• 1. Si Pembenci Kehidupan •

257 24 25
                                    

Now Playing
Yura Yunita - Tutur Batin

Yuhu, kembali lagi bersama Kana.
Siap bab pertama? Maaf kalau lama up, huhu. Silakan meninggalkan jejak, vote atau follownya, ya! Terima kasih

.
.
.

"Mengenal diri sendiri saja susah, apalagi orang lain, 'kan?" -Mita Alesha Putri- ༺♥༻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengenal diri sendiri saja susah, apalagi orang lain, 'kan?"
-Mita Alesha Putri-
༺♥༻



Satu pertanyaan yang terlintas di benak Mita di siang yang terik ini. Benarkah semua orang itu sama?

Teriakan dari anak XI IPS 2 mengudara di halaman sekolah. Bising mereka disebabkan oleh seorang gadis yang sedang bermain basket. Gadis itu bernama Mita. Gadis dengan kucir ekor kuda itu bergerak lincah melewati pemain lain. Rambutnya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti tapak langkah yang ia ambil. Bersama gadis lainnya, Mita menjadi yang terdepan menuju ring lawan. Dribbling gadis itu sangat baik. Cantik dan menawan, bibir merah muda itu menyihir para penonton, bersama dengan keringat yang mengucur melewati kulit kecokelatannya.

Inilah saatnya! Langkah yang lebih lebar untuk shooting. Suara peluit menggema bersama keluhan kecewa para penonton. Sayang, bola itu tergelincir. Walaupun begitu, poin Mita sudah unggul dari tim lawannya.

"Sial!" Mita menyeru kasar.

Kelompok Mita berkumpul lantas menghampiri Mita. Teman-temannya mengelus punggung Mita, meminta gadis tersebut untuk menetralkan deru napas dan juga emosinya. "Santai aja, Mit. Nggak apa meleset beberapa kali. Namanya juga belajar."

Mita menghela napasnya lelah, kemudian mengangguk pada teman-temannya. "Makasih buat hari ini."

Temannya yang lain mengangguk, lantas pergi untuk mengganti pakaian olahraga menjadi seragam putih abu-abu kebanggaan SMA Cakrawala.

Selepas gadis lain pergi, Mita menyandarkan bahu ke tangga yang berundak-undak di pinggir lapangan sambil memijat pelipis yang berkedut akibat terlalu lama tersengat sinar terik matahari. Teringat tembakan terakhirnya yang gagal membuat Mita kesal sendiri.

Yah, begitulah Mita Alesha. Si penuntut diri sendiri untuk sempurna, bahkan tidak bisa menoleransi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat. Sering merasa salah dalam berbagai hal yang bahkan bukan kesalahannya. Karena hal itu, Mita menjadi pribadi yang lebih banyak diam.

Mita berdiri dari posisi duduk. Tangan yang lentik membenahi kuciran ekor kudanya. Ia beranjak pergi untuk mengganti seragam dan beristirahat.

Baru saja ia melangkah, suara berat dari Pak Arka-guru olahraga kelas XI IPS 2, menginterupsi langkahnya. "Mita, sini bentar, Mit."

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang