Di hari itu selain harus berdiri hampir satu jam melakukan upacara, mereka semua termasuk para guru juga diperkenankan untuk bekerja bakti membersihkan seluruh lingkungan sekolah.

Itu merupakan sebuah kegiatan yang musti dilakukan setiap hari Senin di SMA Gerdana sejak dulu, dengan tujuan menumbuhkan sikap disiplin para siswa-siswi dan sebagai upaya penjagaan kebersihan terhadap lingkungan sekolah.

Mereka tidak suka bukan karena harus upacara ataupun kerja bakti, melainkan setelah kerja bakti, mereka langsung masuk ke kelas tanpa ada jeda untuk istirahat sebentar.

Ditambah kelas Heksa jam pembelajaran pertama kebagian pelajaran Matematika, setelahnya Fisika. Dua kombinasi yang bisa membuat otak keluar asap atau sebuah burung imajiner yang berputar diatas kepala, seperti di film-film.

Tidak gitu juga sih, itu terlalu lebay.

Bagi yang suka hitung-hitungan atau sesuatu yang sulit-sulit pasti merasa senang, seperti Heksa dan Jiko contohnya. Tapi tidak dengan Rasya, Yoga dan Januar yang baru melihat dan mendengar pembahasan trigonometri saja sudah merasa muak.

Namun terlepas dari itu semua, mereka tidak bisa mengelak bahwa hari Senin juga ada yang membuat mereka senang, karena jam istirahat hari Senin itu sedikit berbeda dengan hari-hari lainnya.

Dimana di hari Senin, di sekolah SMA Gerdana ini waktu istirahatnya lebih lama. Jika biasanya hanya 15-20 menit. Maka hari Senin bisa sampai 35 menit.

Mungkin itu merupakan bentuk kompensasi yang diberikan oleh para guru-guru, karena paginya seluruh warga sekolah sudah banyak bekerja keras.

Ini sudah jam istirahat. Heksa, Jiko, Januar, Rasya dan Yoga berjalan menuju kantin yang letaknya di lantai bawah.

Saat melewati kelas Jidan dan Chiko, mereka berpapasan dengan Jidan yang berdiri tepat di depan pintu kelasnya.

"Ngapain lo berdiri disitu? Itu di belakang lo ada yang mau keluar," beritahu Heksa.

Jidan menoleh ke belakang, benar saja, ada tiga teman sekelasnya yang hendak keluar. Jidan baru sadar, jika ia menghalangi jalan. Lantas dirinya bergeser.

"Permisi Kak," ucap salah satu dari tiga orang  tersebut.

"Iya," balas Heksa disertai senyuman.

"Gak nyadar body lo," celetuk Yoga yang hanya dibalas cengiran oleh Jidan.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kantin.

"Chiko kemana? Gue baru nyadar kalau dia gak ada." Heksa bertanya sesaat setelah ia terduduk di kursi panjang kantin.

"Dia lagi sakit Bang, tadi pagi Mamanya nelpon gue. Katanya kena gejala tipus, sekarang ada di rumah sakit," jelas Jidan.

"Kok gue baru tahu," pekik Heksa. "Kalian berempat udah tahu?" tanyanya pada keempat sahabatnya.

Keempatnya mengangguk.

"Kok gue gak tahu sendiri sih," protes Heksa merasa tak terima.

"Udahlah. Mending nanti pulang sekolah kita jenguk Chiko ke rumah sakit," usul Rasya yang disetujui kelimanya.

***

"Ini beneran rumah sakitnya kan Ji? Lo gak salah alamat kan?" tanya Jiko.

"Enggak kok Bang, ini udah bener alamatnya." Jidan memperlihatkan alamat rumah sakit yang sempat mamanya Chiko kirimkan.

Heksa Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang