BAGIAN 3

1.1K 30 0
                                    

"Nak ... Ibu ingin meminta tolong sebentar," ucap sang ibu kepada Cila yang membantunya menyiapkan sarapan pagi. Cila sendiri sudah menggunakan baju rapinya. Tidak terlalu bagus juga, karena nantinya setelah sampai kantor, Cila akan berganti seragam office girl yang katanya akan diberikan hari ini.

"Iya, Bu?" sahut wanita yang masih muda ini.

"Begini. Apa kamu ada simpanan uang? Ibu boleh pinjam sebentar, Nak? Nanti Ibu akan ganti kalau Bu Asri sudah bayar jasa Ibu. Adikmu harus segera membayar biaya sekolah bulan ini. Ibu sudah menunggak dua bulan," kata sang ibu yang membuat dada Cila terasa sesak. Perekonomian keluarga adalah hal yang paling sering jadi masalah di rumah ini.

Cila tersenyum, kemudian dia mengambil tas kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana. Wanita ini mengeluarkan dompetnya yang tampak sudah cukup lusuh. Namun Cila tetap mempertahankannya karena dia pikir itu masih bisa dipakai.

Setelah mengambil apa yang dia cari, wanita ini kembali ke tempat sang ibu. "Ini, Bu. Itu mungkin cukup untuk bayar sekolah adik sampai bulan depan. Setelahnya kita bisa gunakan gajiku nanti," kata Cila yang memberikan beberapa lembar uang kepada sang ibu.

Wanita paruh baya itu pun tampak terharu karena sering menyusahkan putrinya. Wanita ini langsung memeluk sang anak. "Terima kasih, Cila. Maafkan Ibu juga karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian," katanya sembari menahan tangis.

Cila memaksakan senyumnya sembari membalas pelukan sang ibu. "Tidak apa-apa, Bu. Cila bisa sampai lulus kuliah saja sudah senang. Meskipun pekerjaanku sekarang hanya sebagai office girl, tapi semoga ke depannya aku bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi."

"Ibu akan berdoa untuk kebaikan kita semua. Ya sudah kamu panggil adikmu, kita sarapan bersama."

Wanita muda itu pun mengangguk. Kemudian mencuci tangannya sebentar dan segera pergi menuju ke kamar sang adik. Cila tinggal di rumah yang tak begitu besar, namun rumah ini memiliki tiga kamar yang masih bisa dipakai. Akan tetapi kamar ketiga sangatlah kecil dan itu dipakai oleh Cila.

Saat membuka kamar adiknya, Cila melihat sang adik yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Tampak bocah laki-laki itu menoleh ke arah pintu sembari tersenyum. Cila menghampiri adiknya yang terlihat sedikit kesusahan menggunakan dasi. Cila berinisiatif untuk membantu.

"Tidak usah, Kak. Ajil bisa sendiri," katanya. Cila pun mengalah dan memilih untuk membantu sang adik membersihkan kamarnya, lebih tepatnya area kasur yang tampak sedikit berantakan.

"Kakak sudah katakan selepas bangun tidur langsung bersihkan kasurmu."

"Aku akan melakukan setelah selesai bersiap-siap, Kak."

Cila menoleh, menatap sang adik yang sudah selesai memakai dasinya. "Kakak bilang setelah bangun tidur, bukan setelah selesai bersiap-siap. Kalau kamu menundanya, kamu bisa lupa."

Bocah itu pun mendengkus pelan. "Kak Cila semakin cerewet seperti Ibu. Kalau saja kita bisa kembali ke asal kita, pasti akan ada yang membersihkan tempat tidurku."

Gerakan Cila yang merapikan selimut milik adiknya pun terhenti. Wanita ini menatap tangannya sebentar, kemudian dia kembali mengingat masa lalu.

Bertahun-tahun yang lalu saat sang adik masih kecil, Cila tampak begitu bahagia bermain dengan Ajil bersama aneka terumbu karang dan ikan cantik. Namun, pada suatu hari tiba-tiba terjadi hal dahsyat di tempat tinggalnya, lebih tepatnya di samudera. Biasanya lautan itu tampak tenang, namun semuanya tiba-tiba menjadi heboh dan getaran di mana-mana.

Lalu sang ibu membawa Cila dan Ajil pergi ke daratan. Cila yang masih kecil pun tidak mengerti apa yang terjadi saat itu. Yang lebih tak ia mengerti adalah, kenapa sang ayah tidak ikut bersama mereka kala itu. Cila tak berani bertanya karena dia melihat ekspresi wajah sang ibu yang benar-benar berbeda. Hingga sebesar sekarang pun dia tak bertanya apa pun.

MATE TERAKHIR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang