BAGIAN 32

512 23 0
                                    


"Cila."

Panggilan dari arah belakangnya membuat wanita yang sedang membawa minuman di dalam botol miliknya itu pun reflek menoleh. Cila memang sekarang sudah membiasakan diri untuk membawa minuman sendiri. Dia meletakkannya di dalam botol.

"Ya?"

"Kamu disuruh ke ruangan Pak Elijah," tutur seorang wanita entah dari divisi apa. Cila mengangguk dan wania tadi itu pun pergi. Cila tak serta merta menuju ke ruangan Elijah, tetapi dia meletakkan botol miliknya lebih dulu ke ruangannya.

Setelah itu Cila pun menuju ke lift bersama karyawan lain. Setelah pintu lift terbuka, dia pun bergegas menuju ke ruangan Elijah.

Cila mengetuk pintu beberapa kali, lalu terdengar suara dari dalam yang menyuruhnya masuk. Cila berjalan ke arah meja kerja atasannya di mana Elijah tampak membelakangi dirinya saat ini. Cila mengedarkan pandangan ke sekitar, dia tak melihat sosok Flora di sana.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" ucap Cila dengan nada sopannya.

Suara deheman terdengar, lalu kursi pun berputar, seketika Cila tak bereaksi apa pun di tempatnya. Reynart berdiri dari kursinya, berjalan mendekati mate nya itu. Dia benar-benar merindukan Cila sekarang setelah berminggu-minggu tak bertemu.

Di saat Reynart berjalan mendekat, Cila reflek berjalan mundur, seketika Reynart pun menghentikan langkah kakinya. Reflek yang wanita itu lakukan membuat Reynart tersadar akan posisinya saat ini.

"Maaf? Sa-saya salah ruangan. Kalau begitu saya permisi," ucap Cila yang kemudian berlalu pergi. Namun Reynart dengan cepat menarik tangan wanita itu dan sedikit meringis di sana. Cila dengan reflek menolak sentuhan pria ini, Reynart pun semakin kehilangan. Namun, dia mulai merasakan sakit di area punggungnya lagi.

"Kamu tidak salah ruangan. Memang aku yang memanggilmu ke sini."

Cila diam-diam tersenyum sinis mendengar nada suara pria itu yang berbeda di tambah lagi kini Reynart tak menggunakan kalimat formalnya meskipun di dalam kantor.

Meskipun enggan menatap pria yang telah menyakiti hatinya itu, namun Cila mencoba untuk terlihat jauh lebih tegar meskipun telah ditolak dan ditinggal berminggu-minggu oleh Reynart.

"Ada apa? Apa ada hal yang Anda butuhkan sekarang?" tanya Cila yang masih menjaga jarak dengan pria di depannya.

Reynart mengembuskan napas kasarnya, menutup matanya sejenak, lalu menatap Cila dengan penuh. "Aku membutuhkanmu sekarang," ungkapnya jujur tanpa berbasa-basi.

Cila kembali tersenyum sinis. "Maaf, tetapi saya memiliki pekerjaan yang harus saya urus. Jika ada hal yang Bapak butuhkan, bisa hubungi Nona Flora atau bagian office girl. Atau perlu saya panggilkan mereka?" tawar Cila.

Reynart paham bila Cila mencoba untuk memberi benteng dirinya. Wanita ini tengah mencoba membalaskan rasa sakit hatinya. Reynart tak melawan, dia menerima karena memang itu semua adalah salahnya.

"Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu, Cila."

Untuk kedua kalinya wanita ini mendengar namanya disebutkan dalam tutur kata pria itu. Cila menutup matanya sejenak. Tidak, dia tak boleh goyah sedikit pun hanya karena Reynart memanggil namanya.

"Saya masih ada pekerjaan lain, Pak. Anda bisa berbicara dengan saya ketika jam istirahat," kata Cila. Tak ingin terlalu lama berada di ruangan bersama pria itu, Cila pun berjalan ke arah pintu.

"Aku lah yang memiliki perusahaan ini. Apakah kamu akan menolak perintah dari bos mu sendiri, Cila?" sembur Reynart yang membuat tangan Cila terhenti tepat di gagang pintu.

MATE TERAKHIR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang