BAGIAN 43

358 12 0
                                    


PLAK.

Cukup sudah. Cila yang tak bisa mengontrol lagi kekesalannya pun akhirnya meluap juga. Flora memegangi pipinya yang sedikit panas karena menerima tamparan keras dari Cila itu. Cila tak merasa bersalah karena wanita di depannya ini memang pantas untuk mendapatkan hal itu.

"Kau ..."

"AKKKH."

Flora yang tak terima pun langsung menarik rambut belakang Cila dan membuat wanita ini mengaduh kesakitan. Cila mencoba untuk melepaskan tangan Flora di rambut miliknya, namun itu malah membuat rambutnya semakin tertarik dan kepalanya memanas.

"Berani-beraninya kau menamparku, jalang! Berani-beraninya kau menyentuhku dengan tangan kotormu itu. Aku akan memberimu pelajaran," hardik Flora.

Flora menyeret Cila dengan tangan yang masih di rambutnya. Cila pun semakin merasa kesakitan di kepalanya. Kemudian Flora melemparkan Cila begitu saja ke lantai hingga membuat kepala wanita itu sedikit pusing.

Cila yang masih mencoba meredakan rasa pusingnya pun tak menyadari bila Flora sudah mengangkat sebuah jirigen berukuran sedang.

Dalam sekejap tubuh Cila langsung diguyur oleh cairan. Cila mencoba mengendusnya, seketika bola matanya pun membulat karena terkejut.

"Apa yang Anda—"

Flora mengangkat sebuah korek api di tangannya. Dia menampilkan senyum evilnya. Cila pun hendak berdiri, namun Flora langsung mengancamnya. "Sekali lagi kau mendekat, aku akan benar-benar melemparkan korek api ini. Kau akan benar-benar terbakar di atas sini. Tidak akan ada orang yang tahu. Seberapa keras kau berteriak, mereka tak akan mendengarmu."

"Anda gila!" sembur Cila. Cila mencoba untuk menutup bagian tubuhnya, namun rasanya percuma karena bajunya sudah basah oleh bensin.

"Aku kesal. Aku marah. Aku tidak terima jika diriku di kalahkan oleh wanita sepertimu. Di hari pertama kau berada di sini, dengan berani kau mengambil perhatian Pak Reynart. Aku sudah menebak jika ekspresi tidak sukamu itu hanyalah kedok belaka. Kau sejak lama memang mengincar Pak Reynart bukan? Jika pada akhirnya aku tidak bisa memiliki Pak Reynart, maka tidak ada boleh satu pun wanita bisa memiliki Pak Reynart juga, termasuk dirimu."

Cila menggeleng. Dia tak menyangka perasaan Flora malah berubah menjadi sebuh obsesi. Dia dengan tega membuat orang lain tersingkirkan.

"Apa ada kata-kata terkahir sebelum kau akhirnya terbakar menjadi abu?" tanya wanita tak waras itu.

Cila tampaknya sudah tak bisa berbuat apa-apa. Pintu rooftop sudah Flora kunci. Pandangan Cila pun tertuju kepada wanita itu. "Saya hanya ingin mengatakan kepada Anda, Nona. Anda adalah wanita yang cantik. Saya tau Anda tidak akan melakukan hal kotor seperti ini. Jika Anda ketahuan, Anda akan ditangkap dan dijebloskan ke penjara."

"Apa aku terlihat peduli dengan ocehanmu itu? Seharusnya kau gunakan kata-kata terakhirmu itu untuk berdoa. Berdoa agar kau tetap bisa hidup meski telah terbakar. Itu mustahil memang, tapi aku masih bisa berbaik hati padamu untuk berdoa sekarang."

Cila berdiri tegap, kemudian dia tersenyum. Keanehan itu membuat Flora langsung waspada. Bukannya takut, Cila malah berjalan untuk mendekati Flora.

"Apa Anda tau, Nona kenapa Pak Reynart tidak pernah memilih Anda?" tanya Cila yang sekarang malah terlihat begitu berani. Flora pun terus berjalan mundur untuk menghindari wanita itu. "Itu karena hati Anda yang tidak pernah tulus. Cobalah untuk lebih tulus melakukan segalanya. Bukan hanya Pak Reynart, mungkin pria lain akan mengantri untuk Anda juga."

"Omong kosong apa yang kau bicarakan ini? Diam di tempatmu, jangan mendekat!" teriak Flora yang malah panik. Cila tak gentar, dia terus melangkah mendekati Flora. Semata-mata agar wanita itu menyerah akan rencananya.

MATE TERAKHIR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang