BAGIAN 39

387 15 0
                                    


"Meskipun semuanya terlihat masuk akal, tapi bukankah aneh saja kamu bisa pindah ke bagian lain dalam waktu singkat seperti ini? Pantas saja aku mendengar pembicaraan orang di dalam kantor mengenai hubunganmu dengan para petinggi. Aku sudah menduganya jika itu hanya rumor."

Cila mengangguk. Sebisa mungkin untuk tak terlihat mencurigakan di depan Ele. Tentu saja dia tak mungkin mengungkapkan hubungannya dengan Reynart secara gamblang.

"Tapi ... apakah kamu benar-benar tidak dekat dengan Pak Reynart?" tanya Ele sekali lagi untuk memastikan.

Cila menggeleng. "Tidak. Kalaupun kami memiliki hubungan, itu hanyalah sebatas pertemanan," sahut wanita ini dengan ekspresi yang begitu meyakinkan. Ele pun mengangguk, mencoba untuk percaya dengan apa yang Cila katakan.

"Mengenai tadi pagi kami yang berangkat bersama itu murni karena tanpa sengaja Pak Reynart melihatku menunggu di halte dekat rumahku. Mungkin karena kasihan, jadi dia menawarkan tumpangan. Anggap saja kebaikan dari atasan untuk bawahannya."

Ele terdiam sejenak. "Tapi ... bukankah ini aneh, Cila?" sahutnya tiba-tiba. "Sejak aku bekerja di sini, tidak pernah sekalipun Pak Reynart berangkat bersama karyawannya sendiri, kecuali jika itu Pak Elijah karena mereka memang keduanya tinggal di wilayah yang sama."

"Haha, apa yang kamu pikirkan sih, Ele?" sambung Cila dengan tawa garingnya itu.

"Aku benar-benar curiga dengan Pak Reynart."

Cila mengerjapkan matanya beberapa kali. Apa maksud Ele ini? "Begini. Kamu adalah satu-satunya karyawan di kantor yang bisa masuk ke dalam rumahnya, kamu pun mengakui itu. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya karyawan yang bisa satu mobil dengannya. Aku curiga ... aku curiga jika Pak Reynart benar-benar menyukaimu."

Cila melotot, namun sedetik kemudian tertawa ringan. "Sepertinya kepalamu sudah terpengaruh oleh hal seperti Nona Flora, Ele. Tidak mungkin Pak Reynart menyukai wanita sepertiku. Kamu tidak lupa kan jika beliau yang menempatkan diriku di bagian office girl karena insiden wawancara kerja saat itu? Bagaimana bisa dia menyukai wanita yang telah membuatnya malu di depan banyak orang. Sudahlah, ayo kita kembali bekerja sebelum gaji kita akan kena imbasnya."

Ele mengangguk. Mereka pun keluar dari dalam toilet. Ya, Ele memang membawa Cila berbicara di sana karena mungkin itu satu-satu tempat teraman bagi keduanya mengobrol. Dan tanpa mereka berdua sadari jika sejak tadi di salah satu toilet terisi oleh seseorang. Orang itu mendengar semua hal yang kedua wanita ini bicarakan. Seketika senyum lebar tercetak jelas di wajahnya. Tampaknya dia memiliki rencana jahat untuk selanjutnya.

Elijah menatap jam di dinding, lalu melirik meja kerja Cila. Wanita itu benar-benar fokus dengan pekerjaannya. Lalu Elijah mematikan laptop dan bergerak menuju ke tempat Cila berada.

"Sudah jam makan siang. Aku akan keluar duluan," ucapnya.

Cila menoleh, kemudian mengangguk. Dia masih ingat bila Reynart memintanya menunggu di ruangan ini saat makan siang datang. Cila ikut mematikan layar monitornya, kemudian menunggu dengan sabar di sana.

Reynart baru saja mendapatkan makan siangnya bersama Cila. Dia memesan dua makanan sekaligus. Dengan wajah bahagia, pria ini mulai menenteng makanannya untuk dibawa ke tempat Cila. Namun, baru saja dia keluar dari ruangannya sendiri, seseorang datang tanpa ia undang sebelumnya.

"Rey."

Pria ini menoleh, seketika wajahnya tak secerah barusan. Seorang wanita baru saja keluar dari dalam lift, lalu berlari kecil untuk mencapai tempat Reynart berdiri.

"Sepertinya aku tidak terlambat. Kamu belum makan siang kan?" tanya wanita itu dengan wajah cerahnya.

"Mawar. Kenapa kamu berada di kantorku?" tanya Reynart secara gamblang.

MATE TERAKHIR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang