• 10. Suara Atma •

40 12 0
                                    

On Playing
Meghan Trainor - Just A Friend To You

Jika suka, jangan lupa dukungannya, ya!

"Lantunan melodi dari memori atma dan kenangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lantunan melodi dari memori atma dan kenangannya."
Agmission



Saat ini, panggung SMA Cakrawala sedang memanas. Bagaimana tidak? Banyak kelas yang tidak mengirimkan duta sebagai penyanyi saat ini. Pun, beberapa sosok yang maju tampak belum siap dan meminta waktu, membuat pelaksanaan sepertinya akan sedikit lebih lama.

Mita duduk dengan kaki yang tidak bisa diam. Ia menggigit kuku tanpa sadar, melamun dan merasa takut untuk maju ke depan.

Agil sedang menyiapkan gitarnya, kemudian melirik sekilas pada Mita yang tampak cemas. "Nggak usah takut, Mit," terang lelaki itu menenangkan.

"Nggak takut. Tapi kubelum siap."

"Kenapa belum siap? Toh, tadi malam kita udah bahas lagunya, udah latihan juga. Apa yang ditakutin?" Pertanyaan itu retorik. "Percaya diri, Mit. Itu yang penting, nggak usah takut mencoba. Kamu pasti bisa! Tanamkan itu dalam benakmu, sebagai tujuan dalam setiap hal yang kamu ambil. Masa kamu kalah sama Tisa? Dia aja yang suaranya biasa berani tampil, lho."

Tangan Mita mengepal, hatinya mantap dan semangatnya kembali mendadak. "Bener, aku yakin kalau aku lebih baik. Makasih, Gil."

Dengung pengeras suara mengakibatkan seluruh atensi murid menuju panggung. "Baiklah, sudah lima menit sejak penampilan ketiga menyanyi dari kelas XI IPS 3. Kita sambung kepada kelas lain yang bersedia. Adakah?"

"Saya." Agil mengangkat tangan setinggi mungkin, membuat semua pandangan tertuju padanya dan Mita.

Mita sendiri membulatkan mata tak percaya. Ia memang sudah siap, tetapi apakah harus semendadak ini? Ayolah, ia bisa gila.

"Oh! Oke, sepertinya sudah ada yang siap. Dari kelas mana?"

Seluruh kelas XI IPS 2 berteriak menjawab, "Sebelas IPS 2!" Kemudian tepuk tangan ricuh dan ramai menjadi pengiring langka Mita dan Agil untuk menuju panggung.

"Wah! Kelas sebelas IPS 2 menampilkan sepasang siswa-siswi yang rupawan, ya. Ini yang satu mau ngiringin penyanyinya?" tanya MC tersebut.

Agil mengangguk. "Ya, Kak. Saya akan bermain gitar sebagai pengiring."

"Wah! Tepuk tangan untuk mereka berdua!"

Sorak sorai menggelegar, ricuh yang mengudara membuat Mita tak tenang. Namun, Agil menepuk pundak Mita dan berkata, "Nggak apa, kita bisa, Mit!"

Sejoli itu duduk berhadapan dengan microphone yang diposisikan di depan mereka berdua.

"Siap, Mit?" tanya Agil.

Mita mengangguk mantap. Sejenak, untuk menetralkan degup jantung yang tak beraturan, ia memandang wajah Agil. Di sana terpatri senyum teduh yang mampu menghangatkan hatinya, menenangkan, dan seolah bisa membuat dirinya yang lalu--penuh percaya diri--kembali. Sekarang, ia siap. Siap memulai lagu yang ia nyanyikan dan memulai sejuta kenangan yang ia bawa dalam lantunan lagi yang ia nyanyikan.

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang