Disebuah tanah kosong yang luas terdapat beberapa orang yang sedang beridiri sambil menunduk. Ada satu orang diantara orang tersebut yang sedang duduk bersimpuh, lututnya menapaki tanah.
Seseorang yang duduk bersimpuh terlihat menangis tersedu-sedu menatap sebuah makam yang kelihatannya masih baru, terlihat dari gundukan tanahnya yang masih lembab.
Ingin rasanya orang tersebut menangis meraung-raung, namun ia urungkan. Ia harus ikhlas, ini sudah takdir.
Salah satu orang yang berdiri berjalan mendekati, orang itu berjongkok, menepuk pelan punggung orang yang masih bersimpuh tak mau berdiri.
"Udahlah Bang, ikhlasin aja," ucap orang yang menghampiri tersebut yang tak lain Jidan.
Dan orang yang sedang menangis tersedu itu Heksa.
"Tapi Ji hiks, kenapa perginya harus secepat ini hiks? Gue masih gak terima hiks," balas Heksa mencoba menghentikan tangisannya.
"Ya udah takdir dia buat pergi," sahut orang dibelakang, Rasya.
"Gue kan belum sempat main-main sama dia, eh dianya udah pergi aja. Mana matinya kepalanya hilang lagi."
"Ya ampun, drama banget sih. Perkara ikan mati aja pakai ditangisin sampai segitunya lo Sa," celetuk Jiko merasa gedek dengan kelakuan absurd Heksa.
"Tapi kan si merah itu berjasa buat gue Jiko, dia yang selalu merhatiin gue kalau gue lagi di kamar, dia yang selalu menemani gue," jelas Heksa mendramatisir. Tangisannya sudah tidak tersedu-sedu lagi.
Sebuah gundukan tanah kecil yang berada di hadapan Heksa berisi si merah, ikan koi yang mati dengan kepala yang sudah raib. Naas sekali.
Ceritanya gini, saat Heksa baru pulang sekolah.
Flashback on
Heksa berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, ia baru saja pulang sekolah. Rumah nampak terlihat begitu sepi, karena Marka yang masih di kampus dan ayahnya belum pulang dari dinasnya di Surabaya. Hanya ada bi Ijah yang sedang memasak di dapur.
Ceklek
Heksa memasuki kamarnya yang begitu rapi, pasti tadi pagi bi Ijah yang membereskannya.
Sebuah kamar dengan nuansa luar angkasa, dindingnya di dominasi dengan warna hitam putih yang ditempeli sebuah poster berlambang NASA dan stiker-stiker planet dari planet merkurius hingga neptunus. Ada banyak juga bintang-bintang kecil yang di tempel disana. Semua stiker benda satelit tertempel disana.
Di kamar Heksa terdapat satu kasur king size, meja nakas yang terletak di samping kasur, sofa single berwarna merah dan televisi, satu set meja komputer, lemari belajar, kamar mandi, sebuah walk in closet dan furniture lainnya yang jika disebutkan satu-satu pasti panjang.
Di ujung dekat meja belajar, terdapat sebuah etalase sedang yang terbuat dari kayu jati yang isinya merupakan koleksi action figur favorit Heksa. Ada banyak action figur disana. Mulai dari marvel, one piece, funko pop, spiderman, ironman, ultraman, hulk, transformers, mario bros, naruto, doraemon hingga action figur dari kartun kesukaannya, sinchan.
Heksa merasakan ada yang janggal saat sudah selesai berganti pakaian dengan pakaian rumahannya. Di sebuah meja kecil yang diatasnya terdapat wadah kaca bulat yang isinya air, tempat tinggal si merah, ikan koi kesayangannya terlihat kosong.
"Mana si merah? Gak mungkin jalan-jalan kan dia?" tanya Heksa pada diri sendiri ngaco.
"Terus itu kok banyak cipratan air gitu di lantai."
Dengan instingnya, Heksa mengikuti cipratan air yang memanjang ke arah balkon kamarnya. Dan hasilnya.
"WOY!" pekiknya.
"IKAN GUE KENAPA LO MAKAN MBUL?" lanjutnya.
Disana, di ujung balkon Heksa melihat bahwa si merah sedang dilahap oleh si Mbul, kucing anggora peliharaannya. Baru kepalanya yang di makan.
Heksa menghampiri, ia mengusir kucing tersebut. Seram juga saat melihat ikannya menggelepar tanpa kepala, tak lama setelahnya mati. Heksa bergidik ngeri.
"Lo tuh ya mbul, gak berperi keikanan banget sih. Bisa-bisanya lo makan si merah. Terus juga lo kok bisa masuk, lewat mana? Pintu kamar gue kan selalu tertutup. Lagian kenapa kesini sih? Biasanya juga anteng di belakang rumah," cerocos Heksa panjang lebar pada kucing anggora yang hanya dapat mengerjapkan matanya.
Kucing tersebut mengeong, seolah tak perduli, setelahnya berjalan melewati dengan santai Heksa yang masih sibuk meratapi si merah.
Heksa melirik ke arah si mbul yang berjalan keluar kamar. Heksa bergumam, "Dasar gak sopan."
Heksa mengambil ikan koi yang sudah mati itu dengan tangan kanannya, memasukannya kembali ke tempatnya. Setelah mencuci tangan, dirinya mengambil ponsel dan membuka grup chat dengan sahabatnya.
Flashback off
Dan itulah sebabnya kenapa mereka bertujuh sedang berada di tanah luas ini sekarang.
Tadi saat Heksa mengabari bahwa kesayangannya mati, karena panik mereka berenam langsung bergegas menuju rumah Heksa. Tanpa bertanya lebih lanjut siapakah si kesayangan Heksa itu, yang ternyata hanya seekor ikan koi.
"Dasar drama," cibir Januar dingin.
"Diem lo kulkas berjalan!" balas Heksa sewot.
"Tapi Bang, jujur itu lebay," ucap Chiko.
"Kalian tuh ya gak ada rasa simpatinya sama sekali. Sahabatnya lagi sedih malah di kata-katain." Heksa mencebikkan bibirnya kesal.
"Lo kan banyak duit nih Sa, tinggal beli lagi ikannya apa susahnya." Kali ini Yoga yang bersuara.
"Itu duit Ayah. Bukan duit gue."
"Seterah lo deh." Jiko berjalan menjauhi keenam orang yang tersisa disana.
Januar menyusul, setelahnya Jidan, Chiko, Rasya dan Yoga mengikuti.
Mereka meninggalkan Heksa yang hanya terdiam dengan wajah cengo. " dasar BBB."
"BENAR-BENAR BANGSAT KALIAN!" pekik Heksa kencang.
Heksa bergumam, "Temennya lagi sedih malah ditinggal."
***
"Kalian mau kemana?" tanya Heksa saat melihat sahabatnya menaiki motor mereka masing-masing.
Ia baru saja sampai di rumahnya setelah sebelumnya ditinggal oleh keenam sahabatnya di tanah luas tempat si merah di makamkan.
"Kita mau ke Dago. Ikut gak lo?" jawab Jiko.
Heksa berpikir, ia ikut atau tidak ya? Tapi sudah lama juga dirinya tidak ke Dago.
"Gaskeun deh, hitung-hitung gue mau ngilangin sedih karena ditinggalin si merah."
"Tungguin gue, mau ngambil jaket sama kunci motor."
"Iya, cepetan sana!"
_______________________________________________
TBCSEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
TERIMA KASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
Heksa Story ✓
Fanfic[END] Menceritakan daily life Heksa dengan Ayah dan Abangnya. Dan Heksa dengan para sahabatnya. Juga Heksa dengan tingkah randomnya. Yang penasaran, boleh langsung mampir! Kalau suka jangan lupa masukkan ke library kalian. ---------- Warning!! • Lee...