Di ruang konseling, seorang cowok berambut ubanan sedang duduk dengan sedikit membungkuk. Suasana yang sangat mencekam membuat keringat dingin membasahi pelipisnya. Dihadapannya ada dua malaikat maut yang menatapnya tajam seakan akan dirinya bakal dikuliti saat itu juga kalo bergerak satu milimeter dari tempatnya.
Salah satu malaikat maut itu adalah guru konseling, yang sejak tadi duduk di hadapannya belum juga mengatakan sepatah katapun. Lalu disebelahnya ada malaikat maut lagi yang bersedekap dada, tidak lain tidak bukan ialah Rosalin.
"Kiel Nathaniel William, namamu aneh kayak kamu ya?"
Akhirnya Bu guru konseling itu ngomong juga, walaupun yang keluar dari mulutnya adalah sebuah... roastingan.
Kalo kata orang-orang, nama itu ibaratkan harapan orang tua. Tapi orang tuanya Nathan tuh nggak punya harapan apa-apa sama dia, jadi dikasih nama ngawur aja yang penting punya nama. Mungkin peribahasa ‘pohon jatuh nggak jauh dari buahnya’ cocok untuk mendefinisikan keluarganya yang freak.
Nathan cuma diem aja karena takut kalo dia jawab malah dikira ngelawan. Guru konselingnya ini wanita paruh baya, siapa tau gurunya ini tipikal emak-emak Asia yang doyan ngomel.
"Unik juga rambutmu, asli ubanan ya?"
Aduh, nusuk banget.
Sebenernya selama ini belum pernah ada yang bilang rambutnya ini uban. Karena orang orang ngira Nathan ngecat rambut jadi putih, padahal mah emang asli gitu dari lahir karena kondisi genetik.
"Kenapa diem aja, gak punya mulut? Bisu?"
Gelap, padahal lampunya nyala. Nathan buru buru menjawab sebelum disumpahi jadi bisu beneran sama malaikat maut ini.
"Nggak, Bu" Sahutnya lirih.
Bu guru menatapnya sejenak, lalu mengulurkan tangannya. "Kamu punya lock pick kan? Mana?"
Nathan buru-buru merogoh saku celananya lalu menyerahkan benda yang dimaksud. Pasti bakal disita nih.
"Kamu kayaknya percuma ibu hukum skors, mungkin malah kamu bahagia karena nggak perlu masuk sekolah. Jadi ibu sama wakatos sepakat kasih kamu hukuman ngerjain tugas." Ucapnya, masih dengan aura yang mencekam.
"T-tugas?" Nathan langsung gelagapan.
Bu guru mengangguk, "Tugas kamu banyak yang bolong trus ada aja alasannya. Entah alasan buku ketinggalan, belum ngerjain, rumah kebakaran atau apa lah. Sekarang ibu nggak akan terima alasan seperti itu lagi, kamu harus selesaikan seluruh tugas kamu bulan ini dari semua mata pelajaran." Jelasnya.
Nathan mengangguk patuh, dia udah pasrah banget. Yang penting dia nggak dikasih tenggat waktu jadi bisa nyantai dikit ngerjainnya.
"Baik Bu"
"Karena kamu kalah, kamu harus ngerjain tugas itu dengan jujur. Kalo sampe kamu ketahuan joki, saya bakal kasih kamu hukuman tambahan. Tenggat waktunya 2 minggu, nggak ada kelonggaran." Tegasnya, Bu guru menyeringai puas ketika ngeliat ekspresi Nathan yang syok banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
[LIKE A FAMILY]
Fanfictionkisah keseharian sembilan manusia ganteng yang milih buat tinggal serumah