CHAPTER 16 [Skorsing]

622 67 0
                                    

-----

Selamat membaca

-----

Joni yang awalnya sedang sibuk dengan berkas-berkasnya, kini tengah berlari menuju basement kantornya.

Sebelumnya kepala sekolah Heksa menghubungi, jika putra bungsunya terlibat tawuran. Tanpa basa-basi, Joni langsung memberi tahukan sekretarisnya untuk menangguhkan jadwal meetingnya menjadi esok hari.

Kini Joni sudah berada di area sekolah Heksa, dirinya berjalan ke arah ruang kepala sekolah yang sudah ia hapal arah jalan dan letaknya. Karena ini sudah yang kelima kalinya ia dipanggil untuk datang ke sekolah, lebih tepatnya ke ruangan pak Hendri. Itu tidak termasuk dengan saat ia mengambil raport.

Tadi saat diperjalanan, Joni sempat menghubungi putra sulungnya. Menanyakan apakah Marka ada di rumah atau tidak? Ternyata ada. Tahu begitu Joni minta tolong saja pada Marka untuk menggantikannya ke sekolah. Karena sedang dilanda panik, dirinya jadi tidak bisa berpikir jernih.

Setibanya di ruang kepala sekolah, Joni bisa melihat Heksa dan sahabatnya sedang menunduk mendengarkan ultimatum dari pak Hendri.

Pak Hendri yang menyadari ada seseorang yang masuk ke ruangannya langsung berdiri, ia menyambut Joni dengan gembira.

Mereka bertos ria, layaknya anak muda jaman sekarang yang akan melakukan itu jika bertemu.

Tak lama datang ayah Jiko, ayah Januar dan ayah Jidan secara bersamaan. Mereka kembali bertos ria.

For your information, pak Hendri, Joni, ayah Jidan, ayah Januar dan ayah Jiko itu sahabatan sejak masa sekolah. Tak ayal jika mereka bertemu akan terlihat akrab.

"Apa kabar bro?" tanya pak Hendri.

"Gue baik, lo apa kabar?" Itu ayah Januar.

"Alhamdulillah baik."

Jiko memutarkan bola matanya malas. "Malah reuni nih bapack-bapack," gumamnya.

"Ekhem, udah belum sapa-menyapanya Pak?" tanya Heksa pada keempat bapak-bapak itu.

Joni yang mendengar langsung melangkahkan kakinya ke arah Heksa.

"Gue bawa dia keluar dulu ya Ndri, masih nunggu orang tua Rasya, Yoga dan Chiko kan?" tanya Joni.

"Bawa aja," balas pak Hendri.

Sekarang, ayah dan anak itu sudah berada di luar, lebih tepatnya mereka sedang berada di taman belakang sekolah SMA Gerdana yang terlihat sepi karena para murid sedang melangsungkan pembelajaran.

"Sekarang kenapa bisa tawuran lagi?" tanya Joni to the point.

Memang ini bukan yang pertama kalinya Heksa tawuran. Jika dihitung ini sudah yang ketiga kalinya. Itu sebabnya Joni menekankan kata lagi.

"Adek gak terima Bima sama temen-temennya ngehina Ayah sama Bunda. Mereka juga secara gak langsung ngehina orang tua sahabat Heksa Yah," jelas Heksa sedikit ngegas, tiba-tiba ia merasa kesal jika ingat perkelahian tadi.

Joni menghela napas pelan. "Tapi kamu gak ada luka dalam kan selain di wajah? Lukanya udah di obatin?" tanya Joni berubah khawatir.

"Enggak kok Yah, tenang aja. Lukanya juga udah di obatin tadi di UKS."

"Yasudah yuk ke ruang Pak Hendri lagi."

"Eh bentar." Heksa menahan tangan Joni yang akan beranjak.

"Kenapa?" tanya Joni bingung.

"Bang Marka ada di rumah Yah?"

"Ada, kenapa tanyain Abang?"

"Suruh kesini ya Yah."

Heksa Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang