CHAPTER 31 [Miami Beach] + End

885 72 0
                                    

-----

Selamat membaca.

-----

Miami Beach!

Sebuah pantai indah itulah yang sekarang sedang dikunjungi Joni, Marka dan Heksa. Mereka kini sedang menurunkan barang bawaan mereka dari mobil.

Sejak di Indonesia, sebelum penerbangan. Heksa memang sudah melakukan list tempat yang akan mereka kunjungi selama di Amerika, dan Miami beach adalah salah satunya.

Miami beach, pantai indah yang sudah menjadi primadona atau salah satu tempat terfavorit negara Amerika ini memang begitu terkenal, baik dikalangan masyarakat lokal maupun mancanegara.

Warna airnya yang biru, suara deburan ombak yang mengalun, serta pasir putihnya mampu membuat siapa saja yang melihat akan merasa terkesima dengan keindahannya.

Masing-masing dari mereka membawa satu paper bag yang isinya berbeda-beda. Ada baju ganti, tikar lipat untuk alas duduk diatas pasir, kacamata hitam, dan berbagai makanan dari yang ringan hingga berat.

"Abang bantuin! Jangan lihatin cewek berbikini terus!" teriakan Heksa yang saat ini sedang menyusun makanan membuat Marka tersadar dari lamunannya.

"Enggak ya Dek, orang gue lagi mengagumi indahnya pantai," sanggah Marka.

"Ayah juga, awas lho Yah," lanjut Heksa pada ayahnya yang sedang memakai sunscreen/sunblock.

"Apasih Dek, Ayah gak lihatin mereka ya," sangkal Joni yang sebenarnya sesekali matanya jelalatan melirik sana-sini.

Heksa mendekati sang ayah, ia juga mulai menggunakan sunscreen yang sedang dipegang ayahnya. Dia tidak ingin kulitnya yang eksotis ini berubah menjadi warna hitam.

"Adek main kesana ya Yah!" Jari telunjuk Heksa menunjuk tepat pada perbatasan antara pasir dan air laut.

Joni mengangguk. "Hati-hati!"

Heksa menarik lengan Marka kearah yang ditunjuknya tadi.

Heksa bergidik saat merasakan kakinya terasa terseret ombak yang cukup besar, sesekali ia akan berlarian ke dalam air. Saat ombak mulai mendekat, ia akan langsung berlari kembali ke tempat semula.

Terus saja seperti itu, hingga dirinya cape sendiri.

Dibanding bergabung dengan Heksa yang sedang asik menceburkan setengah badannya ke air laut, Marka memilih sedikit menjauh dari air. Ia akan membuat istana pasir saja, tangannya mulai sibuk membuat sketsa istana yang akan dia buat.

Heksa yang sudah merasa lelah karena terus terbawa ombak, berjalan ke arah Marka.

Sebuah ide jahil terlintas, ia mulai membuat bulatan pasir yang sebelumnya sudah diberi air. Setelah pasir tersebut berbentuk, Heksa melemparkannya ke arah istana pasir yang dibuat Marka.

Marka yang terganggu, menoleh pada Heksa yang sedang tertawa ngakak. Pandangannya ia tajamkan, ia mengambil bulatan yang dilemparkan tadi dan melemparkannya pada tubuh Heksa.

"Gue bales lo ya!" teriak Marka kesal.

"Bales aja kalau bisa," balas Heksa meledek. Ia mulai berlari saat Marka mendekatinya.

Joni yang melihat kedua putranya saling kejar-kejaran dan melempar pasir hanya tersenyum, ditangannya terdapat sebuah kamera film yang dibawa Marka. Ia memilih merekam aksi keduanya dibandingkan memisahkan.

***

Hari sudah sore, terbukti dari munculnya lembayung senja atau orang biasa menyebutnya sunset yang saat ini sedang dipandangi oleh ayah dan dua anak itu.

Mereka kini terduduk di tikar yang sudah Heksa gelarkan tadi. Mereka sedang bersantai setelah sebelumnya makan.

Warna orange dari matahari terbenam itu membuat Heksa berdecak kagum. Mengagumi ciptaan Tuhan yang satu itu.

"Nikmat mana lagi yang kau dustakan," ucap Heksa pelan.

Joni yang duduk ditengah mengangkat tangannya, merangkul bahu kedua putranya dengan lembut.

Ah, rasanya sudah lama sekali ia tidak merasakan suasana hangat ini, yang ia ingat terakhir mereka quality time seperti ini itu  saat terduduk di ruang tamu rumah mereka di Bandung. Membicarakan soal jam tangan.

Mata Joni memejam. Meresapi kenyamanan yang melingkupi dirinya.

Sayang, kamu pasti sekarang lagi lihat kita di atas sana, kamu senang kan? Kedua putra kita sudah beranjak dewasa. Terima kasih atas titipannya Tuhan, saya senang dan begitu mensyukuri pemberianmu, batin Joni.

Bunda! Andai Bunda ada disini, pasti sekarang kita sedang menikmati keindahan ini bersama-sama kan? Tenang disana Bunda! Abang akan berusaha sebisa Abang untuk menjaga Ayah dan Adek. _ Marka

Bunda, Adek kangen. Adek pengen lihat Bunda, nanti malam datang ya ke mimpi Adek. _ Heksa.

Mereka sama-sama membatin secara bersamaan, sama-sama berdoa untuk wanita kesayangan mereka yang telah lama pergi.

Mereka tidak merasa sedih seperti saat pertama kali, karena mereka tahu sedih pun tidak ada gunanya.

Ini memang sudah takdir yang digariskan Tuhan.

Dan mereka sudah ikhlas menerimanya.

_______________________________________________

END

Finally! Cerita ini selesai juga.

Sedari awal aku udah bilang kalau ini cerita lebih ke daily life Heksa, jadi hanya sedikit konflik dan konfliknya juga gak berat, gak berbelit-belit juga.

Mohon maaf kalau endingnya tidak memuaskan dan ceritanya membosankan.

Terima kasih, aku sampaikan buat kalian yang udah berkenan baca dan memberikan vote.

Kalau bisa, ceritanya jangan dulu dihapus dari library kalian ya. Karena nanti aku juga bakal update 'bonus chapter'

Satu lagi!

Aku mau sedikit promosi disini!

Aku ada work baru, mulai update besok. Judulnya 'SAHABAT' ini cerita 00L Dream

Yang penasaran, bisa langsung mampir ke akunku besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yang penasaran, bisa langsung mampir ke akunku besok.


See you.

TERIMA KASIH.

Heksa Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang