[19]. Our Enemies²

128 19 0
                                    

Semuanya bertarung menggunakan kemampuan mereka sendiri. Camill terdiam melihat Solon yang bisa berubah menjadi manusia serigala hingga tak fokus

"Kak Camill!." Seru Ruslan

Iseul melesat menghajar dagu vampir itu lalu menempelkan kartu as nya di dahi vampir itu hingga dia tersetrum dan tak bernyawa

"Kau baik'saja?." Tanya Iseul. Camill diam

"Jangan lengah."

"S-siapa yang minta diselamat-." Camill lagi-lagi terdiam melihat Shion yang membiarkan tangannya digigit vampir demi menyelamatkan Camill

"Hey, kalian tak boleh sampai kena gigit!. Kalau kami tidak masalah!." Sentak Shion

"I-itu karena kalian satu kelompok!. Sudahlah tak perlu pedulikan kami, ayo Ruslan!."

Shion menggerutu kesal lalu menyingkirkan vampir-vampir itu

"Shion. Kau mau ikut rencanaku?." Tawar Iseul. Shion mengangkat satu alisnya

"Argh mereka semakin banyak!. Kita harus keluar dari sini!." Seru Khan

"Teman-teman aku akan bukakan jalan dan kalian ikuti dibelakang!." Teriak Heli. Para serigala diam hingga akhirnya Khan menyuruh mereka untuk menurut

"Semuanya sudah ikut kan?."

Noa berbalik dan melihat Camill yang masih dikerubungi oleh para vampir. Dengan segera Noa menggunakan bayangannya untuk membelah kerumunan

"Cepat pergi dari sana!." Teriak Noa. Camill masih belum bergerak

"Merunduk!." Ruslan menarik Noa lalu menghajar tepat ke jantung vampir itu

Camill terdiam dan tiba-tiba Jakah menariknya cepat

"H-hey!."

"Sudah semua?!." Seru Heli di depan

"Aku tak melihat Iseul!." Jawab Jakah masih menarik Camill

TINN TINN

"Aaaa!. Apa ini?!." Pekik Jaan seraya menghindar

"Minggir kalian kalau tidak mau mati!." Seru Shion sambil terus menginjak gas. Sementara Iseul berpegangan kuat

"Shion memangnya kau punya SIM ha?!." Pekik Jino

"TIDAK!." Shion menabrak semua vampir

BRAK

"Kak Jino!. Kak Jaan!. Lempar dan bakar mobil ini!." Seru Iseul seraya berlari keluar bersama Shion

Duo J mengangguk. Jaan melempar mobil itu hingga menjebak para vampir disana, lalu Jino mengeluarkan apinya

BOOM

Jakah memeluk Iseul dan melindunginya dari serpihan-serpihan yang terlempar

"Kau tak apa?." Tanya Jakah

"Ya. Ini ideku btw." Ucap Iseul bangga. Jakah menggeleng

"Sekarang mereka tak bisa mengejar kita lagi. Apa semua baik'saja?." Tanya Heli

"Ya kami baik-." Solon terdiam saat sebuah bangunan runtuh

"Solon!."

BRAK

Solon menatap nanar Camill yang menyelamatkannya dan kakinya terluka. Najak segera memapah Camill berdiri

"K-kau…"

"Hey, apa kau satu ras dengan kami?." Tanya Camill

"A-apa maksudmu?!. Aku tak mungkin satu ras dengan kalian!." Teriak Solon tiba-tiba

"Kau bisa berubah menjadi manusia serigala tapi berkata bukan satu ras dengan kami?."

"I-itu bukan urusanmu!. Lagian aku tak minta diselamatkan!."

Camill mengumpat kesal

(Author: berasa liat diri sendiri ya bang
Camill: diam/plak
Author: XP)

Back to story

"Iseul kau tak bisa menyembuhkannya?." Tanya Enzy

"Sayangnya tidak. Healer bukanlah kemampuanku jadi aku hanya bisa mengeluarkannya sesekali." Iseul menatap Camill

"Aku minta maaf. Padahal Tyran hanya mengincarku tapi kalian justru terluka." Ujar Iseul sendu

"Tidak itu bukan salahmu. Justru aku takjub kau bisa kabur. Kau memanglah wanita hebat." Ucap Heli. Iseul tersentak merasa dejavu. Yang lain tersenyum

Tiba-tiba saja luka Camill bersinar dan dengan cepat tertutup. Semuanya takjub

"Apa itu?."

"Sooha. Sama seperti waktu kalian di Railgun, kami membagi kekuatan kami dengan kalian." Jelas Iseul

"Jadi ini kekuatan dari gadis bernama Sooha itu?."

Semuanya mengangguk

"Padahal aku tak pernah bertemu dengannya tapi kenapa dia membantuku?." Gumam Camill seraya menggoyangkan kakinya

"Karena Sooha adalah putri kerajaan kuno dulu. Di kerajaan itu para vampir dan manusia serigala hidup tentram. Jadi kita semua sudah seperti rakyatnya." Ucap Heli

"Apa?!. Kau pikir aku akan percaya cerita karangan mu itu?!. Vampir dan manusia serigala hidup di satu negara yang sama?!. Mustahil!. Jangan katakan hal menjijikan seperti itu lagi!." Sarkas Camill

"Terserah mau percaya atau tidak. Aku tak akan mengajak kalian pergi bersama karena mungkin kalian tak nyaman, sampai bertemu di The Blood Altar." Ujar Heli

Iseul bimbang

"Iseul, kau ikut kami?." Tanya Jakah. Iseul menatap ketujuh vampir itu yang juga menatapnya

"Iseul akan ikut kami." Ujar Enzy

"Hee kenapa?!." Pekik Shion tak suka

"Terserah dong dasar nyamuk!." Tahel dan Shion mulai bertengkar

"Biarkan Iseul memilih." Ucap Jakah, walau begitu dia menatap Iseul berharap. Dan Iseul tahu itu

"Tyran masih mengincarku. Dia akan dengan mudah menemukanku jika berada di sekitar vampir. Dia punya penglihatan terbatas, itu adalah kemampuan adikku dulu. Tapi karena dia sekarang adalah vampir, dia hanya bisa mengawasi para vampir termasuk kalian. Aku ikut Khan." Ujar Iseul. Khan mengangguk

"Baiklah jika itu maumu. Mungkin itu yang terbaik. Kami pergi duluan." Heli mengusap kepala Iseul lalu pergi

"Hey sedikit saja kalian melukai Iseul akan ku gorok leher kalian." Ancam Jaan. Iseul tersenyum maklum

"Apa kau bilang ha?!." Nah kan tersulut dah

"Dah dah sana cepat pergi!." Iseul segera memisahkan Camill dan Jaan sebelum masalah semakin jauh

Para vampir kemudian menyusul Heli

"Tutup dirimu." Enzy melepas almamaternya lalu ditaruh di pundak Iseul. Tahel menggembungkan pipinya kesal

"Terimakasih."

Enzy mengangguk. Mereka kemudian pergi ke arah yang berbeda. Sejenak Iseul merasakan dejavu. Sama seperti dulu ketika dirinya berjalan-jalan bersama para serigalanya

To Be Continue…

~•~

~•~

ONE IN A BILLION✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang