Kesialan melanda Cila sekarang. Hujan datang di sore hari ketika dia akan beranjak pulang. Sebenarnya bukan hanya dia saja yang terjebak di halte bus, tetapi beberapa pengguna jalan lainnya juga ikut terjebak di sana. Cila berharap hujan bisa cepat reda karena tidak mungkin dia menembus hujan untuk sampai ke rumah. Belum sampai saja dia pasti sudah akan basah semua. Lagi pula rumahnya cukup jauh dari halte bus ini. mungkin sekitar sepuluh menit jika berjalan kaki.
BRAKKK
Benturan keras tiba-tiba saja terdengar. Semua orang yang ada di sekitar pun tampak terkejut dan teriak, tak terkecuali Cila juga. Tabrakan terjadi tepat di depan halte di mana sebuah mobil hitam menabrak pembatas jalan. Semua orang tampak panik, Cila pun juga sama. Mereka di ambang kebimbangan untuk membantu atau tidak karena hujan masih sangat deras. Mungkin karena licinnya jalanan, jadi mobil tidak bisa melaju dengan begitu baik, jadi kecelakaan pun tak terhindarkan.
Akhirnya beberapa pengguna jalan yang menggunakan payung pun menghampiri mobil yang menabrak itu. Kemudian mengeluarkan si pengendara yang tampak tak sadarkan diri. Karena hanya halte satu-satunya tempat untuk berlindung terbaik, jadi si pengendara terpaksa di bawa ke sana. Darah mengucur dari belakang kepala, semua orang tampak histeris.
"Panggil ambulance."
"Panggil polisi juga."
"Darahnya keluar dari sana."
Semua orang tampak panik di sana. Cila yang memang badannya cukup kecil terlihat kesusahan untuk melihat si pemilik kendaraan. Namun dengan sekuat tenaga wanita ini pun mencoba menerobos kerumunan. Terlihat seseorang sedang mencoba membantu mengurangi pendarahan di kepala si korban.
Cila mengernyit ketika tampak tak asing dengan jas ini ditambah lagi jam tangan yang digunakan oleh si korban tabrakan. Cila pun sedikit menunduk untuk melihat lebih jelas wajah orang itu. Setelah berhasil melihatnya, seketika bola mata Cila pun melotot.
"Pak Reynart?" lirihnya. Cila memang memiliki ingatan yang tajam seperti dia masih ingat jas dan jam tangan yang Reynart pakai hari ini.
"Anda kenal dengan pria ini?" tanpa sengaja lirihannya terdengar oleh salah satu pengguna halte tersebut. Seketika beberapa orang menatap wanita ini. Cila pun tertangkap basah, padahal dia enggan untuk berurusan dengan atasannya itu. Tapi melihat Reynart yang berlumuran darah membuat Cila jadi tak tenang.
"Dia atasan saya," ungkap Cila jujur.
"Kalau begitu hubungi keluarganya," kata pengguna jalan lain.
"Saya tidak tau siapa keluarganya. Saya baru saja bekerja hari ini," jawab Cila kembali.
Ambulance pun datang. Semua orang membantu memasukkan Reynart ke dalam ambulance. "Mbak. Kamu ikut ambulance juga. Karena kamu kenal dengan korban," kata salah satu pria di sana. Cila pun melotot. Kenapa jadi dia yang harus mengantar Reynart? Padahal Cila berharap bisa pulang dengan selamat. Namun, karena terus didorong, akhirnya Cila pun ikut menemani Reynart bersama dengan satu pengguna jalan lainnya yang sejak awal membantu Reynart.
"Oh iya Mbak. Ini saya titipkan barang berharga beliau. Akan jauh lebih baik jika diamankan lebih dulu. Tadi saya buru-buru amankan karena takut ada tindakan kriminal terjadi di sekitar seperti pencurian." Cila menerima dompet dan ponsel Reynart dengan hati-hati, kemudian menyimpannya di dalam tas.
Wanita ini sedikit meringis ketika darah masih saja mengucur di belakang kepala Reynart yang dibawa menggunakan brankar rumah sakit. Satu pria yang bersamanya tampak membantu mendorong brankar tersebut ke arah UGD.
"Mbak tunggu di sini sebentar. Saya akan urus administrasinya dulu. Oh iya, nama pasien siapa?"
"Reynart," jawab Cila. Pria itu pergi meninggalkan wanita ini seorang diri di depan UGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE TERAKHIR✔
Fantasy[SPIN OFF dari The Cursed Vampire dan Sleeping Mate] "Pergilah ke dunia manusia," ucap Wizard Berta kepada Reynart dengan wajah seriusnya. "Untuk?" tanya pria itu dengan sejuta kebingungan di sana. "Bukankah kau sedang mencari tahu di mana mate mu...