BAGIAN 36

435 19 0
                                    


Wanita itu berjalan tanpa memperhatikan ke arah depan. Hampir saja dia tertabrak oleh karyawan yang kebetulan sedang lewat. Cila mengambil duduk di salah satu meja yang kosong. Ini sudah jam istirahat. Tentu dia tidak makan bersama Reynart. Karena jika hal itu terjadi makan akan timbul perbimbancangan besar di kantor.

Sosok Ele juga tak terlihat sejak tadi, sepertinya temannya sedang sibuk. Jadi, Cila benar-benar sendirian di jam ini. Namun ada yang menarik, sejak tadi pandangannya tampak kurang fokus, seperti sedang memiliki banyak pikiran.

Cila kembali membuka ponsel pintarnya, menuju ke aplikasi perpesanan. Membaca lagi pesan yang ada ada dia bagian paling atas, dan tentu saja dia tak tau siapa pengirimannya. Yang jelas orang misterius itu ingin bertemu dengan Cila nanti malam di lapangan dekat rumah Cila sendiri. Cila ingat jika memang ada sebuah lapangan kosong, tapi dia tak tau orang yang akan ia temui ini siapa.

"Hai, Cila."

Wanita ini mengurut dadanya karena terkejut mendengar sapaan dengan suara agak berat itu. Dia menoleh, mendapati sosok Elijah yang membawa cangkir kopinya sendiri.

"Kenapa wajahmu terkejut sekali? Aku mengagetkanmu? Kamu melamun?" tanya pria ini beruntun. Cila mengembuskan napas lelah. Jika tidak ingat bila Elijah adalah atasannya mungkin Cila sudah mengomel sejak tadi.

Elijah yang bisa membaca pikiran Cila pun hanya bisa menahan tawa. "Cobalah untuk belajar jujur kepadaku. Anggap saja kita berteman sekarang. Lagi pula sebentar lagi kita akan menjadi partner kerja bersama."

Cila memaksakan senyumnya. "Kenapa kamu tidak memesan makanan?" tanya Elijah karena tak melihat satu piring tersaji di meja itu dan hanya ada satu botol minuman dingin saja. Ia pikir wanita ini belum sempat memesan makanan karena sibuk melamun.

"Saya tidak lapar, Pak," jawab Cila singkat.

Elijah pun terkekeh kecil di tempatnya. "Apa karena tidak ada Reynart?" bisiknya dengan suara kecil agar tak didengar oleh karyawan di sekitar mereka.

Cila menggeleng. Dia bukanlah tipe pasangan yang selalu menuntut agar Reynart selalu ada di sampingnya setiap saat. Bisa dibilang Cila akan mencoba mengerti setiap kegiatan dan kesibukan pria itu.

"Oke oke baiklah, aku paham," kata Elijah mengakhiri pertanyaannya. Kemudian pria ini menyeruput sedikit kopi miliknya. "Dia sudah memberitahumu jika kita akan menjadi rekan kerja sebentar lagi?"

Cila mengangguk. "Nanti saya akan beres-beres, Pak," jelas Cila. Dia juga akan berpamitan kepada teman-temannya di bagian HRD lebih dulu.

Elijah mengangguk. "Aku tadi sudah menyuruh OB untuk menempatkan satu meja lagi di ruanganku khusus untukmu," kata pria ini lagi. Lalu Elijah mengulurkan tangannya kepada Cila, tampak seperti hendak berjabat tangan. Meskipun ragu, Cila pun menerima jabatan tangan itu. "Selamat datang, Cila. Aku berharap kita bisa menunjukkan performa terbaik untuk perusahaan," ucap Elijah dengan berpikir positif. Cila pun tersenyum, merasa beruntung memiliki atasan seperti pria ini.

Selesai jam istirahat, Cila menyempatkan diri untuk bertemu Ele lebih dulu. Dia harus memberitahu Ele mengenai kepindahannya besok agar wanita itu tak marah karena mendapat informasi terakhir seperti sebelumnya.

Saat menengok ke arah dapur, Cila tak menemukan siapa pun di sana. Dia juga sempat menuju ke area penyimpanan bahan makanan, namun Ele tak terlihat. Ke mana sebenarnya temannya itu.

"Bagaimana rasanya?"

Sebuah suara itu mengejutkan Cila. Dia langsung menoleh dan menemukan sosok wanita berdiri di pintu masuk dapur. Wanita itu berjalan dengan begitu santai menuju ke tempat Cila berada. Cila sendiri sedang menunjukkan sikap waspada.

MATE TERAKHIR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang