-----
Selamat membaca.
-----
Ini sudah tepat seminggu Heksa koma, sampai sekarang masih belum ada perubahan yang signifikan dari kondisi Heksa.
Semuanya terasa berbeda, sebab sudah seminggu ini mereka tidak bisa mendengar suara cempreng Heksa saat sedang kesal atau suara ngebas ala lakik Heksa saat sedang serius.
Sahabat-sahabat Heksa tidak pernah absen dalam menjenguk dan menjaga Heksa.
Marka yang biasanya selalu nongkrong setelah pulang kuliah pun tidak, sekarang ia lebih sering bolak-balik rumah, kampus, rumah sakit. Begitulah hal yang ia lakukan selama seminggu ini.
Ketiga sahabat Marka pun memaklumi hal tersebut. Karena mereka tahu sesayang apa Marka pada adeknya itu, walaupun sikap Heksa itu nyebelin dan bikin pusing kepala.
Bahkan ketiganya juga tidak pernah absen untuk sekedar menanyakan perkembangan dari Heksa.
Untuk Joni, hampir sama dengan yang dilakukan si sulung. Rumah, kantor, rumah sakit. Itulah tempat yang banyak mereka kunjungi. Sebenarnya ke rumah juga hanya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Selebihnya, mereka lebih banyak di rumah sakit.
Dan hari ini, Joni yang sedang memantau perkembangan perusahaan di kantornya dibuat senang saat mendapat kabar dari Marka. Jika Heksa sudah siuman dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.
Ayah dua anak itu terlihat tersenyum bahagia. Tanpa banyak basa-basi, dirinya langsung pergi menuju rumah sakit, sesaat setelah memberitahukan kepada sekretarisnya.
Sedangkan dilain tempat, lebih tepatnya di sekolah SMA Gerdana. Para sahabat Heksa yang sedang beristirahat di kantin langsung heboh melihat pesan yang disampaikan Marka.
Bahkan Marka melampirkan foto Heksa yang sedang tersenyum kecil kearah kamera.
"Anjir-anjir. Ini kapan pulangnya?" tanya Jidan.
"Masih lama ege, kita masih ada dua jam pelajaran lagi setelah ini," balas Chiko.
***
"Bang! Ini lepas ya?" pinta Heksa pada Marka yang abangnya balas dengan gelengan.
Sedari sejak Heksa bangun, ia terus merengek agar nasal cannula yang bertengger di hidungnya di lepas karena ia merasa tidak nyaman, berasa sakit keras dia tuh.
Namun karena Heksa yang masih terlihat lemah, dokter menyarankan pada Heksa agar tetap memakai nasal cannula, guna membantu pernapasannya.
"Lo tuh ya, bebal banget! Baru juga bangun," ucap Marka sedikit sebal dengan sifat Heksa yang satu ini.
Heksa terlihat cemberut sekilas. Ia bertanya, "Adek berapa hari di rumah sakit Bang?"
"Tujuh hari."
"Hah?!" Mata Heksa terbelalak. "Selama itu? Kirain cuma sehari, dua hari."
Marka melirik ke arah meja nakas, disana terdapat bubur yang masih terlihat panas, juga beberapa buah-buahan segar.
"Lo makan dulu!" Marka memberikan semangkuk bubur ke hadapan Heksa.
"Adek makan, tapi ini dilepas ya?" pinta Heksa kembali masih dengan permintaan yang sama.
"Jangan dulu el---"
Ucapan Marka terpotong saat mendengar suara pintu terbuka.
Tiba-tiba seseorang memeluk Heksa sedikit kencang, itu Joni.
Disela pelukannya, Joni bergumam lirih, "Terima kasih ya Allah." Sesekali Joni mengecup kening Heksa.
"Ayah lepasin! Adek susah napas ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heksa Story ✓
أدب الهواة[END] Menceritakan daily life Heksa dengan Ayah dan Abangnya. Dan Heksa dengan para sahabatnya. Juga Heksa dengan tingkah randomnya. Yang penasaran, boleh langsung mampir! Kalau suka jangan lupa masukkan ke library kalian. ---------- Warning!! • Lee...