"Cila. Ke marilah," teriakan sang ibu masuk ke gendang telinga wanita itu. Cila yang semula berada di dalam kamar pun bergegas pergi menuju ke arah luar. Dan ia melihat sang ibu baru saja sampai di rumah. Terlihat dari pakaiannya yang rapi, tampaknya wanita dewasa itu habis dari suatu tempat.
Cila berjalan dan sedikit menengok ke arah cucian kering di mana pekerjaan sang ibu masih belum selesai.
"Ada apa, Bu?" tanya Cila sembari duduk di sebelah sang ibu. Lalu sang ibu pun membuka cardigannya lebih dulu karena sedikit gerah.
"Nak ... Ibu sudah bertemu dengan seseorang yang bisa memastikan apakah benar pria itu adalah mate mu atau tidak," ungkap wanita ini yang mengundang perhatian penuh dari putrinya. Cila pun mengembuskan napas berat. Dia sudah tau jawabannya.
"Aku sudah tau, Bu. Aku sudah memastikannya sendiri. Benar, itu terjadi ketika kami saling bersentuhan. Aku tidak tau apakah harus senang atau sedih mengingat dia hanyalah seorang manusia," ucap Cila dengan wajah murung di sana.
Sang ibu pun mencoba menguatkan putri satu-satunya itu. "Kamu harus ingat, Nak. Dari mana pun takdirmu berasal, kamu harus menerimanya. Dia sudah pencipta takdirkan untuk dirimu."
Cila paham betul tentang itu, tapi mengingat bila suatu hari nanti manusia akan menua seiring berjalannya waktu membuat Cila terpuruk akan sebuah perpisahan.
Sang ibu pun tau betul apa yang dirasakan oleh putrinya itu. Kekhawatiran terhadap hal mengenai asal usul mate adalah hal yang biasa. Namun, wanita paruh baya tersebut sebisa mungkin akan terus mendukung pilihan putrinya.
"Aku tidak tau harus bagaimana memulainya, Bu. Jika Ibu memintaku untuk lebih dekat dengan dia, itu sangat mustahil, Bu. Dia begitu tertutup, bahkan dia terlihat aneh di mataku. Dia sama sekali tidak ingin seseorang memasuki kehidupannya. Itulah hal yang bisa aku simpulkan sekarang."
Nampak ibu dari Cila pun terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ya sudah. Untuk sekarang jangan terburu-buru dan terlalu dipaksakan. Biarkan semuanya mengalir apa adanya."
Cila mengangguk. "Ya sudah, Ibu akan ganti baju dulu."
Ditinggalkan sang ibu membuat Cila kembali memikirkan perihal dirinya dan Reynart. Entah sudah berapa kali hari ini wanita tersebut mengembuskan napas berat. Ya, semuanya terasa berat sekarang. Bahkan meskipun sang ibu menyarankan agar Cila tak begitu banyak memikirkan mengenai status Reynart, wanita ini tetap tidak bisa menghilangkan fakta terbesar itu.
***
Pria itu terlihat sedang bersembunyi di balik pohon. Memperhatikan sebuah rumah dengan bangunan berlantai satu dan tampak begitu sederhana. Matanya tampak fokus menatap bangunan di sana.
Lalu, sosok wanita baru saja keluar dari rumah mengenakan jaket hangatnya. Wanita itu terlihat menggunakan earphone di telinga, kemudian berjalan menuju ke jalanan. Si pria yang bersembunyi tadi pun dengan langkah pelan mengikutinya dari jarak yang cukup jauh agar tidak ketahuan.
"Lalalala."
Cila terus bersenandung mengikuti irama musik di ponselnya. Wanita ini berjalan kaki menuju ke minimarket yang ada di dekat gang rumah. Di mana tanpa dia sadari ada sosok di belakang yang sedang mengikuti dan memantau rumahnya sejak tadi.
Cila menuju ke rak bumbu dapur. Dia mengambil pesanan ibunya. Tidak lupa wanita ini mengambil beberapa snack untuk Ajil. Dan untuk Cila sendiri, dia mengambil minuman berbahan susu kemasan yang menjadi favoritnya.
Bugh. Wanita ini refleks menoleh ketika mendengar barang jatuh. Dia menemukan seorang pria sedang memungut bungkus snack yang jatuh. Dan bertepatan dengan itu, si pria pun menoleh ke arah Cila, dan wanita ini dibuat terkejut olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE TERAKHIR✔
Fantasy[SPIN OFF dari The Cursed Vampire dan Sleeping Mate] "Pergilah ke dunia manusia," ucap Wizard Berta kepada Reynart dengan wajah seriusnya. "Untuk?" tanya pria itu dengan sejuta kebingungan di sana. "Bukankah kau sedang mencari tahu di mana mate mu...