ADDICTIVE 06 : ANGER

347 46 2
                                    

SUDAH 1 jam lamanya Taehyung terdiam dengan sesekali menghisap rokok di tangannya, wajahnya datar dan terlihat begitu dingin bersamaan. Sementara objek yang menjadi fokus utamanya terus menelan saliva meratapi nasibnya.

Tubuhnya penuh dengan luka sayatan yang memanjang dan cukup dalam, dia merasa begitu tidak berdaya dan lemas karena kehilangan banyak darah, tenggorokannya kering dan sakit karena berteriak terus menerus.

"Master." Seorang pria berbadan besar berjalan dengan menunduk menghampiri Taehyung.

Taehyung membuang rokok di tangannya lalu menginjaknya, dia kemudian bangkit berdiri dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Jas nya sudah dia tanggalkan entah kemana beberapa saat lalu.

"Katakan." Ucapnya dengan datar.

Pria yang akan melapor itu menelan saliva gugup sebelum membuka suara. "Ada yang ingin bertemu dengan anda, kami sudah berusaha menghalangi dia tapi dia bersikeras ingin menemui anda." Kepalanya semakin tertunduk.

Taehyung masih belum menunjukkan ekspresi apapun selain wajah datarnya, alisnya sedikit mengernyit, berfikir tentang siapa yang berani mengganggunya.

"Bawa dia ke ruanganku."

Pria itu segera membungkuk hormat dan pergi untuk melaksanakan perintah dari tuannya.

Sementara Taehyung kembali memandang dengan lurus, mengambil pistol yang sedari tadi menganggur di mejanya.

"Tidak berguna." Desisnya, tangannya bergerak membidik objek di depan sana, menarik pelatuknya ringan hingga menimbulkan suara yang cukup mengerikan.

DOR

Kepalanya berlubang membuat si pemilik yang belum sempat berteriak langsung kehilangan nyawanya saat itu juga, Taehyung mendengus melempar pistolnya kembali ke meja, berjalan ke arah pintu keluar dan berucap pelan pada anak buahnya yang sedari awal berdiri di sekitarnya.

"Bereskan sampahnya." Taehyung kembali melangkah keluar membiarkan orangnya yang membereskan sedikit kekacauan yang baru di ciptakannya.

Taehyung membuka pintu ruangannya dan menemukan presensi pemuda mini di depan rak buku miliknya, Taehyung memutar bola matanya.

"Jadi ini tamu tidak penting itu." Ucapnya penuh kekesalan.

Sementara pria yang di bicarakan malah melempar senyum manisnya dan berjalan ke arah Taehyung dengan santai, wajahnya seperti merasa tidak bersalah membuat Taehyung mendengus, ingin marah tapi merasa percuma.

"Bagaimana kabarmu Kim?"

"Pertanyaan yang bagus Park, tapi aku malas menjawabnya." Balas Taehyung sembari melangkah untuk mengambil jas miliknya.

Jimin, pria itu tetap tidak melunturkan senyumannya, tidak peduli bagaimana tanggapan datar dari sahabatnya karena terlampau terbiasa.

"Aku penasaran sebenarnya apa yang kau lakukan di sini, setelah sekian lama kau kembali ke tempat ini lagi, aku sempat berfikir kau meninggalkan kebiasaan mu itu." Jimin menatap santai wajah datar sahabatnya.

Taehyung mengambil ponsel miliknya dan memandang rendah pada Jimin. "Jangan bertele-tele Park, katakan apa yang kau mau sampai harus datang jauh-jauh kemari dan mengganggu kesenanganku."

Jimin menggeleng pelan, sifat Taehyung yang seperti ini terkadang membuatnya sedikit tersinggung, beruntung dia bukan pria dengan tempramen meledak-ledak seperti Jungkook.

"Hanya menyapa teman lama, kau terlihat melupakan sahabat baikmu ini Kim, apalagi setelah mendapatkan adik tiri." Jimin tersenyum semakin manis.

Sementara Taehyung mengepalkan tangan sekilas, menatap dingin secara terang-terangan pada Jimin. "Jangan ikut campur Park, aku tau apa yang kau pikirkan." Ucapnya tajam.

ADDICTIVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang