CHAPTER 28 [Tak Percaya]

1.4K 100 1
                                    

-----

Selamat membaca.

-----

"Pelaku berjumlah empat orang, dengan nama Bram sebagai dalang penculikan. Ia juga melibatkan kedua anaknya, dan ternyata mereka bertiga dibantu oleh salah satu residivis kasus narkoba, yang sebenarnya saat ini tengah menjadi buronan karena kasus yang sama," jelas pak Polisi yang kini sedang bersama Joni dan Marka.

"Dan setelah di interogasi, juga di tes kejiwaan, terduga pelaku bernama Meisya mengidap penyakit kejiwaan yang cukup serius," lanjutnya.

Mereka sedang berada di perantara rumah sakit tempat dimana Heksa di rawat.

Joni menghela napas. "Baik Pak, terima kasih atas informasinya. Saya mohon dengan sangat, untuk memberikan hukuman kepada mereka karena sudah mencelakakan putra saya."

Pak polisi tersebut mengangguk pasti. "Kalau begitu saya pamit Pak!"

Selepas kepergian polisi, Joni mengusap wajahnya kasar. Ia menoleh pada Marka yang masih terlihat menahan emosi.

Diusapnya bahu Marka pelan. "Abang tenang, Adek pasti baik-baik saja."

"Harus," balas Marka pelan.

Berbicara mengenai Heksa, kini dia sedang ditangani oleh salah satu dokter di ruang operasi. Ya Heksa harus dioperasi karena luka tusukannya cukup dalam. Disana juga masih ada keenam sahabatnya yang setia menunggu kabar dari sang dokter.

"Ayah ke toilet dulu!" Marka mengangguk.

Pikirannya melayang pada kejadian saat dimana ia menemukan Heksa yang terikat dengan keadaan yang mengenaskan, dimana terdapat lebam-lebam yang terlihat cukup banyak, ditambah dia juga melihat sebuah suntikan yang masih menancap di lengan kanan Heksa.

Kita flashback ke kejadian saat Heksa ditemukan

Flashback on.

"Jangan bergerak! Tempat ini sudah terkepung!"

Marka dan Joni langsung berlari kearah Heksa yang sudah terkulai lemas.

Baik Bram, Meisya, Bima dan orang yang masih berdiri di dekat Heksa secara spontan mengangkat tangan.

Tanpa ada mengetahui, Bram mengkode orang suruhannya yang masih berdiri di sebelah Heksa yang tentu saja langsung dimengerti oleh orang tersebut.

Tak disangka, saat Joni dan Marka sedikit lagi sampai pada Heksa. Orang itu langsung menusukkan sebuah pisau tepat pada perut Heksa yang sudah mulai kehilangan kesadaran akibat suntikan cairan yang entah apa itu.

"HEKSA!" teriak Marka dan Joni dengan mata melotot.

Salah satu polisi disana langsung menembakkan timah panas pada kaki orang yang hendak melarikan diri usai menusuk Heksa. Membuat orang itu langsung terduduk sambil meringis.

Beberapa polisi mencoba memegang Bram dan Meisya yang memberontak minta di lepaskan, sedangkan Bima terlihat pasrah saat digiring menuju mobil polisi.

Sebenarnya Bima tidak menyangka, jika orang yang disewa ayahnya akan menusuk Heksa. Karena sebelumnya mereka sudah merencanakan ini dan tidak ada rencana penusukan itu.

"LEPASKAN SAYA!"

"LEPASIN GUE! GUE MAU LIHAT DIA MATI!" teriak Meisya kesetanan.

"Gimana Marka? Joni? pembalasan gue dan Ayah gue? Gue berharap orang kesayangan kalian itu MATI, HAHAHA!" lanjutnya makin menjadi-jadi sebelum keluar dari ruangan sempit itu.

Tanpa berbasa-basi, Joni langsung mengangkat badan Heksa dan berlari keluar diikuti dengan Marka yang jadi lebih banyak diam karena menahan emosi.

Flashback off.

Marka menghela napas, ia tidak menyangka Meisya bisa sekejam itu.

Dan untuk motif penculikan pun Marka sudah tahu, setelah mendengar penjelasan dari ayahnya.

Hanya karena ayahnya memutuskan hubungan kerja dengan Bram, mereka sampai berbuat nekat seperti itu. Padahal yang salah disini itu Bram sendiri yang terbukti korupsi. Dan tidak ada salahnya kan jika Joni ingin membasmi korupsi dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja, yang menyebabkan perusahaan Bram bangkrut.

Marka berjalan menuju tempat dimana Heksa di operasi.

Marka terdiam sejenak saat melihat sahabat-sahabat Heksa yang terlihat lebih banyak diam, terdapat pancaran kesedihan disana.

Marka menarik napas beberapa kali, ia harus terlihat tegar dihadapan ayah dan sahabat adeknya. Karena bagaimanapun sebagai anak sulung ia harus menenangkan ayahnya yang pastinya lebih terguncang dengan kejadian ini.

Marka kembali melangkahkan kakinya. "Kalian gak istirahat aja, ini udah jam setengah dua belas malam!"

Keenam sahabat Heksa serempak menggeleng.

"Kita mau nunggu kabar baik dulu dari dokter Bang," balas Chiko.

"Iya, kita belum bisa tenang kalau belum dapat kabar apapun."

Marka mengangguk pasrah tak bisa memaksa.

"Bima gimana Bang?" tanya Yoga.

"Dia juga ikut ditahan di kantor polisi. Karena bagaimanapun dia juga ikut andil dalam penculikan ini."

Mereka terdiam, tidak menyangka orang yang mereka sudah anggap teman dekat, tega melakukan hal yang bisa dibilang diluar dugaan.

Secara walaupun berandal, Bima itu orangnya baik dan humoris. Jadi saat kejadian ini terjadi tidak ada yang menyangka sama sekali.

"Gue rasa Bima melakukan ini karena terpaksa. Soalnya pas dia ngelewatin gua sama Ayah dia ngucapin maaf beberapa kali ke Heksa, gue dan Ayah," jelas Marka tidak bermaksud membela.

"Pantesan tadi gue lihat sekilas, dia kayak sedih banget," timpal Rasya.

Lagi dan lagi Marka menghela napas. "Untuk sekarang kita fokus ke Heksa dulu ya, doain mudah-mudahan dia gak terluka serius."

Pintu operasi berubah warna menjadi hijau, pertanda operasi selesai.

Dokter yang menangani Heksa keluar ditemani dengan satu suster. Bertepatan dengan itu, Joni juga sudah kembali sehabis dari toilet.

"Gimana dok keadaan putra saya?"

"Adek saya baik-baik aja kan dok?"

Joni dan Marka bertanya secara bersamaan.

Sebelum menjelaskan dokter tersebut mengambil napas.

"Kondisi pasien kritis, karena luka tusukan yang cukup dalam hingga mengenai organ vitalnya, ditambah terdapat racun arsenik yang untungnya dosisnya tidak tinggi, jadi tidak menyebabkan kematian. Namun membuat korban bisa mengalami koma."

"Untuk sementara waktu korban akan kami pindahkan ke ruang ICU dan tidak bisa di kunjungi selama beberapa hari kedepannhingga pasien bisa melewati masa kritisnya."

Mereka yang mendengar terdiam, menunduk sedih.

Sebelum dokter itu pergi, ia menyempatkan menepuk bahu Joni.

"Bapak tenang saja! Putra Bapak kuat!"

_______________________________________________
TBC

See you nanti malam, karena aku bakalan update lagi chapter 29 nanti malam.

Lihat 'Ay-Yo' MV teaser NCT 127, jadi makin gak sabar buat nonton versi fullnya.

Mereka terlihat keren dan memukau banget, bertaburan visual pokoknya.

Satu lagi, berkharisma.

TERIMA KASIH.

Heksa Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang