[⁰⁵]. Invitation

323 43 2
                                    

Tokk... Tokk...

"Heli?."

"Boleh aku masuk?."

"Aku juga mau keluar kok." Ujar Iseul seraya mengikat sepatunya

"Kau jadi sibuk ya sekarang." Tutur Heli

"Yah mau bagaimana lagi, setelah lulus aku ingin fokus belajar dan pergi keluar negeri." Kata Iseul

"Hee kenapa begitu?!." Seru Sooha

"Aku punya alasan. Sudah ya, kalian mengobrol saja dengan asyik." Iseul mengambil tasnya dan hendak keluar namun Heli menahan tangannya

"Ini undangan."

"Ah terimakasih, sampai jumpa!." Iseul melambaikan tangannya

"Semangat Iseul!." Iseul mengangguk lalu keluar

Namun dilorong ia sempat berhenti dan menatap pintu kamarnya dingin

"Tidak kau harus percaya Iseul. Oh ya, undangan apa tadi?." Iseul mengeluarkan amplop yang diberikan Heli tadi

"Ulang tahun ya, ah mereka sempat mengatakannya saat di alun-alun. Baiklah tidak ada waktu lagi Iseul."

Iseul menuruni tangga dan berpapasan dengan ketuanya

"Ah Iseul, aku baru saja ingin mendatangimu."

"Ada apa?."

"Pertemuan kita tidak jadi karena bahan-bahannya habis, aku dan tim akan membelinya dulu hari ini."

"Hee padahal kemarin masih banyak. Ah ya mereka kan sangat ceroboh. Mau ku bantu?." Tawar Iseul

"Tak usah. Kau istirahat saja karena tim membutuhkanmu, oke sampai nanti!."

Iseul ikut melambaikan tangannya dan sekarang bingung mau kemana. Ia tak ingin kembali ke kamarnya karena sangat membosankan, dan juga ada Heli

"Ah apa aku ke kamar mereka saja?." Iseul terkekeh jahil lalu pergi menuju asrama laki-laki

Ia sampai di depan pintu kamar Solon, saat ingin mengetuk tangannya terhenti

"Walaupun mereka tahu, aku yakin mereka tak akan menyebarkannya."

"Kenapa kau sangat yakin?!. Kau lupa kita pernah ditipu oleh manusia?!."

Iseul tersentak hingga kaleng catnya jatuh dan isinya tumpah. Suara dentumannya menggema di lorong sepi itu

"A-aduhh." Iseul segera mengeluarkan kain lap

Tiba-tiba pintu di depannya terbuka

"Iseul?."

"Ahh apa kalian ada kain bersih?." Kekeh Iseul

Setelah membersihkan cat bersama-sama, Iseul pun terduduk di kasur dengan tatapan intens 6 laki-laki itu

"Kau menguping ya?." Tuduh Shion

"E-eh aku hendak menemui anggotaku dan tak sengaja melewati kamar kalian. Mungkin ... aku mendengarnya sedikit?." Bohong Iseul

Jino tersenyum sendu

"Lalu apa reaksimu?."

"Eh?."

"Kau sudah tahu kami siapa, lalu kau akan diam saja?." Ujar Jino

Iseul menatap keenam laki-laki itu yang sama-sama berekspresi sendu

"Aku tak sama seperti Sooha, ia membenci vampir karena para vampir itu membunuh sahabatnya."

"Sahabat?."

"Ya. Chris namanya, sahabat pertamanya yang percaya bahwa ia bukanlah vampir. Sejak itu dia menjadi buta dan menganggap vampir adalah musuh bebuyutannya." Cerita Iseul membuat semua terdiam

"Lalu bagaimana denganmu?."

"Ha?." Semua menatap Solon

"7 tahun yang lalu, adikmu dan ibumu meninggal bukan?. Dengan dua lubang di leher dan juga darah yang sudah tak tersisa." Ujar Solon membuat semuanya tercekat

Iseul menunduk dengan tangannya yang meremas ujung roknya

"I-Iseul." Semuanya langsung menatap Solon tajam

"Lalu kau bermaksud mengatakan jika itu perlakuan vampir?." Iseul melirik dingin

"Siapa yang tak berpikir jika itu bukan vampir?. Aku tahu kau pun membenci kami dan berniat akan menyebarkannya nanti bukan!."

BLIZZTT

Semuanya terkejut melihat Iseul yang melesat lalu menarik kerah baju Solon dengan tatapan nanar

"Sudah kubilang, jaga batas. Tahu apa kau tentang kami?. Nyatanya kita itu sama, kami menganggap kalian monster yang harus di binasakan. Dan kalian yang menganggap kami monster sehingga harus kabur kesana kemari." Ujar Iseul

Semuanya lantas berdiri sangking terkejutnya. Iseul menghempas Solon ke dinding

"Manusia membenci vampir, itu adalah hal yang wajar. Tapi pertanyaanku, apa kalian bisa membenci manusia?. Membenci manusia karena mereka terus-menerus membongkar identitas kalian. Siapa yang bisa disalahkan?." Iseul menarik nafas dan menatap sendu

"Kami tak membenci, tapi kami takut dengan kehadiran kalian. Makhluk yang jelas-jelas bisa membunuh manusia, kami hanya mencoba untuk membela diri agar tak punah. Lalu kalian?. Siapa yang bisa menolak jika kau sudah terlahir dengan wujud begitu?." Tak kuasa, air mata turun dari mata Iseul

"Iseul-ah." Semuanya mendekat, bahkan Solon pun terdiam

"Aku mengerti kalian menaruh curiga dan waspada kepada kami. Tapi tak ada salahnya percaya, bahkan dengan monster sekalipun." Ujarnya

Semua terpana sesaat. Shion pun ikut menangis haru. Menyadari itu Iseul cepat-cepat menghapus air matanya

"Ahh kenapa suasananya jadi sedih begini, hiks. Aku tak biasanya menangis, astaga apa yang terjadi padaku. Kenapa air mata ini tak berhenti?, hiks. Kenapa dadaku sesak?." Iseul menunduk, masih dengan tangisan dan tangannya yang memukul dadanya

Jino menahan tangan Iseul lalu menarik gadis itu ke pelukannya. Iseul terdiam

"Maaf, maaf sudah membuatmu menangis." Bisik Jino

Iseul menggigit bibirnya

"Percayalah kepada kami. Kami akan menjaga kalian berdua, apapun yang terjadi."

Tangis Iseul kembali pecah

Moon Iseul, gadis kuat yang hampir tak pernah menangis. Dan di tahun ini, mereka berenam adalah saksi dari tangisannya yang pilu

To Be Continue...

~•~

~•~

ONE IN A BILLION✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang