BAGIAN 5

1K 30 0
                                    

Kabar mengenai Reynart yang kecelakaan menyebar begitu cepat di kantor. Pagi ini Cila antara lega dan tidak mengingat Reynart tak berada di tempat. Jika Reynart tak ada, itu artinya wanita ini terhindar dari pria yang begitu menyebalkan baginya, tapi dia cukup kasihan melihat atasannya yang terkena musibah itu.

"Kamu Cila. Cepat antar minuman ini ke ruangan Pak Elijah yang berada di lantai lima," perintah salah satu office girl juga yang sama seperti Cila namun sudah sangat senior di kantor tersebut. Cila pun mengangguk dan segera mengambil nampannya.

Di tengah jalan, Cila berpapasan dengan Flora. Tampak wanita cantik itu masih terus saja memandang Cila dengan pandangan yang merendahkan. Flora berjalan dengan begitu angkuh melewati wanita ini. Cila hanya bisa mengembuskan napas lelah. Yang ada di pikirannya adalah mungkin Flora masih tersinggung dengan perkataan Cila kemarin.

Sebelum masuk ruangan, Cila pun mengetuk pintu lebih dulu. Setelah di persilakan, wanita ini pun masuk. Elijah. Nama itu sejak hari wawancara kerja sudah Cila dengar, namun dia baru pertama kali bertemu dengan orangnya langsung. Terlihat seorang pria sedang sibuk bicara dengan telepon genggamnya. Tanpa bertanya, Cila pun langsung meletakkan minuman untuk pria itu.

Pada saat Cila akan pergi, Elijah menoleh. "Kamu," panggilnya yang berhasil membuat wanita ini terhenti dan kembali berbalik.

"Iya, Pak?" sahutnya kemudian.

"Panggilkan office girl yang bernama Cila. Suruh ke ruangan saya secepatnya," perintahnya. Cila pun mengernyit. Kenapa dia tiba-tiba dipanggil?

"Saya Cila, Pak. Ada apa ya?"

Elijah pun meneliti wanita itu. Di tatap demikian membuat Cila jadi gugup. Elijah pun mengangguk paham dan langsung menutup teleponnya. Pria itu pun kembali ke kursinya. "Duduk," perintah Elijah kepada Cila. Cila yang bingung namun memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pun segera duduk di kursi kosong.

"Kamu yang kemarin membantu Pak Reynart saat kecelakaan?" tanyanya langsung. Cila mengangguk membenarkan. "Lalu, apa kamu juga yang menyebarkan soal kecelakaan itu?"

Wanita ini melotot, dia dengan cepat menggeleng di sana. "Tidak, Pak. Saya sama sekali tidak menyebarkan berita apa pun. Saya juga baru bekerja kemarin, dan saya tentu belum mengenal dengan baik karyawan di kantor ini. Jadi, tidak mungkin bagi saya untuk bergosip tentang Pak Reynart."

Elijah pun seperti menahan tawanya. Dia cukup terhibur melihat wanita di depannya yang terlihat begitu panik hanya karena pertanyaannya barusan. "Saya hanya bertanya saja Cila. Kamu tidak perlu panik seperti ini," ucap Elijah yang membuat wanita itu tampak sedikit lega. "Tapi, kira-kira siapa yang menyebarkan beritanya di kantor?"

Cila mengangkat bahunya pelan, dia juga tak tau, lebih tepatnya tak peduli. "Ya sudah, kamu bisa kembali bekerja," putus Elijah. Cila mengangguk dan kemudian beranjak dari tempatnya. "Oh iya satu lagi, Cila." Langkah wanita ini kembali berhenti tepat di pintu, "Pak Reynart ingin kamu nanti ikut dengan saya ke rumah sakit. Ini perintah," ucapnya yang seketika membuat bahu wanita itu merosot. Elijah yang melihat sikap aneh wanita ini pun sedikit mengernyit.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi," pamit Cila yang diangguki oleh Elijah.

Saat jam istirahat, Cila memilih untuk menikmati makanan di area kantin kantor. Dan di sana cukup banyak karyawan yang makan siang. Cila memang belum punya teman dekat di kantor tersebut. Jadi, dia hanya duduk sendirian di meja kantin sembari merasa iri dengan mereka-mereka yang memiliki teman untuk diajak bercanda.

Dari dulu Cila memang tak memiliki teman dekat. Saat dia berkuliah, dirinya menutup diri, itu juga atas perintah dari sang ibu agar identitas mereka tak diketahui para manusia. Tapi, Cila yakin dari banyaknya manusia di dunia ini pasti ada makhluk yang sama seperti dirinya. Yang pasti bukan manusia sepenuhnya.

MATE TERAKHIR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang