KALAU ditanya tentang bagaimana Hera menanggapi perasaan suka maka dia hanya akan menjawab bahwa itu adalah hal yang wajar terjadi, suka bisa di artikan sebagai ekspresi atau ungkapan atas ketertarikan pada sesuatu. Namun rasa suka tentu tidak hanya pada satu objek saja, bisa lebih dari itu dan bahkan bisa membawa rasa bosan juga.
Namun rasa suka yang satu ini tentu saja berbeda dari yang Hera bayangkan, dia hanya seorang amatir yang belum pernah memiliki pengalaman mengenai hati namun jika untuk perasaan nyaman yang menelusup di hatinya tentu Hera bisa menyadarinya dengan cepat.
Seperti bagaimana dia merasa nyaman ketika Taehyung menatapnya lembut, perlakuan pria itu yang terkadang mampu membuatnya salah tingkah tanpa di sadari, semua itu adalah gestur spontan darinya yang belum pernah mendapatkan perhatian sebegitu lembutnya dari sosok pria kecuali ayahnya dulu.
Tinggal hanya berdua bersama Mommy nya sejak sang ayah pergi membuat Hera menjadi anak mandiri sekaligus saksi dari perjuangan Miranda dalam memenuhi segala keinginannya. Lalu saat seorang pria tiba-tiba masuk ke dalam kehidupannya dan memberikan segala afeksi nyaman dan hangat kemudian mengungkapkan perasaan sayang padanya bagaimana Hera harus menanggapinya? Hera cukup minim pengetahuan soal cinta atau perasaan semacam itu dan dia tidak tau harus seperti apa selain menerima dan mencoba menahan dirinya untuk tidak terlalu jauh dalam jatuh atau dia akan menjadi lemah.
Namun kali ini Hera merasa kalah, dia merasa di kalahkan oleh hatinya sendiri. Apa yang di harapkan dari orang yang tidak pernah menjalin hubungan sepertinya? Tentu saja tidak ada. Taehyung datang bagaikan sebuah obat dari kesepian yang bersarang di hatinya, pria itu seakan membawa warna baru bagi Hera yang tidak tau menau soal ungkapan cinta.
Miranda benar, suatu saat mungkin dia akan menjadi begitu lemah jika sudah berhadapan dengan perasaannya sendiri. Hera tidak tau sejak kapan pastinya namun dia mulai terbiasa dengan kehadiran Taehyung dan segala perhatian yang pria itu berikan padanya. Bahkan Hera merasa ada yang kurang jika tidak ada Taehyung di sampingnya, apa dia sudah mulai ketergantungan atas pria itu sekarang?
Lamunan Hera buyar ketika sesuatu yang dingin terasa menyentuh pipinya, menoleh dan menemukan Hanna yang membawa sebuah kaleng minuman dingin di kedua tangannya.
"Apa yang kau pikirkan? Ini minumlah." Hanna meletakkan satu kaleng minuman itu di hadapan Hera.
"Terimakasih, bukan apa-apa hanya pekerjaan." Hera membuka dan meminumnya.
"Tidak perlu terlalu di pikirkan, masalah pekerjaan bisa di kerjakan saat waktunya nanti. Sekarang jam makan siang jadi lebih baik istirahatkan otakmu dulu."
"Kau benar." Hera tersenyum tipis menanggapinya.
"Oh iya, kau sudah berjanji akan bercerita padaku kemarin tapi kau malah kabur." Hera memicingkan matanya pada Hanna membuat gadis itu hampir tersedak minumannya sendiri.
Hanna meringis kecil, kenapa Hera harus memiliki ingatan yang kuat? Padahal dari kemarin dia sudah berusaha menghindar.
"Hanna.." Hera semakin menatap tajam Hanna membuat gadis itu pada akhirnya menghela napas panjang.
"Baik baik biar aku ceritakan." Hanna meletakkan kaleng minumannya di meja kemudian menatap Hera yang terlihat memasang mimik wajah penasaran.
Berdoa dalam hati sebelum kemudian melanjutkan ucapannya. "Beberapa hari yang lalu saat kau tidak masuk aku sempat lembur sampai jam 9 malam, aku pikir hanya ada aku dan beberapa karyawan yang tersisa di kantor tapi aku justru melihat tuan Park berjalan memasuki ruangan tempat aku dan karyawan lain bekerja. Aku sempat terkejut karena seingatku aku sudah melihat presedir meninggalkan kantor tapi tuah Park ternyata belum pulang juga." Hanna menjeda sembari menyeruput minumannya sementara Hera menunggu dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTIVE [END]
Fanfic[COMPLETED] 𝗧𝗮𝗲𝗵𝘆𝘂𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗲𝘀 𝟮 ... Lee Hera tidak pernah ingin mencampuri urusan pribadi Ibunya, setidaknya sebelum sang Ibu yang datang dan memperkenalkan seorang pria paruh baya sebagai calon ayahnya. Serta kedatangan pemuda bermat...