CHAPTER 30 [Meet Grandma in Chicago]

973 85 0
                                    

-----

Selamat membaca.

-----

Chicago, Amerika Serikat. Negara kelahiran sang ayah,
itu yang saat ini sedang dikunjungi Joni, Marka dan Heksa. Setelah Heksa pulih dan melakukan rawat jalan selama satu bulan penuh, kini ketiganya sedang berada di sana untuk menjumpai keluarga besar Joni.

Nenek Heksa, alias ibu Joni sebut saja Sellena meminta sang anak untuk pulang kesana karena kangen, juga merasa khawatir saat mendengar kejadian yang menimpa sang cucu, walaupun itu sudah sebulan berlalu.

Tepat sore ini  mereka sudah sampai di kediaman kakek dan nenek Heksa dan Marka.

Heksa meringis saat merasakan pelukan yang begitu kencang dari sang nenek.

"OMG! Grandma miss you my little baby!" pekik Sellena senang.

"Abang, artinya apaan?" tanya Heksa pelan pada Marka yang berada disebelahnya.

"Ya Tuhan! Nenek kangen kamu bayi kecilku," jelas Marka malas.

Dih apaan? Gue bukan bayi kecil lagi ya, batin Heksa.

"Me too," balas Heksa sambil membalas pelukan Sellena

"Are you okay right now?" Heksa mengangguk.

"Nek, ngomongnya pakai bahasa Indonesia aja ya. Heksa gak ngerti."

Sellena terkekeh pelan. Memang nenek dan kakek Heksa itu mengerti bahasa Indonesia.

Sellena pun melepaskan pelukannya. Dia sekarang beralih memeluk Marka.

Joni yang baru saja selesai menemui ayahnya, mendekati Heksa yang kini sedang mencoba mengartikan pembicaraan sang kakak dengan neneknya.

Walaupun dia keturunan Amerika. Bahasa Inggrisnya tidak sebagus dan selancar Marka.

"Tuh gitu tuh Nenek kamu. Ayah dilupain kalau udah sama cucu," ucap Joni sedikit sebal.

Bagaimana tidak, seharusnya kan yang disapa duluan itu kan dia selaku anak.

"Si Ayah, sama anak sendiri aja sirikan," balas Heksa saat mendengar nada sebal dari ucapan Joni.

"Ya tetep saja, Ayah gak terima. Logikanya gini yang buat kalian berdua ada di dunia kan Ayah sama Bunda. Seharusnya Ayah yang disapa duluan dong," protes Joni disertai dengan ucapan yang sedikit err, gitu deh.

Heksa tak mengindahkan protesan sang ayah yang menurutnya kekanakan sekali. Dirinya memilih berjalan ke halaman belakang rumah megah ini.

Di dekat kolam renang, Heksa melihat kakeknya yang terlihat sedang fokus dengan korannya.

"KAKEK!" Heksa berlari ke arah sang kakek, sebut saja Jonathan.

Jonathan langsung mengalihkan pandangannya, setelahnya pelukan erat ia terima dari Heksa. Jonathan langsung membalas pelukan cucu kesayangannya itu.

"Penerbangannya lancar kan?" tanya Jonathan basa-basi.

"Iya."

"Kenapa gak didalem saja, istirahat!"

"Di dalem Heksa gak ngerti mereka ngomongin apa. Makanya kesini." Wajah Heksa ditekuk.

Jonathan hanya tersenyum kecil mendengarnya.

"Mau jalan-jalan? Keliling sungai? Terus kita petik buah apel?" tanya Jonathan.

"Mau! Ayo!" Heksa terlihat begitu semangat saat mendengar ajakan sang kakek.

Mereka berdua pun berjalan ke sebelah barat, berjalan dengan santai di tepian sungai yang terlihat indah.

Rumah kakek dan nenek Heksa ini memang begitu dekat dengan sebuah sungai cantik juga perkebunan apel yang dikelola oleh Jonathan.

Setiap Heksa ke Chicago, ia tak pernah absen untuk mengunjungi dua tempat yang menurutnya indah ini.

Heksa memperhatikan beberapa petani yang sedang sibuk memetik apel-apel yang sudah matang.

"Gimana kabar kamu? Sudah baik-baik saja kan sekarang."

"Udah kok Kek, Heksa gak akan sakit lama-lama. Heksa kan strong."

"Soal kejadian penculikan itu? Gak ada trauma yang disebabkannya kan?"

"Aman Kek, gak ada kok."

"Bagus! Cucu kakek memang jagoan."

"Kakek jangan ngomong gitu, Heksa berasa kayak masih kecil yang haus akan pujian."

"Lho, gak papa dong."

Sore itupun, cucu dan kakek itu banyak mengobrol tentang berbagai banyak hal. Heksa juga membantu petani disana memetik apel.

***

"Kalian darimana?" tanya Joni pada anak dan ayahnya yang baru memasuki pintu rumah.

Heksa memperlihatkan keranjang digenggamnya yang penuh dengan apel merah. "Metik apel."

"Kamu gak capek apa Dek habis penerbangan. Abangmu aja sampai tepar itu di kamar."

"Enggak kok Yah, Adek kan kuat."

Heksa berjalan pergi meninggalkan ayah dan kakeknya yang terlihat berbincang ringan. Dirinya hendak mencuci buah apel di keranjang, juga mengambil pisau dan piring kecil.

Di dapur, Heksa bertemu dengan neneknya yang sedang membuat sesuatu.

"Nenek lagi buat apa?" tanya Heksa penasaran.

Sellena menoleh pada Heksa. "Cake, ayahmu pengen katanya."

"Heksa bantuin ya Nek."

"Boleh, kamu olesin saja loyang pakai mentega ya. Terus potong dadu buah apel yang kamu bawa."

"Siap Nek."

"Wih, buat apa tuh?" Marka datang langsung memakan apel yang berada di meja. Yang sudah Heksa potong-potong.

"Cake, bantuin dong Bang."

"Ogah, lo kan tahu sendiri tangan gue ajaib kalau megang peralatan dapur."

"Ish Adek lupa, Abang kan perusak kitchen."

Marka hanya memutarkan bola mata malas. Ia terus saja memakan apel yang sudah terpotong itu.

"Abang, makan apelnya jangan yang udah dipotongin dong! Itu kan buat topping cake."

"Tinggal potong-potong lagi apa susahnya?"

"Abang mau aku tusuk pake pisau ini?" Heksa mengacungkan pisau yang dipegangnya.

"Jangan elah, kayak saiko aja lo."

"Ya makanya, turutin kata Adek."

Sellena yang masih sibuk dengan adonan kue ditangannya hanya menggelengkan kepala pelan mendengar perdebatan kedua cucunya.

"Kebiasaan!"

_______________________________________________
TBC

TERIMA KASIH.

Heksa Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang