Pemandangan di luar jendela begitu sendu pada hari itu. Awan kelabu yang tebal menutupi langit, meredupkan cahaya matahari. Tetesan hujan mengiringi latar belakang dan gemuruh petir yang sesekali terdengar.
Di tengah suasana itu, Satria berdiri di dekat jendela dengan pandangan yang jauh. Wajahnya terpantul pada kaca jendela, dipenuhi pemikiran yang dalam. Matanya seolah melihat sesuatu yang tak terlihat oleh orang lain, dan alisnya mengerut dalam renungannya.
Seluruh penghuni rumah diam-diam menatapnya prihatin. Awalnya mereka mencoba menebak-nebak apa yang sebenernya terjadi sama Satria, hingga akhirnya mereka mendengar kabar yang mencengangkan. Tapi ada juga yang sedari awal nggak tau apa-apa.
"Bang Satria kenapa sih?" Dirga bertanya heran, dia belum tau berita itu soalnya mereka memang belum cerita ke trio kwek-kwek sama si bontot.
"Cosplay sad boy," Yodha jawab seadanya.
Siapapun yang ngeliat Satria sekarang pasti langsung tau kalo dia lagi mode sad. Dirga memiringkan kepala bingung, trus nanya lagi. "Emang ada apaan?"
Bukannya Yodha, tapi Kai yang menjawab pertanyaan Dirga. "Lia, gebetan bang Satria itu... kecelakaan."
Denger apa yang dibilang Kai barusan, Dirga langsung membelalakkan mata. Syok hingga nggak bisa berkata-kata. Bercampur dengan kebingungan. Dan juga siapa Lia yang dimaksud Kai? Sejak kapan bang Satria punya gebetan?
Sebenernya dirinya ketinggalan apa sampe nggak tau sama sekali perihal ini? Tapi daripada itu ada yang lebih penting.
"Terus gimana kondisinya sekarang?"
"Nggak ada yang tau gimana kondisinya, tapi ngeliat Satria sampe kayak gitu kemungkinan dia udah..." Sidan gak bisa mengatakan kata-kata itu dengan jelas, jadi Kai cuma memberi isyarat dengan gerakan memotong leher.
Otak Dirga penuh dengan pertanyaan, nggak jauh beda dengan Chendra, Hersa, dan Cahya yang bereaksi sama kayak Dirga. Mereka paham maksud Kai, karena itu mereka terdiam seribu bahasa.
Sidan, Surya, Kai langsung menceritakan apa yang mereka tau dari awal sampe akhir. Yodha daritadi cuma diem, entah apa yang dia pikirin. Dirga, Chendra, Hersa, sama Cahya menyimak seluruh ceritanya sampe selesai. Nggak ada satupun dari mereka yang berkomentar, karena mereka sendiri juga bingung mau respon gimana.
Mereka semua turut berduka atas apa yang menimpa Lia, semoga aja keluarganya diberi ketabahan dan keikhlasan. Setelah sesi cerita mereka lanjut berdiskusi tentang gimana cara menghibur Satria yang kayak orang linglung.
"Jadi kita coba hibur dia?"
Mereka semua langsung setuju sama usulan itu, Satria emang perlu dihibur sekarang karena kalo kelamaan dibiarin begitu entah apa yang bakal terjadi nantinya.
"Pasti perasaan bang Satria udah terlanjur dalem ke mbak Lia," kata Hersa. Yang lain pun sempet mikir gini juga.
Sedih boleh tapi kalau berlarut-larut juga bisa gawat.
Mereka pun membahas rencana ini di ruang keluarga, sedangkan orang yang bersangkutan masih setia berdiri menghadap jendela. Gak tau udah berapa lama posisinya nggak berubah, bahkan dia nggak gerak sedikitpun. Jarak mereka gak jauh, tapi mereka yakin Satria yang sekarang gak bakal denger apa yang lagi mereka bahas.
"Hiburnya gimana nih? Cosplay jadi badut gitu?" Kai nanya karena nggak kepikiran ide bagus apapun, tapi seluruh penghuni kompak menghela napas.
Apa-apaan tuh? Kayak lagi bujuk anak kecil aja.
"Lo pikir dia bocah?" Ketus Sidan. Kai cuma nyengir, tapi malah tetep dilanjutin. "Bukan badut biasa tapi badut IT, bang."
"Badut IT mah serem, nggak ada lucu-lucunya," Yodha merespon sinis, nggak habis pikir sama ide buruk Kai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[LIKE A FAMILY]
Fanfictionkisah keseharian sembilan manusia ganteng yang milih buat tinggal serumah